Padahal hubungan Indonesia dan Australia selama ini bersahabat dan saling memberi manfaat. Kerjasama antarkeduanya sangat erat, bahkan Indonesia selalu siap membantu Australia jika tengah menghadapi masalah-masalah sulit.
Indonesia berani menekan Australia seolah telah memegang kartu trufnya. Apa sajakah itu?
1. Penghentian sementara penyelesaian perahu pencari suaka
Indonesia menghentikan sementara koordinasi penanggulangan para perahu pencari suaka atau penyelundupan manusia (people smuggling). Letak geografis antara Australia dan Indonesia yang berdekatan sangat memungkinkan penyelesaian masalah itu diatasi bersama.
Banyak kapal imigran yang singgah ke Indonesia demi mencari suaka. Begitupun sebaliknya. Hal ini akan efektif jika ditangani bersama.
Dengan adanya penghentian sementara ini, maka akan menjadi beban bagi Australia secara sosial maupun ekonomi.
2. Masalah tahanan Australia di penjara Bali
Merdeka.com - Presiden SBY telah memberikan grasi kepada
Schapelle Leigh Corby, terpidana 20 tahun asal Australia dalam kasus
penyelundupan 4,1 kilogram mariyuana di Bali. Presiden memberikan grasi 5
tahun kepada Corby sehingga hukumannya menjadi 15 tahun.
Pemberian grasi terhadap Corby disebut-sebut bagian dari diplomasi antara kedua negara sahabat. Namun, dengan adanya peristiwa penyadapan ini, tampaknya SBY akan lebih berhati-hati memberikan grasi kepada narapidana asal Australia.
Selain Corby, narapidana asal negeri kanguru itu Renae Lawrence (35) narapidana asal Australia, anggota penyelundup 8,2 kg heroin atau kelompok Bali Nine.
Pemberian grasi terhadap Corby disebut-sebut bagian dari diplomasi antara kedua negara sahabat. Namun, dengan adanya peristiwa penyadapan ini, tampaknya SBY akan lebih berhati-hati memberikan grasi kepada narapidana asal Australia.
Selain Corby, narapidana asal negeri kanguru itu Renae Lawrence (35) narapidana asal Australia, anggota penyelundup 8,2 kg heroin atau kelompok Bali Nine.
3. Kaji kerjasama dagang, termasuk impor sapi
Merdeka.com - Menteri perdagangan Gita Wirjawan mengatakan
sedang mengkaji ulang kerja sama dagang dengan Australia. Termasuk di
dalamnya impor sapi."Tentunya kita sedang kaji ya kerjasama perdagangan, ini tentunya terkait dengan aksi penyadapan. Ini merupakan aksi yang tidak diharapkan, aksi pengkhianatan. Jadi sulit kalau kedua tetangga itu sudah tidak saling percaya satu sama lain untuk memikirkan apapun termasuk kerjasama ekonomi," ujar Gita saat ditemui di Jakarta COnvention Center,Rabu (20/11).
Selama ini, Indonesia memang tergantung dengan sapi impor dari Australia. Keberadaan Undang-Undang Nomor 18/2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan, membuat pemerintah tidak memiliki sumber yang cukup untuk mendatangkan sapi.
Sebab, aturan itu menerapkan prinsip country base atau hanya membolehkan impor sapi dari negara yang terbebas Penyakit Kuku dan Mulut (PMK). Sehingga hanya Australia dan Selandia Baru yang bisa menjual sapinya ke Indonesia.
4. Terorisme
Merdeka.com - Dalam penanganan terorisme Australia mengirimkan
sejumlah bantuan kepada Kepolisian Indonesia. Bantuan itu seperti
penanganan teroris kepada Densus 88 Anti Teror, Bomb Data Center, Cyber
Crime dan Satgas Penyelundupan Manusia.Bantuan itu diberikan dalam konteks internasional penanganan terorisme. Australia tampak membutuhkan Indonesia, karena dalam hal penanganan teroris Indonesia lebih piawai ketimbang Australia.
"Kalau tidak dibantu Indonesia mereka tidak bisa juga. Kalau urusan penanganan terorisme yang canggih itu bukan Amerika dan Australia, tetapi Indonesia," ujar Anggota DPR I Gede Pasek.
Merdeka