Thursday, 22 January 2015
Radar Cuaca Mobile Pendukung Operasi Penerbangan TNI AU
Aktivitas pantau memantau cuaca nyatanya bukan melulu jadi urusan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Guna mendukung misi penerbangan militer, TNI AU pun membutuhkan perangkat pendukung agar mendapatkan informasi cuaca yang akurat di sekitaran daerah operasi. Perangkat yang dimaksud adalah radar cuaca mobile (move weather radar) Meteor 50DX Selex-Si buatan Gematronik, Jerman, yang belum lama ini memperkuat kemampuan deteksi TNI AU.
Sejatinya, keberadaan Meteor 50DX sudah terpantau media sejak 22 Januari 2013, berdasarkan rilis yang dikeluarkan oleh situs tni-au.mil.id. Kemudian publik di Tanah Air banyak dibuat bertanya tentang sosok radar dengan radome unik ini, pasalnya radar cuaca mobile ini ikut ditampilkan dalam defile pada HUT TNI ke-69 di Dermaga Ujung Koarmatim, bulan Oktober 2014 silam. Kegunaan sistem radar cuaca ini adalah untuk mendeteksi intensitas curah hujan dengan pengoperasian yang mudah. Kombinasi dari resolusi tinggi dan update data yang cepat (real time) dari radar ini memberikan informasi rinci mengenai curah hujan lokal dan peringatan dini tentang potensi badai yang mendekat.
Dirunut dari spesifikasinya, Meteor 50DX mampu mendeteksi kondisi dan cuaca yang akan terjadi setiap saat, sehingga kegiatan operasinya dapat disesuaikan dengan perkembangan cuaca yang terjadi saat itu. Radar tersebut juga dapat dipindahkan sesuai kebutuhan dimana saja sesuai yang dikehendaki sehingga cuaca dapat dipantau sewaktu-waktu.
Radar memiliki ukuran antena 1,2/1,8/2,4m dan menggunakan sistem Doppler pada frekuensi X-Band pada rentang 9.36 – 9.38 GHz. Kelengkapannya antara lain Magnetron Transmitter (55 kW), dan sebuah generator mandiri yang mampu menyuplai listrik sampai 24 jam non-stop. Aplikasi pada radar ini dapat diakses secara lokal (melalui Laptop/LAN) dan jarak jauh lewat remote 3G/WiFi. Keunggulan lainnya, Meteor 50DX dapat beroperasi optimal di tengah Kabut, hujan, hujan es, dan hujan badai dengan kemampuan deteksi cuaca pada rentang 100 – 155 Km (tanpa radome) dengan cakupan 360 derajat.
Radome dapat dilepas pasang, dan penggunaan radome atau tanpa radome ternyata berpengaruh pada kinerja. Ambil contoh, dengan memasang radome, rentang suhu untuk penggunaan antara -25 sampai 45 derajat Celcius. Sementara dengan melepas radome, rentang suhu untuk operasional antara -10 sampai 35 derajat Celcius. Dengan melepas radome, jangkauan deteksi cuaca pun disebut bisa lebih jauh, yakni hingga 155 Km.
Di lingkup operasional TNI AU, radar cuaca ini ditempatkan di Lanud Abdurrahman Saleh, Malang – Jawa Timur. Lanud Abdurahhman Saleh terbilang strategis, mengingat menjadi home base bagi Skadron Udara 32 dan Skadron Tempur 21 Super Tucano. Selain dapat mudah dalam gelar operasinya, karena cukup ditarik (towed) oleh kendaraan sekelas SUV 4×4. Bila harus diterbangkan pun tak jadi soal, sebab Meteor 50DX dapat dimasukkan ke dalam ruang kargo pesawat C-130 Hercules. Selain ditawarkan dalam versi mobile, radar cuaca ini juga ditawarkan dalam versi stationary.(Indomiliter)
Radar Intai Kohanudnas dari Airbus Defence and Space
Karena dimensinya yang besar, radar intai udara jarang ditampilkan di hadapan publik. Tapi lain hal dalam HUT TNI ke-69, Oktober 2014 lalu. Dalam defile HUT TNI yang disebut terbesar yang pernah diselenggarakan, TNI AU dan Kohanudnas turut menampilkan salah satu alutsistanya, yakni radar intai terbaru MSSR 2000-I di hadapan publik.
Seperti diketahui, satuan radar intai dalam operasionalnya ditangani personel TNI AU, namun dalam gugus komandonya berada di bawah Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional). Selain kedatangan Weibel Portable Radar buatan Denmark, MSSR 2000-I juga digadang ikut melengkapi kemampuan indra Kohanudnas guna menutupi beberapa blank spot area yang masih ada di Tanah Air.
Ada dua unit radar MSSR 2000-I yang akan memperkuat Kohanudnas, dengan pengiriman terakhir di jadwalkan tuntas pada awal tahun ini. Monopulse Secondary Surveillance Radar MSSR-I adalah mengadopsi sistem modular penuh, yang memenuhi standar ICAO (International Civil Aviation Organization) untuk Mark X dan Mark XII. Sistem radar ini dapat dikonfigurasi sebagai radar sekunder yang terpisah, atau bisa juga digabungkan menjadi satu set dengan radar pemantau utama.
Seperti yang ditampilkan dalam HUT TNI ke-69, antena radar MSSR 2000-I mengusung tipe Large Vertical Aperture (LVA) yang terdiri dari 35 kolom radiator dan mencapai gain antena lebih dari 27 dBi. Daya endus radar ini mampu mendeteksi sasaran sejauh 255 nautical mile (setara 472,2 Km). Dalam waktu bersamaan, radar dapat mendeteksi 1.500 sasaran dalam radius 360 derajat, 400 sasaran dalam radius 45 derajat, 110 sasaran di segmen 3.5 derajat. Dengan kemampuannya, MSSR 2000-I digadang mampu mendukung peran kontrol lalu lintas udara.
Airbus Defence and Space selaku manufaktur, mengklaim radar MSSR 2000-I sebagai satu-satunya radar sekunder yang bersertifikat sesuai dengan standar kontrol lalu lintas udara terkini, baik sipil maupun militer. Beberapa fitur yang ditawarkan radar ini adalah identifikasi otomatis teman-atau-musuh (IFF/identification friend or foe) untuk menghindari friendly fire. MSSR 2000 I juga berkemampuan Mode 5, standar IFF militer terbaru yang akan akan diterapkan kepada seluruh negara NATO.
Radar MSSR-2000-I dapat disimpan di satu cargo dan dapat plug-in dengan antena delapan meter (26 kaki), dan seluruh sistem terhubung ke kontrol lalu lintas udara atau jaringan pertahanan udara terpadu, dengan menggunakan protokol data radar ASTERIX (All Purpose Structured Eurocontrol Surveillance Information Exchange). Selain Indonesia, radar sekunder ini juga telah digunakan oleh Jerman, Perancis, AL Inggris, Portugal dan otoritas sipil penerbangan di Filipina.(indomiliter)
KRI Frans Kaisiepo 368 Mengalami Kerusakan Sonar
KRI Frans Kaisiepo 368, satu dari empat korvet SIGMA Class andalan Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL, dikabarkan mengalami kerusakan saat dalam perjalanan menuju lokasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata. KRI Frans Kaisiepo 368 direncanakan akan mengambil peran sebagai pengganti KRI Sultan Hasanuddin 366 yang telah bertugas di wilayah pencarian sejak 4 Januari lalu.
Kerusakan yang mendera korvet buatan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda, ini terbilang serius, yakni pada perangat sonar pencari Thales UMS 4132 Kingklip medium frequency active/passive ASW. Sonar ini mengusung model hull mounted yang terletak di bawah lambung kapal dan dilindungi oleh dome (kubah). Nah, dalam pelayaran menuju lokasi pencarian pesawat AirAsia Z8501, lebih tepatnya saat bernavigasi di sekitaran APBS (Alur Pelayaran Barat Surabaya), KRI Frans Kaisiepo 368 yang berbobot 1.700 ton ini sempat kandas. Dan bagian yang mengalami kerusakan adalah bagian terluar dari lambung bawah kapal, yakni dome yang berisi perangkat sonar. APBS selama ini dikenal sebagai jalur pelayaran yang sangat padat.
Dikutip dari Janes.com (21/1/2015), meski akhirnya dapat ditarik ke dok kering milik PT PAL, menjadikan untuk sementara waktu KRI Frans Kaisiepo 368 harus dilakukan perbaikan. Peran sonar tentunya sangat vital dalam misi evakuasi AirAsia Z8501, mengingat sonar menjadi sensor andalan untuk mendeteksi keberadaan obyek di dasar laut. Belum diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses perbaikan. Dalam insiden ini, susunan silinder dan lambung utama tidak mengalami kerusakan.
Mengantisipasi agar tak terjadi insiden serupa, PT Pelabuhan Indonesia III selaku operator di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya akan melakukan proses pengerukan dan memperdalam alur yang kerap digunakan kapal-kapal bertonase besar. Sejak 2009, KRI Frans Kaisiepo 368 menjadi andalan Indonesia dalam rotasi misi Penjaga Perdamaian UNIFIL di perairan Lebanon.
Kenapa Gripen-NG adalah pilihan yang paling “Indonesia”
Keuntungan pertama: Gripen dapat di-customize 100% menurut kebutuhan Indonesia
Pesawat tempur import modern dewasa ini, baik F-16C/D atau Su-30MK2, biasanya memiliki daftar perlengkapan/persenjataan standard yang sudah ditentukan oleh negara penjual. Kelemahannya, pembeli tidak mungkin menambah pilihan lain yang tidak tercantum di dalam daftar si penjual.
Uni Arab Emirates (UAE) saat ini adalah satu-satunya pengguna F-16 Block-60, sub-tipe F-16 yang paling modern di dunia (lebih modern dari versi USAF). UAE bahkan membayar $3 milyar untuk development cost F-16 Block-60, dan sebagai upahnya, akan mendapat royalty kalau Block-60 ini terjual ke negara lain (belum terjual).
Konsep seperti ini mirip dengan KF-X, bukan? Apakah sudah menjadi skenario yang ideal ?
Saatnya berkenalan kembali dengan tehnik jitu FMS pemerintah US untuk mengontrol persenjataan/perlengkapan negara client.
Untuk menghadapi Iran, UAE menginginkan stealth cruise missile jarak yang jangkauannya mencapai 300 km untuk dipasangkan ke F-16 mereka. F-16 USAF tentu saja dapat membawa senjata semacam ini – AGM-158 JASSM stealth cruise missile. Tapi pemerintah US tidak mengijinkan penjualan senjata ini ke semua negara Timur Tengah.
UAE kemudian melirik MBDA Storm Shadow sebagai pilihan kedua untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka tetap membentur tembok! Pemerintah US juga tidak mengijinkan perubahan source-code untuk F-16 Block-60 UAE yang memungkinkannya membawa Storm Shadow. Solusi UAE untuk menghadapi masalah ini: mereka memasang MBDA Storm Shadow (versi mereka: Black Shaheen cruise missile) ke Mirage 2000-9 mereka.
Tragedi UAE ini pasti akan terulang dalam KF-X versi Indonesia atau F-16 Block-62.
Tidak seperti UAE, Indonesia tidak akan mempunyai dompet yang cukup tebal untuk membayar harganya.
Di sinilah kunci keunggulan Gripen Negara pembeli mempunyai kebebasan penuh untuk menentukan sendiri apa yang dibutuhkan untuk Gripen mereka.
Gripen-NG di Brazil memberikan contoh yang baik. Kalau melihat diagram breakdown dari Gripen Brazil, local content sudah cukup banyak. Versi Brazil juga akan memasangkan sistem aerial network buatan sendiri, dan mengintegrasikan missile A-Darter (hasil kerjasama Brazil – Afrika Selatan). Hasilnya, Gripen untuk Brazil sudah akan berbeda dibandingkan milik Swedia. Sepuluh tahun di masa depan, perbedaan perlengkapan antara Gripen Brazil dan Swedia akan semakin membesar, tergantung pilihan masing-masing.
Gripen untuk Indonesia tentu saja juga berpotensi menuju ke arah yang sama. SAAB akan mentransfer source code Gripen (contoh: Brazil) sebagai bagian dari 100% ToT.
Penguasaan Source Code di Gripen memberikan kebebasan untuk Indonesia memilih senjata. Ini akan menjadi deterrent effect tersendiri, dan mendorong kreativitas pemakai.
Misalnya, untuk BVR combat, versi Indonesia dapat membawa tidak hanya Meteor, tapi juga R-77T (infra-red) dan R-77-1 buatan Russia. Kombinasi seperti ini sudah akan menjadi mimpi buruk untuk latihan pilot untuk RAAF Australia dan RSAF Singapore. Sekarang mereka harus berlatih untuk menghadapi 3 macam sub-variant missile yg berbeda, dari negara pembuat yang berlawanan satu sama lain.
Kalau mereka melihat Gripen Indonesia di radar, mereka juga harus menebak, sebenarnya Gripen ini akan membawa senjata yang mana ?.
Sebaliknya, untuk latihan BVR combat, pilot-pilot Indonesia hanya perlu berlatih untuk menghadapi AMRAAM C-7. Sebagai sarana pembantu, Gripen-E/F sudah membawa next-generation Gallium-Nitride jammer yang lebih unggul dibanding semua tipe lain. Keunggulan Jammer ini akan membantu menangkal kemampuan radar kecil di AMRAAM untuk “men-lock” Gripen.
Apapun yang diinginkan Indonesia, dapat disampaikan langsung ke SAAB, dan mereka akan mencoba mengakomodasi, dalam batasan platform Gripen.
Keuntungan kedua: 100% Transfer-of-Technology, dan kesempatan untuk partnership dalam pengembangan proyek Gripen-NG
Kita tidak akan pernah bisa berlari, kalau belum pernah belajar berjalan. Artikel Transfer-of-Technology, sudah membahas hal ini.
Pembelian Gripen akan memberikan kesempatan untuk Indonesia mulai belajar dari NOL. Inilah tempat terbaik untuk mulai terlebih dahulu mendalami tehnologi salah satu pesawat tempur paling modern dewasa ini. Tawaran 100% ToT dari SAAB, tentu saja juga akan membuka peluang yang besar untuk Indonesia dapat merakit Gripen sendiri di Bandung. Indonesia kemudian akan dapat mulai melihat dalam jangka menengah-panjang, seberapa banyak ”part” dalam Gripen yang akan menjadi ”made in Indonesia”.
Ini bukan berarti setelahnya, SAAB akan berpangku tangan, dan mendikte kita seperti kasus FMS pemerintah US. Pembelian Gripen-NG dari SAAB juga akan menjadi undangan untuk bergabung dalam proyek bersama untuk memajukan Gripen fighter system. Brazil sudah dinobatkan sebagai salah satu partner untuk Gripen-NG project, pertama-tama untuk produksi lokal mereka, tapi kemudian untuk semua “Gripen NG customers”. Indonesia juga akan lebih berpeluang mendapat tempat duduk yang sama.
Gripen-NG akan menjadi proyek bersama dari negara-negara yang non-blok / netral, bebas dari pengaruh industri-industri militer tradisional US, dan Russia. Kerjasama antara SAAB (Swedia), dan PT DI (Indonesia), dalam Gripen-NG akan berpeluang besar menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan di dunia aviation.
Keuntungan Ketiga: Aerial Data Networking
Networking akan membagi satu gambaran yang sama untuk target (lawan), tanpa perlu mengandalkan kemampuan deteksi individual. Target mungkin dideteksi oleh radar di darat, dari kapal, pesawat AEW&C, atau mungkin pesawat tempur lain, tapi setiap pilot pesawat tempur akan mempunyai pengetahuan yang penuh lokasi, ketinggian, dan kecepatan lawan. Tentu saja, semuanya akan tahu benar bagaimana caranya menembak jatuh lawan tersebut. Pihak mana yang dapat membuat gambaran lawan lebih baik, tentu saja akan menjadi pihak yang lebih unggul didalam konflik.
Dalam keadaan sekarang, tidak mungkin F-16 Block-15/52ID dan Sukhoi Su-27 Indonesia dapat di-network bersama. US tidak memberikan (atau tidak mengijinkan) Link-16 NATO-standard network di F-16 Block-52ID, sedangkan TKS-2 Network (kalau ada) di Su-27/30, yang berbasiskan tehnologi Russia tidak akan compatible ke semua sistem pertahananan udara Indonesia yang lain yang rata-rata berbasis tehnologi Barat.
Kelemahan lain, Indonesia tidak akan dapat memasang data network buatan pihak ketiga untuk menghubungkan Su-27/30 dan F-16. Peraturan FMS US tidak mengijinkan modifikasi apapun di F-16 tanpa persetujuan mereka. Di lain pihak, belum pernah ada negara lain yang mencoba memasang Aerial Network buatan Barat yang lebih modern di atas Sukhoi Flanker.
Kesulitan ini akan membawa dampak yang jelek di saat konflik, karena F-16 dan Su-27/30 Indonesia akan bertempur sebagai dua kekuatan yang terpisah, yang hanya dapat dikoordinasi melalui radio. Dan karena sistem radio kedua tipe pesawat ini juga dibuat dari dua sumber yang berbeda, kemungkinannya juga sangat besar untuk lawan dapat melakukan jamming dan mengacaukan signal komunikasi / koordinasi pemakaian kedua tipe ini.
Pembelian Sukhoi Su-35, F-16 Block-62, atau KF-X tidak akan menyelesaikan permasalahan ini. Sebaliknya, Gripen fighter system akan menjadi satu-satunya solusi yang dapat diambil Indonesia.
Swedia adalah salah satu pelopor konsep networking, pertama kalu mulai mencoba sistem ini di tahun 1957. Dengan sistem network TIDLS Swedia (non-NATO, bebas dari kontrol US), SAAB Gripen akan membuka lembaran baru untuk Indonesia. Sistem TIDLS Gripen hampir tidak mungkin bisa di “jamming”. Berbeda dengan Link-16, sistem TIDLS di Gripen akan menghubungkan lebih sedikit pemakai (4 Gripen), tapi pembagian data jauh lebih lengkap/unggul untuk memberikan ‘situational awareness’ yang terbaik. SAAB sudah meningkatkan kemampuan ini lebih lanjut dalam format WISCOM untuk lebih memaksimalkan kemampuan AESA/IRST di Gripen-NG.
Kerjasama dengan Swedia, akan membuka peluang bagi Indonesia untuk mulai ke tahap pengembangan sistem National Data Link network sendiri, yang tidak hanya akan terbatas di Gripen saja. Kebutuhan Indonesia akan unik, hanya untuk Indonesia sendiri.
Semua Alutsista dari AU, AL, dan AD yang sudah terintegrasi fully networked ke dalam sistem pertahanan yang terpadu, akan menjadi deterrent factor tersendiri, yang sukar ditandingi negara lain.
Keuntungan keempat: Gripen-NG adalah proven-concept; satu-satunya tipe yang akan memenuhi kebutuhan, dan keterbatasan Anggaran Indonesia
Memang Gripen-E yang pertama baru akan terbang di tahun 2018. Tidak seperti proyek KF-X, atau proyek yang tidak karuan seperti F-35 — 90% dari semua komponen baru yang akan dipasangkan di Gripen-E/F sudah berhasil di tes dalam bentuk Gripen-NG demonstrator. Tidak ada tehnologi yang dipakai dalam Gripen-E/F yang belum teruji atau beresiko tinggi.
Gripen-NG adalah proven concept, dan dari segi kemampuan patut diperhitungkan oleh semua negara-negara tetangga yg bersenjatakan pesawat tempur buatan US. Perpaduan TIDLS data-link, kemampuan supercruise, dan Meteor BVRAAM (BVR missile terbaik di dunia) akan membuat lawan berpikir dua kali kalau mau mencoba “menjajal” pertahanan udara Indonesia.
Fleksibilitas Gripen untuk bisa beroperasi dari jalan lurus sepanjang 800 meter, juga dapat disesuaikan dengan proyek pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia. Kenapa tidak? Tentu saja ini perpaduan istimewa, kalau pembangunan infrastruktur di setiap tempat dapat diperhitungkan dengan konsep “jalan lurus disini akan menjadi pangkalan gerilya untuk Gripen”. Sekarang Indonesia dapat membangun ribuan “pangkalan rahasia” untuk Gripen di seluruh pelosok negeri.
Masalah selanjutnya, training.
Jumlah latihan jam terbang standar untuk pilot NATO dewasa ini adalah 170 jam terbang / tahun. Pilot USAF dan US Navy mempunyai standar yang lebih tinggi – 220 jam / tahun. RSAF Singapore dan RAAF Australia, yang dibentuk menurut standard NATO, kemungkinan besar akan mempunyai latihan jam terbang per pilot diantara angka 170 jam – 220 jam per tahun ini.
Indonesia boleh membeli pesawat tempur yang sebagaimanapun hebatnya, tapi tanpa investasi dalam jam latihan, tetap akan mudah dikalahkan oleh F-18A/B Australia, atau F-16 Block-52+ Singapore yang jauh lebih “inferior”, hanya karena pilot mereka jauh lebih terlatih.
Dengan biaya operasional Sukhoi Flanker yang mencapai Rp 400 juta / jam, Indonesia akan membutuhkan Rp 1 Triliun per tahun untuk mencapai angka latihan 170 jam per tahun, hanya untuk 16 Sukhoi. Dengan biaya operasional Gripen (lihat gambar), Indonesia hanya perlu mengeluarkan kurang dari setengah dari biaya tersebut untuk mencapai 170 jam training untuk 48 Gripen (3 Skuadron).
Kenyataannya, Anggaran militer Singapore dan Australia jauh lebih tinggi. Perlengkapan mereka lebih modern, persenjataan lebih lengkap, dan keduanya tidak pernah mengalami masa embargo militer. Gripen-NG, dengan biaya operasional yang bahkan lebih murah dibandingkan F-16, akan memberikan kesempatan untuk Indonesia untuk mengejar ketinggalan, atau menyamai kemampuan mereka.
Keuntungan Kelima: SAAB/Swedia akan menjadi supplier Indonesia
Sebelum tahun 2000-an, Swedia / SAAB bukanlah penjual pesawat tempur yg aktif seperti UK atau Perancis di dunia internasional. Produk mereka selalu bersaing, tapi tidak pernah dijual bebas. SAAB J-35 Draken hanya dijual ke negara-negara Skandinavia yang lain, sedangkan JA-37 Viggen bahkan tidak dijual ke negara lain.
Kebanyakan negara di dunia ini, tentu sudah membina hubungan baik dengan salah satu supplier traditional — US, Russia, Perancis, dan UK. Kalau hubungan mereka sudah baik, biasanya sudah sulit untuk pindah. Lagipula, kemampuan marketing SAAB jelas bukan tandingan Boeing, Lockheed, EADS, atau Dassault.
Kemampuan geopolitik US untuk melakukan tekanan diplomatis cukup besar (supaya negara lain membeli senjata mereka), dan mereka tentu saja rajin membagi-bagi subsidi gratis bagi pembeli senjata mereka. Tidak seperti Pakistan, Indonesia tidak akan mungkin bisa dapat banyak! US akan tetap lebih “sayang” ke Australia dan Singapore.
Swedia yang netral tidak akan mau ambil pusing dengan permainan semacam itu. Tidak akan ada motivasi ”terselubung” yang menyertai pembelian senjata dari Swedia.
Keberanian untuk menawarkan 100% ToT, berarti Swedia / SAAB melihat adanya peluang kerja sama yang besar dengan industri pertahanan Indonesia. Di lain pihak, SAAB justru menolak untuk ikut kompetisi pesawat tempur di negara tetangganya sendiri, Denmark (ini sangat mengejutkan!), Canada, dan Korea (untuk F-X III diundang, tapi menolak untuk ikut).
Kesimpulan
Seberapa hebatnya Gripen untuk Indonesia, tidak seperti pilihan lain, akan murni 100% tergantung kepada kemampuan Indonesia untuk berinovasi, dan tentu saja komitmen sendiri. Dan tidak seperti Flanker, pesawat ini tidak akan menghabiskan uang anggaran militer hanya untuk biaya operasional, jadi dana yang sudah terbatas dapat dialihkan ke bagian lain.
Gripen akan membuka pintu untuk para ahli Indonesia, bukan hanya dalam bidang pesawat tempur, tapi juga dalam bidang persenjataan, perlengkapan, programming, dan data networking yang modern.
Tidak seperti KF-X berbasiskan tehnologi US, tidak akan ada tehnologi yang dirahasiakan. Bukan tidak mungkin, bahkan semua perlengkapan innovatif yang sudah berhasil dikembangkan melalui sistem Gripen, bahkan dapat di eksport di kemudian hari.
PT DI (tergantung jumlah investasi negara di Gripen) juga akan berpeluang untuk menjadi sub-contractor utama perakitan Gripen di kawasan Asia-Pasifik.
Memilih Gripen-NG akan membebaskan kita dari kemungkinan belenggu FMS yang terus mengancam semua tipe buatan US / Korea (sama saja), dan juga menjamin kestabilan dan kesiapan tempur dibandingkan Sukhoi Flanker yang sudah mempunyai reputasi gampang rusak.
Pembelian Gripen-NG akan menjadi langkah pertama Indonesia untuk mencapai sistem pertahanan yang mandiri.
Catatan penutup
Mesin F414G di Gripen-NG adalah satu-satunya komponen yang masih buatan US. Tapi kita tidak perlu terlalu khawatir! Di masa embargo dahulu saja, Indonesia masih bisa mengudarakan F-16 untuk menghadapi insiden pulau Bawean.
Indonesia tentu akan belajar bagaimana cara men-service mesin F414G tanpa bantuan luar. Lagipula, mesin ini sudah mengumpulkan jutaan jam terbang, dan sangat relaible. Di lain pihak, tidak pernah ada satupun Gripen yang pernah jatuh karena kerusakan mesin.
Tambahan: Iran saja masih mampu menerbangkan F-14A, walaupun sudah di-embargo sejak tahun 1979.
Pesawat tempur import modern dewasa ini, baik F-16C/D atau Su-30MK2, biasanya memiliki daftar perlengkapan/persenjataan standard yang sudah ditentukan oleh negara penjual. Kelemahannya, pembeli tidak mungkin menambah pilihan lain yang tidak tercantum di dalam daftar si penjual.
Uni Arab Emirates (UAE) saat ini adalah satu-satunya pengguna F-16 Block-60, sub-tipe F-16 yang paling modern di dunia (lebih modern dari versi USAF). UAE bahkan membayar $3 milyar untuk development cost F-16 Block-60, dan sebagai upahnya, akan mendapat royalty kalau Block-60 ini terjual ke negara lain (belum terjual).
Konsep seperti ini mirip dengan KF-X, bukan? Apakah sudah menjadi skenario yang ideal ?
Saatnya berkenalan kembali dengan tehnik jitu FMS pemerintah US untuk mengontrol persenjataan/perlengkapan negara client.
Untuk menghadapi Iran, UAE menginginkan stealth cruise missile jarak yang jangkauannya mencapai 300 km untuk dipasangkan ke F-16 mereka. F-16 USAF tentu saja dapat membawa senjata semacam ini – AGM-158 JASSM stealth cruise missile. Tapi pemerintah US tidak mengijinkan penjualan senjata ini ke semua negara Timur Tengah.
UAE kemudian melirik MBDA Storm Shadow sebagai pilihan kedua untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka tetap membentur tembok! Pemerintah US juga tidak mengijinkan perubahan source-code untuk F-16 Block-60 UAE yang memungkinkannya membawa Storm Shadow. Solusi UAE untuk menghadapi masalah ini: mereka memasang MBDA Storm Shadow (versi mereka: Black Shaheen cruise missile) ke Mirage 2000-9 mereka.
Tragedi UAE ini pasti akan terulang dalam KF-X versi Indonesia atau F-16 Block-62.
Tidak seperti UAE, Indonesia tidak akan mempunyai dompet yang cukup tebal untuk membayar harganya.
Di sinilah kunci keunggulan Gripen Negara pembeli mempunyai kebebasan penuh untuk menentukan sendiri apa yang dibutuhkan untuk Gripen mereka.
Gripen-NG di Brazil memberikan contoh yang baik. Kalau melihat diagram breakdown dari Gripen Brazil, local content sudah cukup banyak. Versi Brazil juga akan memasangkan sistem aerial network buatan sendiri, dan mengintegrasikan missile A-Darter (hasil kerjasama Brazil – Afrika Selatan). Hasilnya, Gripen untuk Brazil sudah akan berbeda dibandingkan milik Swedia. Sepuluh tahun di masa depan, perbedaan perlengkapan antara Gripen Brazil dan Swedia akan semakin membesar, tergantung pilihan masing-masing.
Gripen untuk Indonesia tentu saja juga berpotensi menuju ke arah yang sama. SAAB akan mentransfer source code Gripen (contoh: Brazil) sebagai bagian dari 100% ToT.
Penguasaan Source Code di Gripen memberikan kebebasan untuk Indonesia memilih senjata. Ini akan menjadi deterrent effect tersendiri, dan mendorong kreativitas pemakai.
Misalnya, untuk BVR combat, versi Indonesia dapat membawa tidak hanya Meteor, tapi juga R-77T (infra-red) dan R-77-1 buatan Russia. Kombinasi seperti ini sudah akan menjadi mimpi buruk untuk latihan pilot untuk RAAF Australia dan RSAF Singapore. Sekarang mereka harus berlatih untuk menghadapi 3 macam sub-variant missile yg berbeda, dari negara pembuat yang berlawanan satu sama lain.
Kalau mereka melihat Gripen Indonesia di radar, mereka juga harus menebak, sebenarnya Gripen ini akan membawa senjata yang mana ?.
Sebaliknya, untuk latihan BVR combat, pilot-pilot Indonesia hanya perlu berlatih untuk menghadapi AMRAAM C-7. Sebagai sarana pembantu, Gripen-E/F sudah membawa next-generation Gallium-Nitride jammer yang lebih unggul dibanding semua tipe lain. Keunggulan Jammer ini akan membantu menangkal kemampuan radar kecil di AMRAAM untuk “men-lock” Gripen.
Apapun yang diinginkan Indonesia, dapat disampaikan langsung ke SAAB, dan mereka akan mencoba mengakomodasi, dalam batasan platform Gripen.
Keuntungan kedua: 100% Transfer-of-Technology, dan kesempatan untuk partnership dalam pengembangan proyek Gripen-NG
Kita tidak akan pernah bisa berlari, kalau belum pernah belajar berjalan. Artikel Transfer-of-Technology, sudah membahas hal ini.
Pembelian Gripen akan memberikan kesempatan untuk Indonesia mulai belajar dari NOL. Inilah tempat terbaik untuk mulai terlebih dahulu mendalami tehnologi salah satu pesawat tempur paling modern dewasa ini. Tawaran 100% ToT dari SAAB, tentu saja juga akan membuka peluang yang besar untuk Indonesia dapat merakit Gripen sendiri di Bandung. Indonesia kemudian akan dapat mulai melihat dalam jangka menengah-panjang, seberapa banyak ”part” dalam Gripen yang akan menjadi ”made in Indonesia”.
Ini bukan berarti setelahnya, SAAB akan berpangku tangan, dan mendikte kita seperti kasus FMS pemerintah US. Pembelian Gripen-NG dari SAAB juga akan menjadi undangan untuk bergabung dalam proyek bersama untuk memajukan Gripen fighter system. Brazil sudah dinobatkan sebagai salah satu partner untuk Gripen-NG project, pertama-tama untuk produksi lokal mereka, tapi kemudian untuk semua “Gripen NG customers”. Indonesia juga akan lebih berpeluang mendapat tempat duduk yang sama.
Gripen-NG akan menjadi proyek bersama dari negara-negara yang non-blok / netral, bebas dari pengaruh industri-industri militer tradisional US, dan Russia. Kerjasama antara SAAB (Swedia), dan PT DI (Indonesia), dalam Gripen-NG akan berpeluang besar menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan di dunia aviation.
Keuntungan Ketiga: Aerial Data Networking
Networking akan membagi satu gambaran yang sama untuk target (lawan), tanpa perlu mengandalkan kemampuan deteksi individual. Target mungkin dideteksi oleh radar di darat, dari kapal, pesawat AEW&C, atau mungkin pesawat tempur lain, tapi setiap pilot pesawat tempur akan mempunyai pengetahuan yang penuh lokasi, ketinggian, dan kecepatan lawan. Tentu saja, semuanya akan tahu benar bagaimana caranya menembak jatuh lawan tersebut. Pihak mana yang dapat membuat gambaran lawan lebih baik, tentu saja akan menjadi pihak yang lebih unggul didalam konflik.
Dalam keadaan sekarang, tidak mungkin F-16 Block-15/52ID dan Sukhoi Su-27 Indonesia dapat di-network bersama. US tidak memberikan (atau tidak mengijinkan) Link-16 NATO-standard network di F-16 Block-52ID, sedangkan TKS-2 Network (kalau ada) di Su-27/30, yang berbasiskan tehnologi Russia tidak akan compatible ke semua sistem pertahananan udara Indonesia yang lain yang rata-rata berbasis tehnologi Barat.
Kelemahan lain, Indonesia tidak akan dapat memasang data network buatan pihak ketiga untuk menghubungkan Su-27/30 dan F-16. Peraturan FMS US tidak mengijinkan modifikasi apapun di F-16 tanpa persetujuan mereka. Di lain pihak, belum pernah ada negara lain yang mencoba memasang Aerial Network buatan Barat yang lebih modern di atas Sukhoi Flanker.
Kesulitan ini akan membawa dampak yang jelek di saat konflik, karena F-16 dan Su-27/30 Indonesia akan bertempur sebagai dua kekuatan yang terpisah, yang hanya dapat dikoordinasi melalui radio. Dan karena sistem radio kedua tipe pesawat ini juga dibuat dari dua sumber yang berbeda, kemungkinannya juga sangat besar untuk lawan dapat melakukan jamming dan mengacaukan signal komunikasi / koordinasi pemakaian kedua tipe ini.
Pembelian Sukhoi Su-35, F-16 Block-62, atau KF-X tidak akan menyelesaikan permasalahan ini. Sebaliknya, Gripen fighter system akan menjadi satu-satunya solusi yang dapat diambil Indonesia.
Swedia adalah salah satu pelopor konsep networking, pertama kalu mulai mencoba sistem ini di tahun 1957. Dengan sistem network TIDLS Swedia (non-NATO, bebas dari kontrol US), SAAB Gripen akan membuka lembaran baru untuk Indonesia. Sistem TIDLS Gripen hampir tidak mungkin bisa di “jamming”. Berbeda dengan Link-16, sistem TIDLS di Gripen akan menghubungkan lebih sedikit pemakai (4 Gripen), tapi pembagian data jauh lebih lengkap/unggul untuk memberikan ‘situational awareness’ yang terbaik. SAAB sudah meningkatkan kemampuan ini lebih lanjut dalam format WISCOM untuk lebih memaksimalkan kemampuan AESA/IRST di Gripen-NG.
Kerjasama dengan Swedia, akan membuka peluang bagi Indonesia untuk mulai ke tahap pengembangan sistem National Data Link network sendiri, yang tidak hanya akan terbatas di Gripen saja. Kebutuhan Indonesia akan unik, hanya untuk Indonesia sendiri.
Semua Alutsista dari AU, AL, dan AD yang sudah terintegrasi fully networked ke dalam sistem pertahanan yang terpadu, akan menjadi deterrent factor tersendiri, yang sukar ditandingi negara lain.
Keuntungan keempat: Gripen-NG adalah proven-concept; satu-satunya tipe yang akan memenuhi kebutuhan, dan keterbatasan Anggaran Indonesia
Memang Gripen-E yang pertama baru akan terbang di tahun 2018. Tidak seperti proyek KF-X, atau proyek yang tidak karuan seperti F-35 — 90% dari semua komponen baru yang akan dipasangkan di Gripen-E/F sudah berhasil di tes dalam bentuk Gripen-NG demonstrator. Tidak ada tehnologi yang dipakai dalam Gripen-E/F yang belum teruji atau beresiko tinggi.
Gripen-NG adalah proven concept, dan dari segi kemampuan patut diperhitungkan oleh semua negara-negara tetangga yg bersenjatakan pesawat tempur buatan US. Perpaduan TIDLS data-link, kemampuan supercruise, dan Meteor BVRAAM (BVR missile terbaik di dunia) akan membuat lawan berpikir dua kali kalau mau mencoba “menjajal” pertahanan udara Indonesia.
Fleksibilitas Gripen untuk bisa beroperasi dari jalan lurus sepanjang 800 meter, juga dapat disesuaikan dengan proyek pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia. Kenapa tidak? Tentu saja ini perpaduan istimewa, kalau pembangunan infrastruktur di setiap tempat dapat diperhitungkan dengan konsep “jalan lurus disini akan menjadi pangkalan gerilya untuk Gripen”. Sekarang Indonesia dapat membangun ribuan “pangkalan rahasia” untuk Gripen di seluruh pelosok negeri.
Masalah selanjutnya, training.
Jumlah latihan jam terbang standar untuk pilot NATO dewasa ini adalah 170 jam terbang / tahun. Pilot USAF dan US Navy mempunyai standar yang lebih tinggi – 220 jam / tahun. RSAF Singapore dan RAAF Australia, yang dibentuk menurut standard NATO, kemungkinan besar akan mempunyai latihan jam terbang per pilot diantara angka 170 jam – 220 jam per tahun ini.
Indonesia boleh membeli pesawat tempur yang sebagaimanapun hebatnya, tapi tanpa investasi dalam jam latihan, tetap akan mudah dikalahkan oleh F-18A/B Australia, atau F-16 Block-52+ Singapore yang jauh lebih “inferior”, hanya karena pilot mereka jauh lebih terlatih.
Dengan biaya operasional Sukhoi Flanker yang mencapai Rp 400 juta / jam, Indonesia akan membutuhkan Rp 1 Triliun per tahun untuk mencapai angka latihan 170 jam per tahun, hanya untuk 16 Sukhoi. Dengan biaya operasional Gripen (lihat gambar), Indonesia hanya perlu mengeluarkan kurang dari setengah dari biaya tersebut untuk mencapai 170 jam training untuk 48 Gripen (3 Skuadron).
Kenyataannya, Anggaran militer Singapore dan Australia jauh lebih tinggi. Perlengkapan mereka lebih modern, persenjataan lebih lengkap, dan keduanya tidak pernah mengalami masa embargo militer. Gripen-NG, dengan biaya operasional yang bahkan lebih murah dibandingkan F-16, akan memberikan kesempatan untuk Indonesia untuk mengejar ketinggalan, atau menyamai kemampuan mereka.
Keuntungan Kelima: SAAB/Swedia akan menjadi supplier Indonesia
Sebelum tahun 2000-an, Swedia / SAAB bukanlah penjual pesawat tempur yg aktif seperti UK atau Perancis di dunia internasional. Produk mereka selalu bersaing, tapi tidak pernah dijual bebas. SAAB J-35 Draken hanya dijual ke negara-negara Skandinavia yang lain, sedangkan JA-37 Viggen bahkan tidak dijual ke negara lain.
Kebanyakan negara di dunia ini, tentu sudah membina hubungan baik dengan salah satu supplier traditional — US, Russia, Perancis, dan UK. Kalau hubungan mereka sudah baik, biasanya sudah sulit untuk pindah. Lagipula, kemampuan marketing SAAB jelas bukan tandingan Boeing, Lockheed, EADS, atau Dassault.
Kemampuan geopolitik US untuk melakukan tekanan diplomatis cukup besar (supaya negara lain membeli senjata mereka), dan mereka tentu saja rajin membagi-bagi subsidi gratis bagi pembeli senjata mereka. Tidak seperti Pakistan, Indonesia tidak akan mungkin bisa dapat banyak! US akan tetap lebih “sayang” ke Australia dan Singapore.
Swedia yang netral tidak akan mau ambil pusing dengan permainan semacam itu. Tidak akan ada motivasi ”terselubung” yang menyertai pembelian senjata dari Swedia.
Keberanian untuk menawarkan 100% ToT, berarti Swedia / SAAB melihat adanya peluang kerja sama yang besar dengan industri pertahanan Indonesia. Di lain pihak, SAAB justru menolak untuk ikut kompetisi pesawat tempur di negara tetangganya sendiri, Denmark (ini sangat mengejutkan!), Canada, dan Korea (untuk F-X III diundang, tapi menolak untuk ikut).
Kesimpulan
Seberapa hebatnya Gripen untuk Indonesia, tidak seperti pilihan lain, akan murni 100% tergantung kepada kemampuan Indonesia untuk berinovasi, dan tentu saja komitmen sendiri. Dan tidak seperti Flanker, pesawat ini tidak akan menghabiskan uang anggaran militer hanya untuk biaya operasional, jadi dana yang sudah terbatas dapat dialihkan ke bagian lain.
Gripen akan membuka pintu untuk para ahli Indonesia, bukan hanya dalam bidang pesawat tempur, tapi juga dalam bidang persenjataan, perlengkapan, programming, dan data networking yang modern.
Tidak seperti KF-X berbasiskan tehnologi US, tidak akan ada tehnologi yang dirahasiakan. Bukan tidak mungkin, bahkan semua perlengkapan innovatif yang sudah berhasil dikembangkan melalui sistem Gripen, bahkan dapat di eksport di kemudian hari.
PT DI (tergantung jumlah investasi negara di Gripen) juga akan berpeluang untuk menjadi sub-contractor utama perakitan Gripen di kawasan Asia-Pasifik.
Memilih Gripen-NG akan membebaskan kita dari kemungkinan belenggu FMS yang terus mengancam semua tipe buatan US / Korea (sama saja), dan juga menjamin kestabilan dan kesiapan tempur dibandingkan Sukhoi Flanker yang sudah mempunyai reputasi gampang rusak.
Pembelian Gripen-NG akan menjadi langkah pertama Indonesia untuk mencapai sistem pertahanan yang mandiri.
Catatan penutup
Mesin F414G di Gripen-NG adalah satu-satunya komponen yang masih buatan US. Tapi kita tidak perlu terlalu khawatir! Di masa embargo dahulu saja, Indonesia masih bisa mengudarakan F-16 untuk menghadapi insiden pulau Bawean.
Indonesia tentu akan belajar bagaimana cara men-service mesin F414G tanpa bantuan luar. Lagipula, mesin ini sudah mengumpulkan jutaan jam terbang, dan sangat relaible. Di lain pihak, tidak pernah ada satupun Gripen yang pernah jatuh karena kerusakan mesin.
Tambahan: Iran saja masih mampu menerbangkan F-14A, walaupun sudah di-embargo sejak tahun 1979.
Mungkinkah Rudal Yakhont / BrahMos Dihadang ?
Jika Anda berada di sebuah kapal perang yang hanya memiliki Sistem SAM jarak pendek untuk pertahanan, dan lebih dari 2 rudal BrahMos ditembakkan pada Anda, maka masa depan Anda akan suram. Satu-satunya harapan adalah menutup mata Anda dan menerima kejadian yang tak terelakkan.
Dalam artikel ini kita akan secara khusus membahas cara dan peluang menembak jatuh rudal anti kapal India-Rusia yang terkenal, BrahMos. Untuk saat ini, Rudal ini merupakan rudal tercepat dan mungkin rudal anti-kapal yang paling mematikan di antara rudal yang ada.
BrahMos Varian Rusia disebut Onyx dan varian ekspor disebut Yakhont. NATO menamainya SS-N-26 Stallion. Mari kita lihat bagaimana missles ini bekerja,
Apakah dicatat bahwa tidak ada informasi rahasia terungkap dalam analisis ini dan semua data yang digunakan adalah berdasarkan rilis angka publik. Analisis ini menggunakan logika, fisika dan matematika dengan data yang tersedia dalam rangka untuk menyajikan gambaran umum tentang bagaimana menghadapi BrahMos serta langkah-langkah untuk menghadapinya.
Keuggulan utama dari BrahMos adalah:
– Kecepatan 3 Mach (2500-3000 km / jam) (yang membuatnya sangat sulit untuk dideteksi dan dilacak)
– Hulu ledak 300 kg Semi-Armor piercing (yang menyebabkan kerusakan besar pada sasaran)
– Energi kinetik yang sangat tinggi pada obyek yang terkena (kapal yang kecil hancur dan melumpuhkan kapal yang lebih besar)
– S-manuver hanya beberapa detik sebelum mengenai sasaran (yang membuat sangat sulit untuk intersepsi)
– 300 km jarak di Hi-Lo profil ketinggian
– 400 + km rentang Hi-ketinggian profil
– Tidak ada sayap (membuat lebih sulit untuk ditembak jatuh, setelah sayap rudal jatuh ke dalam air saat mengalami kerusakan sayap)
Kelemahan utama dari BrahMos adalah:
– Hanya memiliki jarak kisaran 120 km saat menggunakan Lo-altitude sea-skimming profile.
– Tidak cerdas (tidak dapat mengambil tindakan mengelak sendiri untuk menghindari rudal pencegat dan menelusuri jalur yang telah ditentukan)
– Ada banyak rumor bahwa BrahMos mustahil ditembak jatuh. Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa sistem pertahanan rudal NATO hanya siap untuk menangani rudal anti-kapal berkecepatan 1 sampai 1,5 Mach yang dimiliki Rusia selama Perang Dingin. Tapi setelah rudal Onyx / BrahMos dikembangkan dengan kecepatan 2 sampai 3 Mach, maka hal itu mengejutkan dunia Barat dan tidak diketahui apa langkah-langkah tertentu telah diambil untuk menangani ancaman supersonik ini. Namun Angkatan Laut AS ternyata siap untuk melindungi armada dari ancaman tersebut. Tahapan dalam menembak jatuh Onyx / BrahMos menggunakan sistem anti-rudal modern, akan dijelaskan.
Long Range SAM:
Bagian terbaik dari penggunaan SAM jarak jauh untuk mempertahankan kapal adalah bahwa Anda dapat menembak jatuh platform peluncur rudal tersebut (pesawat) sebelum dia menembakkan rudal kepada Anda! Karena Anda menghilangkan sumber ancaman, Anda memastikan keselamatan armada. SAM jarak jauh memiliki jangkauan kategori 80-250 km, seperti SM-2, SM-6, Aster 30, HQ-9, SA-N-6 Grumble (Naval S300), 9M96E (Naval S400). Tapi mari kita mempertimbangkan SAM yang paling mungkin untuk menghadapi BrahMos.
Angkatan Laut AS menggunakan SM-2 yang merupakan SAM standar jarak jauh yang ada di kapal mereka. SAM ini memiliki jangkauan 90 + km dan menggunakan semi-active homing radar seeker, yang berarti secara mekanik iluminator pemindai yang ada di kapal perang harus menyediakan data untuk membimbing rudal. Hal ini terbukti menjadi cacat/kelemahan kapal Burke Class yang membawa 3 mounted SPG-62 iluminator yang akan sulit untuk berurusan dengan serangan rudal multi arah.
Biasanya, setelah rudal musuh terdeteksi pada jarak yang jauh, yang menggunakan profile high altitude maka beberapa rudal SM-2 diluncurkan untuk melawan ancaman tersebut. 2 hingga 3 SAM ditembakkan terhadap ancaman subsonic, sehingga aman untuk mengasumsikan bahwa 4 hingga 5 SAM akan ditembakkan untuk menghadapi ancaman rudal tunggal BrahMos. Sekali lagi, SM-2 tidak dirancang untuk menangani rudal yang terbang di 3 kali kecepatan suara tetapi dirancang untuk menangani rudal Soviet yang terbang di 1-1,5 kali kecepatan suara. Jadi hal itu akan menjadi tugas yang sangat sulit untuk menembak jatuh BrahMos, dan pihak yang menyerang akan meluncurkan BrahMos idealnya pada jarak 120 km jauhnya dari kapal Burke Class untuk memastikan penerbangan sea-skimming (terbang rendah di atas permukaan laut) agar mendapatkan delay detection.
Namun rudal SM-6 adalah kasus yang berbeda karena rudal ini dapat mencegat rudal supersoonic pada ketinggian sea skimming dan pada ketinggian tinggi juga. Ini menjadi senjata utama US Navy untuk mempertahankan armada mereka terhadap rudal seperti BrahMos.
Medium Range SAM:
Mari kita mempertimbangkan skenario di mana kapal perusak Burke Class mengawal kapal induk / Carrier Battle Group (CBG) yang dihadapkan dengan salvo 8 unit rudal BrahMos / Yakhont Anti-Kapal. Setelah rudal terdeteksi oleh AWACS di jarak 150 + km dari kapal, prosedurnya akan mengarahkan jet tempur dari kapal induk terdekat menuju rudal untuk menembaknya jatuh. Dalam kasus ini, rudal tersebut terbang di 3 kali kecepatan suara. Jet tempur akan memiliki 1/3 waktu untuk bereaksi jika dibandingkan jika menghadapi rudal subsonik.
Oleh karena itu peluang keberhasilan untuk menembak rudal tersebut dengan menggunakan pesawat menjadi tipis. Tetapi jika kita asumsikan kapal perusak Burke Class bertindak sendiri, maka BrahMos akan terdeteksi sekitar 25-30 km dari kapal. Mengingat salvo dari 8 BrahMos dan rudal berjalan 1 km / detik, Burke memiliki waktu sekitar 25-30 detik untuk bereaksi. Meluncurkan rudal jarak jauh akan sia-sia pada saat ini karena rudal mendekati kapal dengan sangat cepat. Pilihan SAM Medium tersedia di destroyer Burke adalah Evolved Sea Sparrow Missile (ESSM) quad (x4) rentang 50 km yang tersedia dalam jumlah besar.
Rudal ini sangat berguna karena satu paket (sel) terdiri dati 4 rudal MR-SAM (Medium Range) dibandingkan dengan 1 LR-SAM (Long Range). Saat mencegat rudal supersonik anti-kapal, sejumlah besar SAM harus ditembakkan untuk memastikan keberhasilan intersepsi. Jadi dalam hal ini, kita dapat memperkirakan ada 16 hingga 24 rudal ESSM ditembakkan dari Burke untuk menghadang rudal yang datang. Ada 4 SAM yang ditargetkan untuk menyergap setiap rudal BrahMos dan kemungkinan intersepsi dianggap ‘teori’ 100% berhasil, maka BrahMos masih memiliki peluang untuk menembus pertahanan tersebut.
Evolved Sea Sparrow Missile (ESSM):
Ada cacat besar dalam rudal ini jika Anda belum melihat. Menembakkan 24 ESSM memakan waktu 24 detik, 4 unit ESSM sasarannya 1 rudal BrahMos, jadi 24 ini dapat menargetkan 6 BrahMos dan pada saat itu beberapa rudal ESSM terakhir telah ditembakkan, sementara masih ada 2 rudal BrahMos yang tidak masuk target dan dengan cepat menuju Burke. Jadi apa cacatnya ? Pikirkan ……… .Jika 16 rudal BrahMos (kapasitas frigat gen baru Rusia dan kapal perusak India) ditembakkan bukan 8, pertahanan kapal Burke akan jenuh jika beroperasi sendiri.
CIWS Phalanx dan Softkill countermeasures mungkin berhasil melawan 2 BrahMos lagi, tapi kemudian Anda memiliki 6 rudal supersonik anti-kapal yang tersisa dengan 300 kg semi-armor hulu ledak menusuk dengan kecepatan penuh menuju kapal perusak 9000 ton Burke. Oleh karena itu kita dapat mengasumsikan batas jenuh untuk kapal Burke tunggal ada di 12 rudal BrahMos. Jadi, jika kapal ini pergi satu lawan satu dengan kapal Rusia atau kapal perusak India yang membawa 16 BrahMos, kapal itu tidak pulang ke rumah.
US Navy Carrier Battle Group :
Jadi apa yang kita pelajari dari hal ini? Kami belajar bahwa jika kapal memiliki sistem SAM jarak menengah murni, peluangnya untuk bertahan hidup sangat rendah dalam konflik modern. Jika menghadapi rudal seperti BrahMos, kemungkinan untuk bertahan dikurangi lagi tiga kali lipat. Oleh karena itu banyak angkatan laut yang memilih untuk memasang sistem pertahanan berlapis dengan sistem AEW untuk melindungi kapal perang mereka yang mahal. Tetapi akan ada keraguan lagi dalam pikiran Anda setelah Anda membaca ini.
Anda akan bertanya-tanya bagaimana AEGIS, yang merupakan yang terbaik di dunia tidak bisa menangani 20-30 rudal seperti BrahMos, dan Angkatan Laut AS meninggalkan kapal yang rentan terhadap ancaman seperti ini. Jawabannya adalah ya dan tidak. YA, The AEGIS adalah yang terbaik di dunia karena dapat menggabungkan data dari setiap radar kapal dan pesawat di media/monitor di armada (fleet) dan menggambarkan gambaran besar dari wilayah udara sekitarnya.
Ia mendapat data awal dari pesawat E-2 yang memungkinkan untuk mencegat rudal 100 + km dari armada kapal yang bergerak. Dan TIDAK, karena bahkan sistem anti-rudal yang tercanggih di dunia pun memiliki batas saturasi. Nilai yang tepat tidak diungkapkan untuk alasan yang jelas, tetapi mempertimbangkan kapal induk/ CBG akan memiliki 3 pendamping AEGIS di masa perang, 48 pesawat tempur dengan 8 Combat Air Patrol (CAP) dan 2 E-2s udara untuk menyediakan cakupan radar Over The Horizon (OTH), batas jenuh untuk kapal induk/CBG ini akan menjadi sekitar 64 rudal BrahMos.
Jangkauan 300 km BrahMos dalam penerbangan ketinggian (hi and low) campuran dan jangkauan 120 km dalam penerbangan ketinggian rendah (sea skimming) berarti bahwa rudal itu tidak bisa ditembak dari luar jangkauan radar dari kapal induk/CBG. Oleh karena platform pengiriman rudal yang mematikan akan menggunakan kapal selam Yasen Rusia yang membawa 32 Yakhont / BrahMos dan dapat menembak saat sedang terendam. Sekarang kita berbicara tentang BrahMos melawan kapal Burke yang dilengkapi AEGIS yang terkenal, mari kita lihat bagaimana sistem anti-rudal lain menghadapinya.
INS Kolkata membawa 16 rudal BrahMos dan 32 Barak-8:
Ada satu rudal khusus yang telah dirancang dari awal untuk menembak jatuh BrahMos. Ini adalah SAM India-Israel Barak-8. Rudal ini dikembangkan oleh Israel untuk melengkapi kapal perangnya untuk melindungi mereka dari rudal Yakhont tetangganya. Kapal Israel hanya dilengkapi SAM jarak pendek dan tidak memiliki radar modern yang mampu menangani serangan khusus dari musuh-musuhnya yang menggunakan rudal Yakhont. Jawaban untuk masalah ini adalah karena Barak-8 sangat lincah dan akurat yang dikemas dengan teknologi terbaik yang ada untuk dijadikan rudal berukuran sedang. Karena dikembangkan dengan bantuan India, saya berasumsi bahwa India memberikan data rahasia tentang BrahMos sehingga Barak-8 dapat dibuat menjadi pembunuh rudal utama untuk Angkatan Laut India dan Israel.
Dengan jangkauan maksimal 70 km, rudal ini beroperasi dihubungkan dengan radar MF-STAR yang dapat mendeteksi rudal sea skimming di jangkauan 30-35 km. Rudal Ini menggabungkan jarak menengah dan rudal jarak pendek ke dalam satu rudal, memiliki jarak pencegatan minimal 300 meter dan maksimum 70 km. Ada klaim bahwa satu rudal Barak-8 dapat menghentikan BrahMos sedekat 500 m dari kapal. Salah satu alasan di balik klaim adalah bahwa Barak-8 sangat akurat dan memiliki pencari homing radar aktif, yang memungkinkan kapal melupakan rudal setelah peluncuran, karena rudal akan menemukan target sendiri meskipun kapal tidak memberikan bimbingan dan mid-course update.
Rudal Barak-8 dapat mengunci terus menerus rudal yang masuk dengan radar sendiri dan MF-STAR dapat membimbing 24 rudal Barak-8 ke 12 target secara simultan, batas saturasi untuk kapal perusak Kolkata Class terhadap BrahMos meliputi di 12 rudal . Namun situasi ini menjadi kontradiksi dalam dirinya sendiri karena Kolkata Class juga membawa BrahMos serta Barak-8. Ini berarti bahwa Angkatan Laut India menyebarkan racun dan obat penawar pada platform yang sama.
Dari analisis di atas, tidak melompat ke kesimpulan bahwa Kolkata Class sama dengan Burke dalam peran pertahanan rudal. Karena Kolkata membawa hanya 32 Barak-8 sementara Burke membawa 96 SAM yang dapat meningkat menjadi 192+ dengan quadpacking ESSM, Burke sama dengan Kolkata hanya dalam hal kejenuhan peran pertahanan rudal terhadap BrahMos. Keunggulan dari Burke memungkinkan kapal untuk menahan serangan rudal yang berkelanjutan dengan beban rudal sangat besar. Burke Class memiliki kelebihan dan dapat menembak jatuh rudal di jarak 200 km ketika dipasang dengan aset AEW, tetapi Kolkata tidak bisa. Dalam analisis ini, keduanya dianggap sama jika yang hadapi semata-mata rudal BrahMos dengan situasi kapal perang berdiri sendiri.
Short Range (Point Defense) SAM :
Jika Anda berada dalam situasi di mana Anda harus menggunakan SAM jarak dekat untuk menembak jatuh rudal anti-kapal, maka Anda telah dalam keadaan kesulitan besar. Ini berarti bahwa rudal bermusuhan yang masuk telah berhasil menghindari payung pertahanan yang disediakan oleh jangkauan SAM yang lebih panjang. Oleh karena itu Anda membentuk garis pertahanan terakhir. Kapal target memiliki waktu sekitar 5-10 detik untuk bereaksi jika rudal Anti-Ship Missile (AShMs) itu supersonik dan sekitar 20-30 detik untuk bereaksi jika rudal AShMs itu subsonik karena jarak tembak SAM ini dalam kategori 10-15 km. Sebuah tembakan voli dari 8 hingga 12 titik sistem pertahanan SAM biasanya diluncurkan untuk menembak jatuh 2-3 AShMs yang masuk. Karena AShMs (Rudal Anti-Kapal) sangat dekat dengan kapal, tidak ada kesempatan kedua yang tersedia untuk mempertahankan diri meskipun kapal sasaran menembakkan rudal sebanyak mungkin untuk mempertahankan diri dalam situasi hidup dan mati. Sistem SAM jarak pendek (SR-SAM) yang populer adalah: RAM, Barak-1, crotale, Gauntlet (Naval Tor) dan lain-lain.
Rolling Airframe Missile (RAM) :
Jadi bagaimana kapal mempertahankan diri terhadap rudal BrahMos jika kapal menggunakan sistem SAM jarak pendek ?. Jika sistem ini merupakan bagian dari sistem pertahanan berlapis, maka kapal harus berurusan dengan hanya 1 atau 2 rudal BrahMos dan rudal BrahMos yang tersisa akan /telah dinetralisir oleh sistem pertahanan jarak jauh. Ini adalah tugas yang relatif sederhana untuk sistem seperti Rolling Airframe Missile (RAM) atau Barak-1 yang dirancang untuk membunuh rudal sea skimming supersonik. Tetapi sistem ini tidak dapat menangani rudal BrahMos lebih dari 2 atau 3 karena mereka sendiri hanya memiliki jangkauan 10 km yang memberi mereka waktu hanya beberapa detik untuk bereaksi dan hanya beberapa rudal yang bisa ditembakkan pada waktu itu.
Jadi jika Anda berada di sebuah kapal perang yang hanya memiliki Sistem SAM jarak pendek untuk pertahanan, dan lebih dari 2 rudal BrahMos ditembakkan pada Anda, maka masa depan Anda akan suram. Satu-satunya harapan adalah menutup mata Anda dan menerima kejadian yang tak terelakkan.
Senjata Anti-Rudal :
Senjata ini sangat populer dalam sistem pertahanan udara modern saat ini, karena waktu reaksinya yang cepat dan mampu untuk menembak jatuh target pada jarak yang sangat pendek. Kebanyakan angkatan laut modern menggunakan
Close in Weapon Systems (CIWS) yang terdiri dari senapan super rapid (sendiri) atau dikombinasikan dengan SAM jarak pendek sistem. Saat ini, Angkatan Laut AS menyebarkan CIWS Phalanx pada semua kapal mereka. Ini adalah sebuah closed loop system dengan radar pencarian pelacakan dan senjata Gatling 20 mm dan amunisi yang digabungkan ke dalam sistem self-defence berkelanjutan.
Sistem ini memiliki jangkauan max 3 km dan jangkauan efektif 1,5 km ketika berhadapan dengan rudal jelajah yang terbang rendah. Jika menghadapi BrahMos tunggal yang telah melewati lapisan pertahanan rudal lainnya, radar Phalanx akan mengunci ke BrahMos dan melepaskan sebuah torrent 20 mm proyektil depleted uranium untuk merusak rudal BrahMos mudah. Tapi, hal itu tidak akan terjadi.
Tembakan Phalanx pada kecepatan 3000 butir per menit yang diterjemahkan ke dalam 50 butir per detik. Karena BrahMos terbang pada kecepatan 1 km / detik dan jarak efektif Phalanx adalah 1,5 km, maka kapal hanya memiliki waktu 1,5 detik untuk menembak jatuh BrahMos, ketika rudal BrahMos berjarak 1,5 km jauhnya dari kapal. Dan karena BrahMos melaju begitu cepat, jika Anda menembak kurang dari 500 km jauhnya dari kapal Anda, fragmen rudal masih akan menyerang kapal Anda pada kecepatan tinggi dan menyebabkan kerusakan. Jadi BrahMos harus dicegat antara 500 m dan 1,5 km oleh CIWS Phalanx. Situasi ini memberikan waktu penembakan total 1 detik. Dan saat itu dibutuhkan waktu setengah detik untuk mencapai tingkat penuh penembakan, hanya sekitar 40 peluru yang bisa ditembakkan pada waktu itu.
Phalanx CIWS:
Ini tidak berakhir di sini, BrahMos melakukan S-manuver di beberapa km terakhir dari penerbangannya. Hal ini membuat sangat sulit bagi CIWS Phalanx untuk mengunci BrahMos. Dia akan memiliki waktu kurang dari 2 detik untuk mengunci pada target yang manuver terbang di 3 kali kecepatan suara. Hal ini praktis tidak mungkin untuk Phalanx menembak jatuh BrahMos. Oleh karena itu angkatan laut AS menggantikannya dengan RAM pada kapal perang yang lebih besar karena RAM tiga kali lipat jangkauannya dan memberikan kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup bagi kapal perang. Tetapi tidak ada Rolling Airframe Missile (RAM) pada kapal perusak Burke dan mereka hanya memiliki CIWS Phalanx tunggal saja. Varian yang lebih tua memiliki 2, tapi situasi itu tidak membuat banyak perbedaan. Phalanx berguna terhadap sasaran subsonik dan supersonik yang melaju di kecepatan di Mach 1-1,5. Namun terhadap BrahMos, tidak ada gunanya.
Angkatan Laut Amerika Serikat sedang bekerja mcari sebuah solusi dan sedang dilakukan. Jawabannya adalah dalam sistem Laser CIWS yang telah dikerahkan dan beroperasional baru-baru ini. CIWS laser ini mampu menembak jatuh target udara dan permukaan yang bergerak lambat, tetapi sedang dalam perbaikan, pada dekade berikutnya, CIWS Laser akan banyak digunakan dan akan mampu memukul beberapa rudal BrahMos seperti lalat. Tapi sekali lagi, versi hipersonik dari BrahMos sedang dalam pengembangan yang akan memasuki layanan pada dekade berikutnya. Terbang dengan kecepatan Mach 5-7, bisa membuat sakit kepala termasuk untuk laser CIWS. Tapi kita akan tahu 10 tahun dari sekarang.
KESIMPULAN:
BrahMos bukan rudal yang tidak terkalahkan. Hanya saja ia menybabkan sakit kepala yang lebih akut saat harus berhadapan dengannya. Dengan sistem SAM yang layak, Anda mungkin dapat mempertahankan kapal Anda terhadap serangan rudal subsonik. Tapi untuk membela diri dari BrahMos, Anda perlu biaya mahal, teknologi high-end, sistem pertahanan rudal berlapis.
Jika Anda memiliki sistem Pertahanan Udara yang kuat dan jaringan seperti US Navy dan Royal Navy, Anda memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Tapi angkatan laut yang lebih kecil dan menggunakan sistem pertahanan udara tingkat dasar, dia tidak diberi kesempatan. Satu-satunya harapan mereka adalah doa. Jadi jika Anda seorang kapten kapal perang, itu selalu lebih aman untuk berada di sisi memiliki BrahMos / Yakhont daripada berada di sisi yang harus menghadapi BrahMos. Dengan nasib buruk Anda jika Anda akhirnya harus menghadapi BrahMos, doa adalah pilihan lain.
Gripen-NG Pilihan yang Paling “Indonesia” ?. Propaganda !
Pendahuluan
Tadinya saya tidak ingin tulis komentar, akan tetapi propagandanya makin lama cenderung menyesatkan, sehingga perlu dijawab. Sah saja seseorang mengoceh dalam menjual produk, namun bila dalam sales talk-nya menjelekkan produk lawan, tentu ini memancing reaksi dan perlu diluruskan. Terutama yang mengusik penulis adalah pelibatan Su-35. Seperti yang diklaim gripen Indonesia bahwa dia bukan salesman Gripen, penulis juga bukan salesman Su-35 ataupun setiap pesawat lainnya, akan tetapi hanya seorang fanboy yang mendambakan diskusi pencerahan yang saling menghormati dan jujur.
Apple to apple
Membandingkan Gripen dengan Su-35 ibaratnya sama dengan Apple to Jeruk lokal : satu dan dua engine, MTOW yang beda jauh, fuel fraction yang 33% lebih besar, jumlah “hardpoints” / senjata yang dapat diusung, power aperture radar yang jauh lebih besar dan banyak lagi lainnya. Jadi itu menurut saya adalah nonsense. Mungkin pembaca masih ingat ketika Su-30 kita intercept black flight Gulfstream di NTT harus dikejar dengan kecepatan supersonik sampai dapat meskipun Su-30 kita terpaksa mendarat dulu di Lanud El Tari untuk isi bahan bakar lagi. Meskipun tidak ada penjelasan resmi, namun dapat diperkirakan bahwa disini kita berbicara tentang kurun waktu ? 30 menit terbang supersonik. Sejujurnya, kalau kita kejar dengan Gripen, apakah mungkin? Gripen yang katanya bisa supercruise pasti akan kedodoran dan “bingo” sebelum berhasil mencegat.
Gripen NG dan Su-35 masing-masing punya tupoksinya sendiri di angkasa Indonesia.
Gripen dapat di-customize 100% menurut kebutuhan Indonesia
Gripen Indonesia menulis : “misalnya, untuk BVR combat, versi Indonesia dapat membawa tidak hanya Meteor, tapi juga R-77T (infra-red) dan R-77-1 buatan Russia”. Gripen Indonesia terlalu menyederhanakan masalah dan bisa menyesatkan. Penulis sendiri bukan ahlinya, tapi mari kita coba kita lihat permasalahannya : (1) Adaptor (cantelan) AAKU/AKU-170 untuk R-77, (2) integrasi adaptor ke fire control sequence dan radar, (3) interface dengan radar dan IRST, dan masih banyak lainnya. Misalnya, yang paling sederhana saja, apakah adaptor AAKU/AKU-170 langsung dapat dipasang di Gripen? Dipasang tidak jatuh dulu lho, belum bicara kinerja dibawa terbangnya.
Sebaliknya, kasus yang sama dapat pula ditanyakan, apakah Meteor dapat dibawa oleh Su-35?
Logika yang benar adalah Gripen tetap Gripen dan Su-35 tetap Su-35. Masing-masing punya tupoksinya sendiri. Su-35 tetap diperlukan sebagai heavy fighter mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara yang sangat luas serta untuk menangkal F-35 dan F-15SG. Gripen dapat diposisikan sebagai pengganti F-16 Blok 52ID yang ompong (karena tidak punya rudal BVR AIM-120 C7), pengganti F-5 dan Hawk, atau sebagai alternatif seandainya proyek KFX/IFX gagal (bukan dibatalkan seperti diminta oleh Gripen Indonesia).
Gripen Indonesia menulis lagi : “Sebagai sarana pembantu, Gripen-E/F sudah membawa next-generation Gallium-Nitride jammer yang lebih unggul dibanding semua tipe lain. Keunggulan Jammer ini akan membantu menangkal kemampuan radar kecil di AMRAAM untuk “men-lock” Gripen”. Lebih unggul dibanding semua tipe lain? Dari mana sumbernya? Tipikal ocehan seorang salesman. Apakah hanya Gripen yang punya kemampuan seperti ini? Apakah Su-35 juga punya kemampuan ini? SU-35 dapat membawa perlengkapan ECM sebagai berikut : The heavyweight high power KNIRTI SAP -14 Support Jammer ECM pod is a Russian analogue to the US ALQ-99E pod carried on the EA-6B Prowler and EA -18G Growl er. It was developed for Flanker family aircraft and is carried on a large centreline pylon. To date little has been disclosed about this design, but it has been observed on the Su-30MK Flanker G/H and Su-34 Fullbac k . It operates between 1 GHz and 4 GHz .
The KNIRTI SAP-518 ECM pod is a new technology replacement (DRFM?) for the established L005 Sorbstiya series wingtip ECM pods. It operates between 5 GHz and 18 GHz.
100% Transfer-of-Technology, dan kesempatan untuk partnership dalam pengembangan proyek Gripen-NG
Tanpa melihat secara utuh dokumen penawaran Gripen tentunya kita hanya dapat meraba-raba. Misalnya, berapa minimum jumlah Gripen yang harus kita beli? Berapa harga fly away cost, dan berapa kalau termasuk R & D? Berapa lama sampai kita dapat merakit (bukan membuat lho) sampai menerbangkan Gripen? Bagaimana dengan klausul embargo? Inggris saja sudah bersuara tidak setuju dan akan mengembargo apabila Brazil akan menjual rakitan Gripennya ke Argentina (lihat juga Gambar 1 di bawah). SAAB itu adalah perusahaan aerospace yang kecil, tidak bisa dibandingkan dengan EADS atau Lockheed misalnya. Kemampuan mengelola 2 proyek ToT besar dalam waktu yang sama patut diragukan. Proyek Gripen Brazil sendiri belum dimulai. Bagaimana dengan time frame proyek Gripen Indonesia? Bagaimana kalau masalah Freeport mengganjal? Engine Gripen, apalagi untuk Gripen NG, masih harus diselesaikan antara SAAB dengan pemerintah USA.
Tentang harga :
- 2012 – 50-60 million USD per plane; atau 150 million USD dengan R&D costs (di kalkulasi dari rencana pembelian Swiss sebagai partner pengembangan, dan akan membeli 22 Gripen NG dengan harga 3,1 billion Swiss franc; namun pada 18 Mei 2014, 53.4% dari rakyat Swiss memberikan suara tidak setuju dalam sebuah referendum nasional)
- 2014 – 43 million USD unit flyaway/ 42 million USD unit flyaway
Tentang ongkos operasi per jam Gripen NG: The calculation of the hourly cost of operation determines the Switzerland a flight operating time of 180 hours per year basis. At 22 Gripen, this results in a cost of 24’242 Swiss francs (USD 27.878) per flight hour.
Sumber http://www.bernerzeitung.ch/schweiz/standard/Die-Schweiz-erhaelt-umgebaute-OccasionsGripen/story/18471087
Pada akhirnya, 100% Transfer-of-Technology ini tidak demikian sederhana seperti ditulis oleh Gripen Indonesia.
Aerial data networking
Gripen Indonesia menulis : “Dalam keadaan sekarang, tidak mungkin F-16 Block-15/52ID dan Sukhoi Su-27 Indonesia dapat di-network bersama. TKS-2 Network (kalau ada) di Su-27/30, yang berbasiskan tehnologi Russia tidak akan compatible ke semua sistem pertahananan udara Indonesia yang lain yang rata-rata berbasis teknologi Barat”. Bagaimana dengan kenyataan bahwa Kohanudnas hampir selalu berhasil intetcept black flight dengan Flanker? Salah satu dalil ilmu keteknikan adalah setiap masalah teknik pasti ada solusinya, tergantung mau bayar ongkosnya atau tidak. Misalnya, menggunakan pihak ketiga sebagai interface. Jadi yang dipermasalahkan Gripen Indonesia bukan masalah yang ibaratnya jadi kiamat bagi pertahanan udara. Seperti penulis tulis di atas, masing-masing punya tupoksinya sendiri. Coba berikan skenario dimana Su-27/30/35 akan bekerja sama dengan F-16/ Gripen, nggak cocok heavy fighter disandingkan dengan light fighter. Doktrin pertahanan udara kita adalah pre-emptive strike (strategis) garis ZEE + beyond ZEE menggunakan Su-35, dan supremasi udara di atas ALKI (taktis) menggunakan F-16. Dua teater operasi yang berbeda orientasi misinya, meskipun bisa overlap tetapi biasanya secara insidental.
Gripen-NG adalah proven-concept; satu-satunya tipe yang akan memenuhi kebutuhan, dan keterbatasan Anggaran Indonesia
Gripen-NG adalah proven-concept? Dibantah sendiri oleh Gripen Indonesia “Memang Gripen-E yang pertama baru akan terbang di tahun 2018”. Sedangkan Su-35 sudah diproduksi dan sudah masuk jajaran AU Rusia, dan nampaknya akan dibeli China.
Konsep untuk bisa beroperasi dari jalan lurus sepanjang 800 meter menjadi penting bagi negara kecil seperti Swedia ataupun Singapura akan tetapi tidak krusial bagi Indonesia, yang mempunyai 148 airport panjang 914 – s.d. di atas 3000 m, dan 37 di bawah 914 m ; sumber http://en.wikipedia.org/wiki/Transport_in_Indonesia.
Biaya operasional Sukhoi Flanker yang mencapai Rp 400 juta / jam
Menurut penulis ini masuk kategori rumor/ sas-sus yang tidak jelas sumber datanya. Kabar terakhir mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia di Jakarta, Rabu (11/5) berkata .”Untuk menggerakkan pesawat tempur Sukhoi saja minimal Rp 100 juta dalam satu jam terbang. Sementara denda yang diberikan hanya 60 juta rupiah, sehingga sangat rugi bagi TNI AU untuk biaya operasi Sukhoi yang besar,” sumber http://m.merdeka.com/peristiwa/tni-a…p-60-juta.html.
Penulis sendiri bingung dngan ongkos terbang, perawatan dan spare part dari Sukhoi; bila diambil angka yang disebut mantan KSAU mencapai angka 100 jt rph, yg kalau dianggap 1 USD = Rp. 12600, menjadi USD 7.936 per jam. Penulis coba menghitung dulu biaya komponen fuel yg mudah dihitung :
Max internal fuel SU-35 adalah 11,500 kg. Asumsi tipikal training sortie diisi 50% (ini sdh lebih dari cukup) yaitu 5750 kg JP8, atau sekitar 1897 USgallon. Dengan harga 1 USgallon = USD 3,13 (ini harga sebelum minyak dunia turun), maka komponen bahan bakar adalah USD 5936 atau sekitar Rph. 71.230.000,-.
Total biaya komponen-komponen lainnya (spare part, perawatan, gaji pilot + ground crew dll) adalah selisih USD 7936 – USD 5936 = 2.000; manhour rate pilot + ground crew kita sudah jelas sangat kecil. Kesimpulannya angka 400 jt rph/ flight hour itu sangat patut diragukan, angka 100 jt rph/ flight hour adalah lebih mendekati kenyataan. Misalnya spare part-nya mahal, dinaikkan menjadi USD 10.000 pun (Rph 126.600.000,-) masih sesuai dengan nalar (BTW cek lagi perhitungan saya, mungkin salah).
Gripen Indonesia menggembargembokan cost per fight hour yang paling murah menurut Jane’s. Data ini diunduh dari http://www.stratpost.com/gripen-operational-cost-lowest-of-all-western-fighters-janes berita per tanggal 4 Juli 2012. Jadi masuk akal bahwa data Gripen diambil dari tipe JAS-39A/B/C/D, bukan Gripen NG. Untuk Gripen NG, penulis lebih percaya kepada angka sumber yang di atas sudah disebutkan USD 27.878. Kalau dibagi duapun masih USD 14.000, masih jauh di atas sumber Jane’s.
SAAB/Swedia akan menjadi supplier Indonesia
Boleh saja jadi supplier, akan tetapi berani dan sanggup-kah menjamin embargo tidak akan terjadi? Seperti diketahui, USA menerapkan embargo senjata 1999 – 2006, dan EU dari September 1999 – Januari 2000. Embargo ini, berbarengan dengan krisis finansial yang menimpa Indonesia, mengakibatkan ”kesengsaraan” bagi TNI AU dan secara tidak langsung menambah jumlah kecelakaan pesawat militer (lihat sumber http://indomiliter.mywapblog.com/daftar-kecelakaan-pesawat-militer-tni.xhtml).
Gambar 1 (maaf masih JAS-29 A/B/C/D) menunjukkan betapa gado-gadonya Gripen ini. Untuk Gripen NG paling tidak radar + radome, dan IRST dari Italia (Selex). Dan engine akan menggunakan General Electric F414G, sebuah variasi dari General Electric F414. Bagaimana kalau engine diembargo lagi?
Kesimpulan si Gripen Indonesia
Kalau disimak dari tulisannya sekarang atau sebelumnya, maka maunya dia adalah F-16 tidak berguna, KFX/IFX dibatalkan saja, dan Flanker dipensiunkan saja karena katanya gampang rusak. Jangan sembarang tulis, tolong diberikan sumbernya. Pengalaman lebih dari satu dekade kita dengan Flanker, tidak ada kecelakaan (dan mudah-mudahan jangan sampai terjadi), intercept black flight, menelorkan lebih dari 5 pilot dengan 1000 jam terbang http://garudamiliter.blogspot.com/2012/10/letkol-penerbang-untung-capai-1000-jam.html http://garudamiliter.blogspot.com/2014/03/letkol-pnb-tony-capai-1000-jam-terbang.html http://infoapajah.blogspot.com/2014/10/letkol-pnb-vincentius-raih-1000-jam.html http://strategi-militer.blogspot.com/2013/08/rahman-fauzi-pilot-pertama-yang-ke.html https://twitter.com/tni_au/status/542666449420943360 http://www.kaskus.co.id/thread/5422cffbc0cb17d9028b4569/mayor-pnb-i-gusti-ngurah-sorga-capai-1000-jam-terbang-dengan-sukhoi/ meskipun kesulitan dengan pengadaan BBM. Ini membuktikan bahwa Flanker kita bukanlah ”hangar queen”, yang nongkrong saja di hangar karena sering rusak.
Penutup
Penulis ingin bertanya : apakah ada pesawat tempur lain yang bisa mengalahkan F-35 dan F-15SG selain Su-35? Kalau ada silahkan buat artikel pendukungnya untuk dibahas di sini, dan bukan melontarkan kata-kata enteng saja.(JKGR)
Jadwal Latihan Tempur Tak Bisa Diumumkan
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Lima
pesawat tempur Sukhoi milik TNI AU bermanuver membuka upacara
peringatan HUT Ke-69 TNI di Dermaga Ujung, Koarmatim, Surabaya, dengan
inspektur upacara Presiden RI yang juga Panglima tertinggi Tentara
Nasional Indonesia (TNI), Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa (7/10/2014).
Peringatan terbesar sepanjang sejarah TNI tersebut mengambil tema
Patriot Sejati, Profesional, dan Dicintai Rakyat.
MAKASSAR - Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II Marsekal Madya TNI Abdul Muis (55), meminta warga Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, memaklumi efek sonic boom dari jet tempur Sukhoi Skuadron V, Selasa (20/1/2015) kemarin.
Maklumat Marsekal Madya TNI Abdul Muis dikemukakan lewat Kepala Penerangan Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) II, Letnan Kolonel Sus Andi Arman, Rabu (21/1/2015), menanggapi latihan rutin pesawat Sukhoi yang membuat heboh warga dalam dua pekan terakhir.
"Kami berharap agar masyarakat bisa memaklumi dan mengerti, karena ini bukan hanya kepentingan kami. Tetapi kepentingan kepentingan bersama demi keamanan udara NKRI," kata Arman. Para penerbang Sukhoi kemarin dilatih bermanufer untuk menghadapi segala kemungkinan.
Arman mengaku pihaknya tak bisa mempublikasikan jadwal pelatihan tempur pesawat Sukhoi.
"Kalau kita umumkan nanti bocor kepada pihak luar. Makanya kita tidak bisa mengumumkan jadwal setiap pelatihan," terang Arman.
Diberitakan sebelumnya, dentuman suara Sukhoi ini sempat menjadi sorotan oleh sejumlah lembaga di Makassar. Seperti Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Abdul Aziz, Selasa (20/1/2015). Ia meminta agar tak mengganggu warga, TNI AU mengumumkan jadwal latihan.
Efek sonic boom pesawat Sukhoi menghebokan warga Kota Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar, Selasa pukul 09.30 Wita. "Tapi harusnya ada pemberitahuan sebelum latihan. Biar warga tak kaget dan panik. Bayangkan kalau ada yang jantungan, dan meninggal," jelas Aziz.
Selain LBH Makassar, Direktur Forum Informasi dan Komunikasi Sulawesi Selatan, Asram Jaya, dan Ostaf Mustaf dari Komite Perlindungan Jurnalis dan Kebebasan Berekspresi (KPJKB) menilai warga bisa melakukan gugatan hukum (citizen lawsuite) jika dirugikan atas kejadian ini.(TRIBUNNEWS.COM)
Rusia Isyaratkan Pasok Rudal Canggih S-300 ke Iran
Sistem peluncur rudal S-300 Rusia. Rusia mengisyaratkan akan memasok rudal canggih S-300 ke Iran. Foto Wikimedia.
Hal itu diduga sebagai “ganti” setelah kontrak alutsista tahun 2010 dibatalkan Rusia karena mendapat tekanan kuat dari negara-negara Barat.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, dilaporkan telah mengunjungi Teheran dan menandatangani perjanjian dengan Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Hossein Dehqan untuk meningkatkan kerja sama.
Menurut kantor berita Iran, Fars, kedua negara akan menyelesaikan masalah pengiriman sistem rudal canggih. Sedangkan media Rusia, RIA, opsi pengiriman rudal canggih itu belum pasti dan masih dalam pembahasan.
”Sebuah langkah diambil ke arah kerja sama ekonomi dan teknologi senjata. Setidaknya untuk sistem pertahanan, seperti seperti rudal S-300 dan S-400. Mungkin kami akan memberikannya ke mereka,” tulis media Rusia itu mengutip Kepala Kerja Sama Internasional Departemen Pertahanan Rusia, Kolonel Jenderal Leonid Ivashov, semalam.
Rudal canggih S-300 sudah lama didambakan Iran. Pada tahun 2010, Rusia yang kala itu membatalkan kontrak untuk memasok rudal canggih keTeheran, setelah PBB menjatuhkan sanksi ke Iran atas program nuklir yang disengketakan negara-negara Barat.(Sindo)
Pasukan Penjaga Langit Indonesia Bagian Barat
Waktu demi waktu, seluruh dunia kini memperkirakan kekuatan militer suatu negara tidak lagi berdasarkan jumlah dan alutsista angkatan daratnya. Namun kini perhitungan kekuatan militer itu bergeser dari angkatan darat ke udara. Kekuatan suatu negara kini diukur berapa banyak pesawat tempur serta kecanggihan alatnya.
Skadron Udara 16 dibentuk melalui peraturan Kepala Staf Angkatan Udara No 15 Tahun 2014. Sebelumnya, TNI AU sudah melakukan rencana strategis (Renstra) pembangunan kekuatan TNI AU sejak tahun 2010. Pada tahun 2013, TNI AU mulai melaksanakan pembangunan. Mulai dari shelter, hanggar, apron hingga fasilitas penunjang lainnya seperti perumahan dan mes.
Bila menginjakan kaki di Lanud Roesmin Nurjadin, maka markas pesawat F16 ini ada di bagian dalam yang tidak jauh dari landasan Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru di bagian timur. Di bagian timur Pangkalan Roesmin Nurjadin ini, dulunya semak belukar.
Proses pembangunan menghabiskan waktu satu tahun. Rabu, 9 Desember 2014 lalu, KSAU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia meresmikan Skadron Udara 16 disaksikan para pejabat Pemprov Riau, Pemkot Pekanbaru, serta sejumlah tokoh adat dan alim ulama. Acara tepung tawar sebagai budaya Melayu Riau pun digelar di markas tersebut.
Rencananya, di markas ini akan ada 24 F16. Namun saat ini baru ada 5 pesawat. Pesawat ini merupakan hibah dari Amerika Serikat kepada Pemerintah Indonesia.
"Saat ini baru 5 pesawat dari 24 yang akan kita terima. Dari jumlah itu, nantinya 16 unit ada di pangkalan kita, dan sisanya 8 unit nantinya akan berada di Skadron 3 Lanud Iswahyudi di Madiun," kata Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Kolonel Penerbang (Pnb) Muhamad Khairil Lubis dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (21/1/2015).
Dipilihnya Lanud Roesmin Nurjadin sebagai markas Skadron 16 ini, tidak terlepas letak Riau yang berada di jalur internasional yang berdekatan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Pesawat tempur buatan AS itu bertugas menjaga wilayah udara Indonesia bagian barat. Sesuai dengan kedudukannya, Skadron 16 ini bertugas menyiapkan dan mengoperasikan pesawat tempur strategis untuk melaksanakan operasi pertahanan udara, operasi serangan udara, operasi lawan udara ofensif dan dukungan udara.
"Skadron 16 akan mengindentifikasi dan menindak pelanggaran udara serta ancaman kekuatan udara atau menghancurkan kekuatan udara musuh, atau menghambat gerak pasukan lawan dengan target dan ancaman yang sudah diketahui. Itu salah satu tugas di antaranya," kata Khairil.
Untuk fasilitas penunjang lainnya, kini di Lanud telah dibanguan perumahan serta mes. Para personel boyongan dari berbagai Lanud. Di antaranya dari Lanud Iswahyudi Skadron Udara 3 dengan 58 personel dan dari Lanud Roesmin Nurjadin 11 personel. Juga dari Lanud Tanjung Pinang, Lanud Suryadarma, dan Lanud Soewondo masing-masing satu personel.
Dengan berdirinya Skadron Udara 16, secara otomatis juga membutuhkan perumahan untuk para perwira dan prajuritnya.
"Saat ini sudah ada kerjasama kita dengan Menteri Perumahan Rakyat, untuk membangun rumah dinas bagi anggota TNI AU di Pekanbaru khususnya untuk memenuhi kekurangan selama ini," kata Khairil.
Saat ini, di Skadron 16 ini ada 77 personel yang terdiri dari perwira dan bintara. Dari jumlah itu saat ini ada 9 penerbang serta sisanya 68 personel teknisi.
Bila nantinya, jumlah pesawat F16 akan menjadi 16 unit, maka secara otomatis akan menambah penerbang yang baru. Namun jumlah penerbangnya tidak sampai 16 orang, tapi hanya 12 pilot saja. Ini karena setiap latihan tidak semua pesawat harus diterbangkan secara serentak. Melainkan adanya sistem secara bergantian.
"Karenakan pesawat tempur itu juga ada perawatan. Tidak mungkin semuanya dipakai secara serentak. Silih berganti, kalau yang satu tengah perawatan rutin, yang lainnya masih bisa dipakai," kata Khairil yang merupakan anak seorang petani berdarah Batak Mandailing ini
Kehadiran Skadron Udara 16 menambah dari pasukan lainnya yang sudah ada, yakni Skadron Udara 12 yang menggunakan pesawat jenis Hawk 100/200 buatan Inggris. Pesawat Hawk 100/200 saat ini ada 14 unit yang markasnya berada di bagian barat di Lanud Roesmin Nurjadin.
Skadron Udara 12 hadir di Pekanbaru sejak tahun 1996 silam. Pesawat Hawk dibeli baru oleh Pemerintah Indonesia untuk memperkuat pasukan udara di Indonesia bagian barat. Pasukan ini di bawah pimpinan Letkol (Pnb) Jajang Setiawan.
Dengan demikian, maka Lanud Roesmin Nurjadi kini memiliki dua Skadron Udara yang memperkuat ketahanan udara Indonesia. Jumlah anggota di jajaran Lanud Roesmin Nurjadin sebanyak 849 prajurit yag terdiri dari perwira, bintara dan tamtama.
Ini belum lagi pasukan yang pendukung lainnya seperti Paskhas yang fungsi dan tugasnya di bawah Komando Wing III di Jakarta yang jumlahnya sekitar 459 personel. Di tambah lagi anggota Pazam khusus menangani oksigen untuk pesawat tempur yang juga di bawah komando di Jakarta. Pazam yang ada di Lanud Roesmin Nurjadin ini juga melayani oksigen untuk pesawat tempur lainnya yang ada di Madiun atau di Makassar.
"Kalau secara garis komando, ada 849 personel di bawah saya langsung. Jika ditambah pasukan lainnya seperi Pazam dan Paskhas maka di tempat kita ini kurang lebih ada sekitar 1300 san personel, " kata Khairil.
Pangkalan Udara di Pekanbaru, selama ini juga sering dijadikan tempat latihan militer udara bersama negara tetangga. Dengan Malaysia misalnya, latihan bersama ini disebuta Elang Malindo (Malaysia Indonesia). Begitu juga dengan Singapura latihan bersama disebut Indopura (Indonesia Singapura) dan dengan Thailand Indonesia (Thainisia).
Kini kehadiran Skadron 16 menjadi kebanggaan tersendiri khususnya buat masyarakat Riau. Pesawat itu saban hari mewarnai langit Riau yang selalu menggelagar setiap kali melakukan latihan militer.
Pesawat ini bisa terbang tinggi dengan kecepatan 2,05 mach dan terbang rendah 1,2 mach. Pesawat ini juga memiliki kemampuan menanjak 254 meter per detik dengan panjang bodi 15 meter bentangan sayap 16 meter dengan tinggi 5,1 meter.
Pesawat ini mampu membawa senjata satu canon 20 milimter seberat 500 pounds dan 6 rudal side winder (AIM-9). Di samping itu juga memiliki rudal anti radar, anti kapal, dan membawa bom Laser Guided Bomb Paveway dan Bom anti runway Dunrudal. Pesawat ini mampu terbang selama 3,5 jam.
"Kita memiliki dua jenis pesawat tempur jenis Hawk dan F16 yang saling melengkapi. Masing-masing pesawat mempunyai kelebihan dan kekurangannya," kata Khairil.(Detik)
Kisah Letnan Ahmad mengeksekusi mati gembong PKI
Pemerintah mengeksekusi mati enam kurir narkoba. Lima orang ditembak mati di Nusakambangan dan seorang lagi di Boyolali, Jawa Tengah.
Dalam eksekusi, biasanya korban akan langsung meninggal di hadapan regu tembak. Tapi dalam beberapa kasus, ada juga yang memiliki ilmu kebal peluru. Peluru tak mampu melukai kulit orang-orang yang memiliki kesaktian.
Kisah ini bukan isapan jempol. Mantan Panglima Kostrad Letjen Kemal Idris menyaksikannya sendiri. Begitu juga dengan perwira Australia anggota Komisi Tiga Negara yang sedang bertugas di Indonesia.
Cerita ini terjadi sekitar tahun 1948. Saat itu Kemal Idris masih berpangkat Mayor dan memimpin Pasukan Kala Hitam melawan pemberontakan PKI Muso di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dia berhasil mengalahkan pasukan PKI di Pati. Ada beberapa gembong PKI yang ditangkap.
Dalam sidang militer kilat yang dipimpin oleh Kapten CPM Sabur, diputuskan ada empat gembong PKI yang dihukum mati. Eksekusi dilakukan di alun-alun Pati. Rakyat berkerumun menyaksikan eksekusi itu. Setiap regu tembak berhasil menuaikan tugasnya, rakyat bersorak-sorai.
Kemal Idris menceritakan hal ini dalam buku biografinya, bertarung dalam revolusi terbitan Sinar Harapan.
Tapi ada satu di antara gembong PKI itu ternyata kebal peluru. Berkali-kali coba ditembak, tak sedikit pun orang itu terluka.
"Berkali-kali peluru diganti. Senjata otomatis juga digunakan. Tapi tak ada yang mampu merobek kulitnya," kata Kemal Idris.
Bule anggota pasukan Australia pun heran dan bingung dengan peristiwa itu. Agaknya baru kali ini dia melihat orang sakti tahan peluru.
Di tengah keheranan, Letnan Ahmad tiba-tiba maju menghampiri dan berbicara pada gembong PKI itu.
"Di mana teman-teman kamu?" kata Letnan Ahmad.
Gembong PKI itu membisu.
"Kalau tak bicara saya tembak!" ancam Letnan Ahmad.
Tawanan itu balik menantang. "Tembak saja," katanya dengan tenang.
Letnan Ahmad kemudian mengeluarkan peluru dari magasen pistolnya. Dia menggosok-gosokannya ke tanah sebentar. Kemudian dimasukannya lagi ke magasen.
"Dor!" pistol meletus. Gembong PKI itu langsung terpental dengan dada ditembus peluru.
Orang-orang keheranan melihat peristiwa itu. Apalagi tentara Australia tadi.
Setelah menguasai Pati, pasukan TNI terus bergerak membebaskan kota-kota yang dikuasai PKI. Satu demi satu kota pun berhasil dikembalikan pada Republik Indonesia.(Merdeka.com )
TNI Mutasi 47 Perwira Tinggi
Dok. Puspen TNI
TNI melakukan penyegaran dengan melakukan rotasi terhadap 41 Perwira Tingginya. Salah satu Perwira Tinggi (Pati) yang dimutasi yakni Mayjen Winston Simanjuntak yang baru sekitar 4 bulan menjabat sebagai Pangdam I/Bukit Barisan.
"Dalam rangka pembinaan organisasi TNI guna mengoptimalkan tugas-tugas TNI yang sangat dinamis dan semakin berat ke depan, TNI terus melakukan upaya peningkatan kinerja TNI melalui mutasi dan promosi jabatan personel di tingkat Strata Perwira Tinggi TNI sehingga kinerja TNI ke depan lebih optimal," jelas Puspen TNI melalui siaran persnya.
Tercatat 20 Pati AD yang dimutasi terdiri dari Mayjen Zahari Siregar yang menjadi Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun), Mayjen Meris Wiryadi dari Pangdam XVI/Pattimura menjadi Danpusterad dan digantikan oleh Mayjen Wiyarto yang sebelumnya menjabat sebagai Aster Jasad. Selain itu Brigjen Kustanto Widiatmoko dari Kasdam V/Brawijaya menjadi Aster Kasad dan digantikan oleh Brigjen Joppye Onesimus Wayangkau yang sebelumnya menjabat sebagai Wadanpussenif Kodiklat TNI AD.
Mayjen Winston Simanjuntak pun dimutasi dari Pangdam I/Bukit Barisan dan kini menjadi Staf Khusus KSAD. Winston sendiri baru menjabat sebagai Pangdam Bukit Barisan pada 5 September 2014 lalu menggantikan Mayjen Istu Hari Subagjo yang disebut-sebut diganti akibat insiden bentrok TNI dengan Polri di Batam pertama.
Masih belum diketahui apakah mutasi Winston ini dilakukan terkait dengan insiden kedua bentrok TNI dengan Polri pada November lalu.
Adapun Pati TNI AD yang dimutasi lainnya adalah Brigjen Lodewyk Pusung dari Kasdam VI/Mw menjadi Pangdivif-1 Kostrad, Brigjen George Elnadus Supit dari Waasops Kasad menjadi Kasdam VI/Mw, Brigjen Imam Soepriyanto dari Dir A Bais TNI menjadi Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun).
Kemudian Brigjen Eriet Hadi Uriyanto dari Dansatintel Bais TNI menjadi Dir A Bais TNI, Brigjen Teddy Lhaksmana W.K. dari Kasdam Jaya menjadi Staf Khusus Kasad, Brigjen Ibnu Tri Widodo dari Kasgartap I/Jakarta menjadi Kasdam Jaya, Brigjen Edy Sumardi dari Dirbinjemen Sesko TNI menjadi Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun).
Selanjutnya dari TNI AD yang dimutasi adalah Kolonel Inf Herman Asaribab dari Pamen Mabes TNI AD menjadi Wadanpussenif Kodiklat TNI AD, Kolonel Inf Muslimin Akib dari Paban III/Siapsat Sopsad menjadi Waasops Kasad, Kolonel Inf Hendri Paruhuman Lubis dari Ir Intel Itjenad menjadi Dansatintel Bais TNI, Kolonel Inf Santos Gunawan Matondang dari Danrem 023/KS Kodam I/Bukit Barisan menjadi Wadanjen Kopassus, Kolonel Inf Ainurrahman dari Danpusdikif Pussenif Kodiklat TNI AD menjadi Kasgartap I/Jakarta, dan Kolonel Inf Mohamad Sibli Mutfi dari Paban Sahli Bid. BUMN/BUMD menjadi Dirbinjemen Sesko TNI (dalam rangka pensiun).
Sementara itu Pati TNI dari Angkatan Laut yang dimutasi adalah Laksma dr. Sulantari dari Karumkital dr. Ramelan Surabaya Diskesal menjadi Pati Mabes TNI AL dalam rangka pensiun. Ia pun digantikan oleh Kolonel Laut (K) dr. I Dewa Gede Nalendra yang sebelumnya menjabat sebagai Karumkital dr. Mintohardjo Diskesal.
Dari Agkatan Udara ada 25 pati yang jabatannya dirotasi, yaitu Marsda Usra Hendra yang bertukar posisi dengan Marsda Herry Wibowo Eslah dari Pa Sahli Tk.III Bid. Jahrit Panglima TNI menjadi Koorsahli Kasau, Marsda Tri Budi Satriyo juga bertukar posisi dengan Marsda Asnam Muhidir dari Wadansesko TNI menjadi Pa Sahli Tk III Bid. Ekkudag Panglima TNI.
Kemudian Marsda Zulhasymi dari Aspam Kasau menjadi Staf Khusus Kasau, Marsda Sudipo Handoyo dari Aslog Kasau menjadi Staf Khusus Kasau, Marsda M. Nurullah dari Dankodikau menjadi Aslog Kasau, Marsda Potler Gultom dari Danseskoau menjadi Pati Mabes TNI AU (dalam rangka pensiun).
Peraih Adimakayasa AAU 1983, Marsma Masmun Yan M pun dirotasi jabatannya dari Waaspam Kasau menjadi Aspam Kasau. Selain itu Pati TNI AU yang dimutasi adalah Marsma Rasrendro Bowo dari Pati Sahli Kasau Bid. Kersalem menjadi Dankodikau, Marsma Subarno dari Kadislitbangau menjadi Pati Sahli Kasau Bid. Kersalem, Marsma Anang Murdianto dari Kadisdikau menjadi Danseskoau, Marsma Eko Supriyanto dari Irbinsumda Itjenau menjadi Kadisdikau.
Kemudian Marsma Iman Sudrajat dari Wagub AAU menjadi Irbinsumda Itjenau, Marsma Yohanes Yusuf dari Pati Sahli Kasau Bid. Air Power menjadi Staf Khusus Kasau, Marsma Demitrius Widiantoro dari Kadispamsanau menjadi Pati Sahli Kasau Bid. Air Power, Marsma Yuri Affifuddin Anwar dari Kadisadaau menjadi Staf Khusus Kasau, dan Marsma Andika Pradityatma dari Pati Sahli Kasau Bid. Polhukam menjadi Staf Khusus Kasau.
Selanjutnya Pati TNI AU yang dimutasi adalah Marsma M. Sigalingging dari Kadiskomlekau menjadi Pati Sahli Kasau Bid. Polhukam, Marsma Hermansyah dari Irum Itjen TNI menjadi Wairjen TNI, Kolonel Tek Suharto dari Sesdislitbangau menjadi Kadislitbangau, Kolonel Pnb Wahyu A. Djaja dari Sesdislambangjaau menjadi Wagub AAU, Kolonel Sus Petrus Bagia Putranto dari Paban II/Pamtubuh Spamau menjadi Kadisadaau, Kolonel Lek Ir. Moch Khasani dari Dosen Utama Seskoau menjadi Kadiskomlekau, dan yang terakhir adalah Kolonel Tek Agus Suwarto dari Dirlog Kodikau menjadi Irum Itjen TNI.(Detik)
anggota Kopassus diberi penghargaan polisi
"Prada Nanang berjasa dalam mengungkap kasus tindak pidana kriminal beberapa waktu lalu," ujar Andy Rifai.
Prada Nanang Setiawan, anggota Grup 2 Kopassus, Kandang Menjangan, Kartasura mendapat penghargaan dari Polres Sukoharjo, Jawa Tengah. Penghargaan diserahkan Kapolres Sukoharjo AKBP Andy Rifai, saat upacara di Mapolres, Senin (19/1).
Selain Nanang, penghargaan serupa juga diberikan kepada 12 orang lainnya dari berbagai unsur. Baik anggota TNI maupun Polri. 12 Penerima penghargaan tersebut terdiri dari 1 anggota Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan Kartasura, 5 anggota Polres Sukoharjo, 1 anggota Kodim Boyolali dan 5 warga masyarakat.
"Penghargaan diberikan atas jasa mereka dalam membantu tugas kepolisian dalam menegakkan hukum. Di antaranya ada yang membantu mengungkap kasus penemuan mayat di Grogol yang ternyata korban tabrak lari. Kami berharap banyak dari peran masyarakat untuk ke depan," tandasnya.
Menurut Andy, penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi untuk masyarakat maupun anggota yang sudah membantu tugas kepolisian. Dalam hal ini berprestasi dalam ungkap sejumlah kasus tindak pidana.(Merdeka.com )
Jenderal Top Iran Tewas Diterjang Rudal Israel
Pemerintah Iran mengkonfirmasi, bahwa jenderal top mereka tewas dalam serangan rudal Israel di wilayah Suriah. Jenderal Iran tersebut tewas bersama enam anggota Hizbullah Libanon.
”Jenderal Mohammad Ali Allahdadi dan sejumlah pejuang dari kelompok pasukan Perlawanan Islam (Hizbullah) diserang oleh helikopter rezim Zionis (Israel),” bunyi pernyataan pemerintah Iran yang ditulis di situs Garda Pengawal Revolusi Iran.
Menurut pemerintah Iran, Jenderal Allahdadi memang ditugaskan di Suriah sebagai penasihat yang membantu pemerintah Suriah dalam menghadapi kaum “Takfiri Salafi” atau ekstremis.
Iran sendiri merupakan sekutu utama Presiden Suriah, Bashar al-Assad, dalam perang melawan pemberontak yang berupaya untuk menggulingkannya.
Serangan Israel itu berlangsung pada hari Minggu di wilayah Quneitra, Suriah di dekat perbatasan Golan. Hizbullah marah, setelah salah satu komandannya bersama beberapa anggotanya ikut tewas dalam serangan Israel.
Para pejabat Hizbullah mengatakan Jihad Mughniyeh, putra dari komandan Imad Mughniyeh yang tewas telah dimakamkan pada Senin sore di pinggiran Beirut(Sindo)
Tuesday, 20 January 2015
Masa Depan Satuan Kapal Selam Indonesia Antara Kilo Class dan Changbogo Class
Sebagaimana yang telah diungkapkan pengamat alutsista militer dari Indomiliter, Haryo Adjie Nogo Seno beberapa waktu lalu yang menyatakan publik sangat merindukan kekuatan laut kita dekade 60-an yang didominasi asal Rusia (dulu Uni Soviet).
“Dengan kerinduan yang menggebu pada kejayaan militer Indonesia di dekade 60-an, di mana saat itu Indonesia tak terbantahkan menyandang sebagai negara dengan militer terkuat di belahan Asia Selatan, membuat banyak kalangan di Tanah Air bekalangan ini begitu eforia pada peralatan militer buatan Eropa Timur, khususnya asal Rusia,” ujar Adjie biasa akrab disapa.
Di era itu, terdapat 12 kapal selam Whiskey Class asal Rusia yang bertengger mengisi satuan kapal selam kita. Sekejap, Belanda dan negara sekutu lainnya kalang kabut melihat kekuatan laut Indonesia saat itu. Tanpa pikir panjang, Amerika Serikat langsung menginstruksikan Belanda untuk segera angkat kaki dari Irian Barat.
Lain dulu lain sekarang, kini satuan kapal selam Indonesia tinggal dihuni oleh KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Sehingga, pemerintah dituntut untuk meningkatkan pembelian kapal selam. Tidak tanggung-tanggung, publik pun berharap agar satuan kapal selam Indonesia kembali diisi dari Rusia seperti halnya era 60-an.
“Segala yang ‘berbau’ Rusia begitu diagungkan. Tidak ada yang keliru dengan perspektif tersebut, soalnya memang banyak produk alutsista besutan Rusia yang memang mumpuni, bandel dan mampu memberi efek getar,” tukas Adjie.
Lebih lanjut, Adjie memaparkan hal itu terjadi bukan karena masalah kualitas saja melainkan secara psikologis, muncul ketidaksenagan dengan AS beserta negara-negara NATO.
“Lepas dari soal kualitas alat tempur yang ditawarkan Rusia, terasa ada aroma dan argumen yang unik dari publik karena didorong semangat dan kerinduaan saat Indonesia di bawah sokongan alat perang Rusia, plus berkembangnya sentimen anti AS dan negara-negara Eropa Barat yang kebanyakan anggota NATO, sontak memunculkan dukungan yang penting buatan Rusia pasti lebih hebat, lebih canggih dan bisa memberi efek deterence maksimal bagi Indonesia,” cetusnya.
Harapan Pada Rusia
Akan tetapi, publik setidaknya dapat berharap lebih usai adanya pertemuan antara Menhan RI Jenderal (Purn) Ryamizard Ryaccudu dengan Dubes Rusia untuk Indonesia M.Y.Galuzin di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Kamis (15/1) lalu.
Dalam pertemuan antara keduanya, turut dibahas rencana untuk meneruskan dan memulai kerjasama di bidang pengadaan beberapa alutsista seperti pesawat tempur multifungsi, jenis SU-35 dan Kapal Selam Kelas 636.
Tidak hanya itu, Pemerintah Rusia juga akan siap mengembangkan kerjasama di bidang industri pertahanan, diantaranya untuk pelaksanaan proses Transfer of Technology, mengadakan Join Production menghasilkan bersama untuk suku cadang berbagai jenis alutsista, mengembangkan skema Offset termasuk juga didirikannya service center.
Oleh karena itu, Rusia siap menerima kunjungan dari beberapa pejabat militer dan pertahanan dari Indonesia seperti kunjungan Kasal dan Kasau ke Rusia untuk melihat langsung pesawat tempur jenis SU-35 dan kapal selam 636.
Pilihan Jatuh pada Changbogo Class
Akan tetapi ekspektasi publik akan kekuatan kapal selam Rusia yang akan mengisi jajaran kapal selam Indonesia harus meleset ketika Kemhan RI di masa Menhan Purnomo Yusgiantoro memutuskan untuk membeli tiga unit kapal selam dari Korea Selatan (Korsel) daripada membeli dari Rusia. Alasan utama yang diungkap terkait harga dan urusan alih teknologi (ToT).
“Rusia memang menawarkan kredit negara sebesar 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp90 triliun. Namun lantaran harga tender yang ditawarkan Rusia tidak sesuai kebutuhan TNI AL, maka pemerintah tidak memanfaatkan sisa kredit tersebut, sementara Korsel dalam tender menawarkan kontraknya sekitar 1,1 miliar dolar AS untuk tiga unit kapal selam,” sambungnya.
Akhirnya di dapat kesepakatan Kemhan untuk membeli kapal selam Changbogo Class buatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Kapal selam bertenaga diesel itu masing-masing berbobot 1.400 ton dengan panjang 61,3 meter.
“Selain paket harga, pihak Korea Selatan menawarkan paket TOT (transfer of technology-red), dan itu salah satu keunggulan mengapa Indonesia memilih Korsel. Dalam skema ToT, direncanakan 1 dari 3 unit Kapal Selam tersebut akan dibangun di Indonesia, dan 2 unit lainnya di Korea Selatan.
Namun ketiga unit Kapal Selam ini baru akan datang di tahun 2016-2018 mendatang,” tuturnya.
Padahal, pihak Rusia pun tengah mengiming-imingi ToT sebagaimana yang terjadi pada masa Bung karno dahulu. Namun, belum ada penjelasan seperti apa pola ToT yang ditawarkan Rusia. Maklum, selama ini Rusia agak ketat untuk urusan ToT, sebut saja pembelian armada Sukhoi TNI AU yang juga tak menyertakan skema ToT.
Mengutip pernyataan mantan Dubes RI untuk Rusia Hamid Awaludin di stasiun TV Swasta, Adjie menjelaskan proses pengadaan kapal selam dari Rusia mengalami beberapa tantangan, seperti TNI AL harus menyiapkan fasilitas dermaga kapal selam yang lebih besar, mengingat Kilo Class punya dimensi yang lebih besar ketimbang Type 209. Belum lagi penyiapan keperluan logistik dan pelatihan awak, yang kesemuanya mengakibatkan biaya membengkak.
“Lain halnya, dengan rencana kedatangan Changbogo Class dari Korea Selatan, dengan dimensi yang tak beda jauh dengan kapal selam TNI AL saat ini Type 209, maka TNI AL dipercaya tidak memerlukan modifikasi dan upgrade pada fasilitas pendukung,” tambahnya.(JMOL)
Pindad akan Produksi Ratusan Juta Peluru Tiap Tahun setelah Disuntik Dana Rp 700 Miliar
ESTU SURYOWATI
Jenis-jenis munisi kaliber kecil buatan PT Pindad (Persero), Jakarta,
Jumat (4/10/2013). Munisi terbesar kaliber 12,7 mm, bisa menembus panser
dan dinding.
“Sekarang prajurit itu membutuhkan 1500 peluru per tahun untuk latihan. Kalau kita kali jumlah prajurit itu 400.000 berarti kurang lebih kebutuhan peluru di Indonesia untuk menjamin level daripada kemampuan prajurit yang ideal itu butuh 600 juta peluru. Sementara saat ini kurang lebih permintaannya itu berkisar 100 juta hingga 150 juta peluru,” kata Silmy di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (20/1/2015).
Selain memproduksi peluru, PT Pindad bakal menggunakan suntikan modal Rp 700 miliar dari pemerintah tersebut untuk melakukan moderinisasi peralatan dan perlengkapan mesin. Selaku BUMN yang bertugas mendukung pasokan alat utama sistem senjata (alutsista), Silmy menyampaikan bahwa PT Pindad akan terus menigkatkan kapasitas dan kualitas alat pertahanan Indonesia.
Ke depannya, lanjut dia, PT Pindad ditargetkan untuk membuat tank medium dan roket pertahanan. “Ke depan juga ada program yang dibebankan kepada Pindad seperti roket, kemudian tank yang medium dengan berat yang tidak heavy, yang tidak berat, yang kelas main battle tank, tetapi punya kemampuan water canon, turret,” papar Silmy.
Di samping itu, PT Pindad akan menyiapkan kerjasama dengan luar negeri untuk mempercepat alih teknologi. Misalnya untuk pengadaan amunisi kaliber besar yang menggunakan teknologi jerman, turret dengan Belgia dan Itali, serta Turki dan Inggris untuk platform tank.
Pemerintah berencana menyuntikan dana ke Pindad sebesar Rp 700 miliar. Presiden Joko Widodo berharap Pindad bisa meningkatkan kapasitas produksinya.
Pindad saat ini membuat panser Anoa, senjata api laras panjang, hingga amunisi untuk pesawat tempur Sukhoi dan F-16. Hasil produksi Pindad selama ini sebanyak 95 persen dipasarkan ke dalam negeri, dan 5 persennya untuk pasar luar negeri. Dari 95 persen yang dipasarkan ke dalam negeri, sebanyak 20 persen diperuntukkan untuk komersil.
Jokowi berharap agar pendekatan penjualan yang dilakukan Pindad tak hanya ke TNI dan juga Polri, tetapi juga ke pasar di luar negeri. Apabila pemasaran sudah dilakukan dengan baik, Jokowi yakin produk-produk yang dimiliki Pindad akan diminati pasar yang lebih luas.(KOMPAS.com)
Kodam VI Mulawarman Tambah Pos Pengamanan Perbatasan
BALIKPAPAN - Kodam VI Mulawarman akan menambah jumlah pos pengamanan perbatasan menjadi 50 pos perbatasan, dari 23 pos pengamanan yang ada saat ini.
Hal ini dikatakan Kepala Staf Kodam VI Mulawarman Mayjen TNI Lodewyk Pusung, saat coffee morning di Media Centre Kodam VI Mulawarman di Jl Tanjungpura IV Blok G 55 , Senin (19/1/2015).
Penambahan pos pengamanan perbatasan tersebut, sangatlah perlu karena untuk menutup jalur-jalur tikus penyeludupan narkoba, yang saat ini mulai terlihat intensitasnya di kawasan perbatasan.
"Di perbatasan antara Indonesia Malaysia di Kaltara saat ini dijaga oleh dua batalion. Namun kami akan menambah pengamanan dari 23 pos yang saat ini ada menjadi 50 pos perbatasan. Hal ini untuk antisipasi dan menutup jalur-jalur penyelundupan baik dari kedua negara," kata Pusung, saat melakukan dialog dengan wartawan.
Ditambahkannya, bahwa musuh negara bukan lagi negara lain yang menjadi ancaman. Namun musuh negara yakni adanya penggerogotan generasi muda dengan cara memasukan narkotika ke Indonesia.
"Narkoba itu juga ancaman negara, musuh yang tidak terlihat, secara pelan dimasukan ke Indonesia untuk menyerang generasi muda bangsa," lanjutnya.
Sementara itu, Kasdam mengisyaratkan pada tahun 2015 ini beberapa alutsista berupa Tank Scorpion buatan Inggris, tepatnya yang diproduksi oleh Alvis Vehicle akan tiba di Kaltim dan menjadi bagian dari Batalion Kavaleri yang saat ini telah ada di Kutai Kartanegara, tepatnya di Jl Soekarno Hatta Km 28.
"Untuk alutsista baru, Tank Scorpion akan menjadi persenjataan baru di Batalion Kavaleri, dan rencana tahun ini akan datang ke Kaltim, kalau tidak ada halangan," ungkap Pusung.(TRIBUNKALTIM.CO)