Pages

Sunday, 18 January 2015

Mengenang Heroisme Pertempuran Laut Aru dalam Peringatan Hari Dharma Samudera,

KRI Macan Tutul (Foto; wikipedia.org)
KRI Macan Tutul

Jakarta, Pertempuran Laut Aru yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962, mengisahkan heroisme KRI Macan Tutul dalam menjalankan tugas Trikora. Dalam pertempuran itu, KRI Macan Tutul yang ditumpangi Komodor Yos Sudarso harus tenggelam setelah terjebak dalam kepungan kapal Destroyer Belanda.

“Pertempuran itu sungguh heroik meskipun saat itu kita hanya memiliki misi pendaratan ke selatan Kaimana, tentunya kita hanya minim torpedo yang dibawa,” ujar Kasubdisjarah Mabesal, Kolonel Laut (P) Rony E Turangan saat ditemui JMOL di kantornya, Kamis (15/1/2015).

KRI Macan Tutul yang melakukan patroli sekaligus misi pendaratan bagi sukarelawan asal Irian ke Kaimana itu berangkat bersama KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau, 3 kapal cepat torpedo yang dimiliki ALRI pada masa itu.

Misi itu merupakan bagian dari Operasi Trikora yang didengungkan oleh Bung Karno pada 19 Desember 1961. Isi seruan itu ialah kibarkan Sang saka marah putih di Irian, Gagalkan pembentukan negara boneka Papua oleh Belanda, dan bersiaplah untuk mobilisasi umum guna menjaga persatuan dan kesatuan.

“KRI Macan Tutul sudah membawa bendera merah putih untuk dibawa oleh sukarelawan agar ditancapkan ke Irian, selain itu sudah bersiap juga mengambil segenggam tanah Irian untuk dibawa ke pimpinan ALRI sebagai bukti pendaratan,” sambung Rony.

Lebih lanjut, pria asal Manado itu menuturkan sebelum KRI Macan Tutul menjalankan tugas itu, pesawat dan kapal Destroyer Belanda telah mengetahui iring-iringan tersebut.

“Komodor Yos Sudarso yang dalam peristiwa itu menjabat sebagai Asops akhirnya mengambil tindakan untuk melakukan perlawanan kepada kapal-kapal Belanda itu demi menyelamatkan 2 kapal kita lainnya,” tandasnya.

Kobarkan Semangat Pertempuran
Melalui Radio Telefoni, Yos Sudarso menyampaikan pesan tempurnya “Kobarkan Semangat Pertempuran” sesaat sebelum KRI Macan Tutul tenggelam. Akhirnya Yos Sudarso beserta 25 awak kapal gugus sebagai kusuma bangsa. Diantara awak kapal yang gugur antara lain Kapten Memet dan Kapten Wiratno.

“Baru setelah itu, Bung Karno membentuk Komando Mandala yang berpusat di Makassar yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto. Sesuai pesan Yos Sudarso akhirnya pertempuran berlanjut hingga penyerahan Irian Barat ke Indonesia,” tutup Rony.
Menjawab Kontroversi
Meskipun beredar kabar, bahwa pertempuran itu diketahui oleh Komodor Sudomo yang saat itu menjabat sebagai gugus tugas pertempuran laut, namun dirinya tidak membantu KRI Macan Tutul yang tengah terdesak.

Anggapan bahwa Sudomo meloloskan diri dalam pertempuran itu dibantah oleh Rony, menurutnya Yos Sudarso memiliki pangkat yang lebih tinggi dari Sudomo.
Komodor Yos Sudarso (Foto: wikipedia.org)
Komodor Yos Sudarso 

“Yos Sudarso memang memerintahakan kapal Sudomo untuk mundur dan kembali ke markas, memang misi sebenarnya bukan melakukan pertempuran, tetapi karena kondisi akhirnya Yos Sudarso mengambil inisiatif untuk melakukan perlawanan,” ucapnya.

Pertempuran sengit sempat terjadi, saat Yos Sudarso mengambil oper pimpinan dan segera memerintahkan serangan tembakan balasan. Dengan tindakan seperti itu maka tembakan musuh terpusat pada KRI Macan Tutul.

“Jadi ketika tanda lampu dihidupkan oleh kapal Belanda dan kemudian melakukan pengejaran kepada iring-iringan ini, KRI Macan Tutul melakukan zig-zag agar dua kapal lainnya dapat lolos. Selain itu juga melakukan tembakan, namun karena terkepung dengan 3 Destroyer Belanda akhirnya KRI Macan Tutul terkena torpedo bertubi-tubi hingga tenggelam.(JMOL)