Pages

Saturday, 22 September 2012

TNI AL Pesan Dua Kapal Tunda ke PT. PAL


KRI Leuser-924 yang diserahkan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari kepada TNI AL pada 22 Agustus 2002, adalah Kapal Tunda Samudera terbesar di Asia Tenggara, dengan panjang 71,50 meter dan berkecepatan 15,20 knots, memiliki kemampuan multifungsi di antaranya sebagai kapal angkut pasukan berkapasitas 120 orang, serta digunakan sebagai kapal hidrografi. (Foto: Dispenal)

21 September 2012, Surabaya: TNI Angkatan Laut memesan dua unit kapal tunda samudera kepada PT PAL Indonesia (Persero) yang kontraknya didasarkan surat perjanjian jual beli antara Dinas Pengadaan TNI AL (Disadal) dengan PT PAL Indonesia pada 20 Desember 2011.

Pembangunan dua unit kapal tunda itu ditandai dengan "Keel Laying" yang disaksikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di Bengkel Assembly CBL, Divisi Kapal Niaga, PT PAL Indonesia (Persero), Surabaya, Jumat.

Pada kesempatan itu dilakukan penandatanganan berita acara Keel Laying di Bengkel Assembly Curve Bock Line (CBL) Divisi Kapal Niaga oleh Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Sru Handayanto bersama Direktur Produksi PT PAL Indonesia (Persero) Ir Edy Widarto.

Selain Kasal Laksamana TNI Soeparno, acara itu juga disaksikan Dirut PT PAL Indonesia (Persero) Ir. Firmansyah Arifin, Wakil Komisaris PT PAL Indonesia (Persero) Laksamana Muda TNI (Purn) Sunardjo, dan undangan lainnya.

Kapal itu merupakan kapal kedua dari dua unit kapal tunda 2400 HP yang dipesan oleh TNI Angkatan Laut berdasarkan surat perjanjian jual beli nomor: KTR/1055/02-48/XII/2011/Disadal yang sesuai rencana akan diserahkan pada Juni 2013.

Ukuran Utama Kapal Tunda 2400 HP
• Panjang Keseluruhan (LOA): 29.00m
• Panjang Garis Air: 26.50m • Lebar: 9.00m • Tinggi Sampai Geladak Utama: 4.50m • Sarat Air Desain: 3.50m • Tinggi Ruang Akomodasi: 2.50m

Daya Tarik
Daya tarik pada daya maximum motor pokok (100% MCR) adalah 30TON pada kondisi sarat desain.

Kecepatan
Kecepatan normal operasi (free running) 100% MCR pada sarat kondisi muatan 50% adalah 12 knot, pada perairan dalam dan tenang serta kondisi cuaca tidak melebihi skala Beaufort 2.
Kecepatan menunda ≥ 5 knot.
• Jumlah ABK: 10 orang
• Klass : Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)

Sumber: ANTARA News Jatim

Pemerintah Beli Apache, Parlemen Inginkan Chinook


Upacara penyerahan pertama helikopter AH-64D Apache Block III ke U.S. Army di Mesa Arizona, 2 November 2011. Apache Block III memulai era baru dunis penerbangan militer dengan teknologi dan kemampuan canggih dimana bermanfaat bagi prajurit dan komandan di medan tempur. Boeing akan membuat 51 unit AH-64D Apache Block III untuk U.S. Army berdasarkan Low Rate Initial Production. U.S. Army berencana mengakuisisi 690 unit Apache Block III. (Foto: Boeing)

22 September 2012, Jakarta: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton mengumumkan penjualan delapan helikopter serang AH-64D Apache Longbow, setelah bertemu dengan Menlu Indonesi Marty Natalegawa di Washington D.C., Kamis (20/9).

Kontrak pembelian helikopter berikut perangkat elektronik dan persenjataan diperkirakan senilai 1,4 Milyar dolar.

Pemerintah Indonesia mengajukan paket pembelian:
1. 8 AH-64D APACHE Block III LONGBOW Attack Helicopters,
2. 19 T-700-GE-701D Engines (16 installed and 3 spares) ,
3. 9 Modernized Target Acquisition and Designation Sight/Modernized Pilot Night Vision Sensors,
4. 4 AN/APG-78 Fire Control Radars (FCR) with Radar Electronics Units (Longbow Component) ,
5. 4 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers,
6. 10 AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS) with 5th Sensor and Improved Countermeasure Dispenser,
7. 10 AN/AVR-2B Laser Detecting Sets,
8. 10 AN/APR-39A(V)4 Radar Signal Detecting Sets,
9. 24 Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21) ,
10. 32 M299A1 HELLFIRE Missile Launchers, and,
11. 140 HELLFIRE AGM-114R3 Missiles,

Paket pembelian meliputi juga perangkat penindai teman atau musuh IFF (Identification Friend or Foe), senjata berikut amunisi 30mm, perangkat latihan, simulator, perangkat komunikasi, generator, alat transportasi, kendaraan pendukung, suku cadang, dan pelatihan awak.

Kongres Amerika Serikat dikabarkan sempat tidak menyetujui penjualan Apache ke Indonesia. Pemerintah Obama menyakinkan pada Kongres bahwa penjualan ini sangat penting meningkatkan hubungan kerjasama komprehensif antar dua negara dan membantu meningkatkan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Konflik di Laut Cina Selatan antara China dan sejumlah negara serta peningkatan kekuatan militer China, membuat pemerintah Amerika Serikat mencari dukungan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.

Pembelian ini mengejutkan kalangan kalangan legislator, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin mengatakan "Benar-benar mengejutkan karena selama ini Kemenhan/TNI tidak pernah merencanakan pembelian heli Apache baik dalam APBN 2012 maupun RAPBN 2013 yang akan datang," dikutip media on-line Jurnal Parlemen di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta (22/9).

Tb. Hasanuddin membenarkan TNI berencana membeli 8 helikopter serang senilai 90 juta dolar dan 16 helikopter serbu senilai 170 juta dolar. Kedua paket pembelian ini akan dibeli dari PT Dirgantara Indonesia (DI) dan telah dilakukan kontrak. Sedangkan pembelian Apache akan dilakukan dengan Boeing, Co. "Pemerintah sebaiknya konsisten saja dengan rencana semula," sambung Hasanuddin.

Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq menyesalkan pembelian ini, seharusnya pemerintah membeli helikopter angkut berat Chinnok akan lebih cocok untuk operasi militer di Indonesia.

“Kami di Komisi I telah meminta Menteri Pertahanan membeli helicopter Chinook sejak tahun lalu melalui skema MFS (Military Foreign Sales), dimana Chinook lebih berguna dan pesawat multi-fungsi,” ucap Mahfudz.

Mahfudz berpendapat salah satu tugas militer membantu penangganan bencana alam, dimana helikopter Chinook dapat bertugas mendistribusikan bantuan ke wilayah bencana. Tugas ini lebih cocok diemban oleh Chinook dibandingkan Apache.

“Kami tidak berdebat mengenai kegunaan helikopter serang seperti Apache, tetapi prioritas utama saat ini adalah Chinnok,” tambah Mahfudz. .

“Jika Amerika Serikat menawarkan keduanya kepada Indonesia, kami berterima kasih untuk itu,” pungkas Mahfudz.

TNI AD saat ini mengoperasikan 5 helikopter serang Mi-35P buatan Rusia dan 15 NB-105CB yang dipersenjatai senapan mesin atau FFAR (Folding Fins Air Rockets). Pembelian AH-64D Apache Block III Longbow menjadikan kekuatan udara TNI AD makin berotot. Apache Block III helikopter terbaru yang dibuat Boeing untuk U.S. Army. TNI AD akan menerima juga total 26 unit NBell-412EP yang dirakit di PT. DI.

Pusat Penerbangan TNI AD (Puspenerbad) merencanakan mengembangkan kekuatannya menjadi tiga belas skadron disebar di wilayah strategis Indonesia hingga 2029. Saat ini, Puspenerbad memiliki empat skuadron helikopter, terdiri dari Skadron 11/Serbu di Semarang, Skadron 21/Serba Guna di Pondok Cabe, Jakarta, Skadron 31/Serbu di Semarang, dan Skadron 12/Serbu di Waytuba, Lampung.

Sumber: AFP/Jakarta Globe/DSCA/Jurnal Parlemen

Friday, 21 September 2012

Indonesia Borong 8 Helikopter AH-64D Apache Longbow


AH-64D Apache. (Foto: U.S. Army)

21 September 2012, New York: Indonesia akan membeli delapan helikopter Apache dari Amerika Serikat, yang disebut-sebut menjadi sebuah tanda bagi kedua negara untuk memperkuat hubungan menyangkut peningkatan keamanan kawasan.

Menurut laporan AFP seperti yang dipantau ANTARA, Kamis, pembelian itu diungkapkan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa di Washington, Kamis.

Hillary mengatakan Pemerintah AS telah "menginformasikan kepada Kongres tentang potensi penjualan delapan helikopter AH-64D Apache Longbow kepada pemerintah Indonesia."

"Perjanjian ini akan memperkuat kemitraan menyeluruh kita dan membantu meningkatkan keamanan di kawasan," ujar Hillary.

Ia tidak menyebutkan nilai penjualan kedelapan Apache yang akan dibeli oleh Indonesia itu.

Menlu Marty Natalegawa dan Menlu Hillary Clinton pada Kamis masing-masing memimpin delegasi kedua negara melakukan Pertemuan Komisi Bersama (JCM) RI-AS yang ketiga setelah mereka sebelumnya melakukan pertemuan serupa di Washington DC pada tahun 2012 dan di Bali tahun 2011. Komisi Bersama itu merupakan mekanisme kerangka kemitraan menyeluruh, yang secara resmi diluncurkan tahun 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barack Obama ketika Obama berkunjung ke Indonesia.

Sementara itu, seperti yang diungkapkan Departemen Luar Negeri AS pada laman mereka, Hillary menyebut Indonesia sebagai "mitra yang alami" bagi AS dan menekankan pentingnya hubungan kedua negara menyangkut stabilitas kawasan.

"Sebagai negara demokrasi terbesar kedua dan ketiga di dunia, kita adalah mitra alami, dan Amerika Serikat melihat Indonesia sebagai landasan bagi stabilitas di kawasan Asia Pasifik," ujarnya.

Menlu Hillary mengatakan hubungan AS dengan Indonesia adalah pondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi.

Ia menyebutkan, sejak tahun 2000, perdagangan bilateral kedua negara telah berlipat ganda hingga mencapai 27 miliar dolar AS (sekira Rp257,9 triliun) tahun lalu.

"Perjanjian senilai 21 miliar dolar (Rp200,6 triliun) antara Lion Air dan Boeing merupakan yang terbesar dalam sejarah Boeing," ujar Hillary.
 Spesifikasi standar AH-64D Apache. (Sumber: Boeing)

Boeing mencetak rekor penjualan dalam sejarahnya --baik dalam nilai transaksi maupun jumlah unit yang dipesan, setelah maskapai penerbangan Indonesia, Lion Air, memesan 230 unit pesawat buatan Boeing, yaitu terdiri dari 201 unit jenis 737 MAX dan 29 unit Next Generation 737-900.

Penandatangan perjanjian pembelian itu dilakukan oleh Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana, dan Wakil Presiden Boeing, Roy Connor, dengan disaksikan oleh Presiden Barack Obama di sela-sela KTT Asia Timur di Bali pada November 2011.

"Sektor gas alam Amerika telah menarik investasi dari perusahaan-perusahaan energi Indonesia di sini. Sebuah Nota Kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Celanese, yaitu sebuah perusahaan Amerika, kemungkinan mengarah kepada fasilitas baru bernilai miliaran dolar yang akan mengubah batu bara menjadi etanol," tambah Hillary.

Menlu Marty Natalegawa sepakat dengan mitranya itu bahwa Indonesia dan AS memiliki kemitraan yang kuat.

"Kemitraan yang menguntungkan kedua belah pihak dan pada saat yang sama meluas di luar tingkat bilateral, ditambatkan dan dikendalikan oleh keyakinan kuat kedua negara bagi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan Asia Pasifik," kata Marty.

Sumber: ANTARA News

Thursday, 20 September 2012

Koarmatim Persiapkan Latihan Penembakan Torpedo


(Foto: Dispenarmatim)

20 September 2012, Surabaya: Menjelang mendekati pelaksanaan latihan parsial penembakan Torpedo (TPO) Sut kepala latihan, Komandan Satuan Tugas (Satgas) Latihan Parsial Penembakan TPO Sut Kepala Latihan Kolonel Laut (P) Syufenri, S.Sos yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim dengan didampingi Wakil Komandan Satgas Letkol Laut (P) Iwa Kartiwa, SH mengecek kesiapan unsur yang terlibat dalam kegiatan latihan tersebut, Kamis (20/9).

Unsur yang terlibat dalam latihan parsial penembakan torpedo sut kepala latihan tersebut, yaitu KRI Nanggala-402 dan KRI Ajak-653. Adapun sebagai unsur pendukung dalam kegiatan latihan itu ada tiga kapal perang (KRI) yang turut terlibat, yaitu masing-masing KRI Hiu-804, KRI Sura-802, dan KRI Soputan-923.

Dalam pengecekan ke unsur-unsur tersebut, Komandan Satgas Kolonel Laut (P) Syufenri juga melihat langsung aktivitas dan sekaligus mengarahkan kepada para prajurit yang sedang melaksanakan kesiapan latihan. Dengan antusias, nampak para prajurit dari jajaran Satuan Kapal Selam dan Satuan Kapal Cepat Koarmatim beserta pendukung lainnya, senantiasa mencermati dan melaksanakan tugasnya dengan baik.

“Dilaksanakannya latihan parsial penembakan torpedo sut kepala latihan ini, yaitu dalam rangka untuk persiapan latihan Armada Jaya XXXI TA. 2012. Karena dalam latihan tersebut, akan dilaksanakan penembakan torpedo sut dengan sasaran permukaan oleh KRI Nanggala dan KRI Ajak,”kata Komandan Satgas Kolonel Laut (P) Syufenri.

Ditegaskan pula oleh Komandan Satgas, bahwa urgensi latihan parsial penembakan torpedo sut kepala latihan oleh KRI Nanggala dan KRI Ajak ini, yaitu untuk menguji kemampuan kesenjataan dan profesionalisme pengawak alutsista. “Untuk itu, saat ini kita cek kesiapan unsur-unsur yang terlibat dalam latihan tersebut,”tegas Kolonel Laut (P) Syufenri.

Ditambahkan oleh Komandan Satgas, bahwa sasaran yang ingin dicapai dalam latihan ini, yaitu terwujudnya kesiapan sistem kendali senjata torpedo sut di KRI Nanggala dan KRI Ajak. Disamping itu juga akan terpeliharanya kemampuan profesionalisme prajurit di ke dua kapal perang tersebut dalam melaksanakan prosedur penembakan torpedo sut.

Sumber: Dispenarmatim

Indonesia dan Thailand Tingkatkan Kerjasama Pertahanan


(Foto: DMC)

20 September 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, Kamis (20/9), menerima Kepala Staf Angkatan Darat Thailand, General Prayuth Chan-o-cha beserta rombongan di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.

Maksud kunjungan Kasad Thailand dalam rangka meningkatkan hubungan dan kerjasama di bidang pertahanan kedua negara antara lain dengan menggembangkan latihan bersama Pasukan Khusus kedua negara.

Selain itu, Kasad Thailand menyampaikan terima kasih kepada Indonesia, karena saat ini hubungan antara Thailand dan Kamboja sudah mulai membaik, setelah kedua negara sepakat melaksanakan Package of solution yang ditawarkan Indonesia untuk mengatasi permasalah antara Thailand dan Kamboja.

Pada saat menerima tamunya Menhan didampingi Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Asisten Personel (Aspers) Kasad, Mayjen TNI Sunindyo, Asisten Pengamanan (Aspam) Kasad Mayjen TNI Eko Wiratmoko, Kapuskom Publik Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin dan Karo TU Sekjen Kemhan Brigjen TNI Drs. Herry Noorwanto, M.A.,M.Ed.

Sumber: DMC

Pesawat Asing Dipaksa Mendarat di Lanud Palembang


Hawk TNI AU. (Foto: Dispenau)

20 September 2012, Palembang: Lantaran melenceng dari jalur penerbangan seharusnya,sebuah pesawat asing kemarin dipaksa mendarat oleh TNI AU di Base Ops Lanud Palembang sekitar pukul 14.00 WIB.

Pesawat yang diketahui jenis Boeing 737 itu sebelumnya terpaksa di-intercept dua pesawat tempur jenis Hawk 100 dan Hawk 200 dari Skuadron Pekanbaru untuk segera mendarat di Lanud Palembang setelah terpantau radar Kohanunas melenceng dari jalur penerbangan seharusnya. Setelah melalui negosiasi yang alot, pesawat berbendera negeri antah berantah itu pun akhirnya berhasil digiring turun ke Lanud Palembang untuk diperiksa kelengkapan surat-suratnya.

Sebelum akhirnya berhasil menemukan kesepakatan, pesawat berbendera asing tersebut tak urung mendapat penjagaan ketat puluhan aparat yang telah bersiaga di sekitar lokasi pendaratan. Kedatangan pesawat asing juga dikawal kendaraan pasukan TNI AU, tim Crash Car PKPPK PTAP2 Palembang, hingga tim imigrasi. Sejumlah personel gabungan langsung mengamankan daerah sekitar pesawat mendarat.

“Pesawat tiba-tiba terpantau melenceng masuk wilayah teritorial kita.Makanya TNI AU pusat memerintahkan dua pesawat tempur memaksa turun ke Lanud Palembang. Kita belum tahu mereka ini mau apa,makanya dipaksa turun untuk dicek kelengkapannya,”ungkap Danlanud Palembang Letkol Pnb Adam Soeharto kemarin. Adam mengatakan,sekelumit cerita tadi merupakan skenario latihan Force Down yang telah dirancang untuk memantapkan kesiapan pasukan saat kondisi serupa terjadi di Lanud Palembang.

“Jadi kalau ini benar-benar terjadi, aparat kita langsung sigap. Kalau tidak mau diusir, mereka harus dipaksa mendarat dan diperiksa surat izin terbangnya,”katanya. Sementara itu, May Pnb B Sudewo Kepala Seksi Ops dan Latihan Pangkalan Udara (Lanud) Hasanudin Makassar yang berperan sebagai kapten pilot pesawat X mengatakan,latihan digelar untuk me-refresh pengamanan di pangkalan seluruh Indonesia, termasuk beberapa masalah real yang akan ditemui di lapangan yang membutuhkan penanganannya rumit.

“Intinya kejadian seperti itu bisa saja terjadi di pangkalan mana pun, makanya kita me-refresh agar aparat di pangkalan selalu siap,”ujarnya. Dia mengungkapkan, walaupun terkesan sederhana, proses seperti itu cukup rumit karena umumnya pilot pesawat berbendera asing tidak mau begitu saja dipaksa mendarat, meski terpantau radar telah melenceng dari wilayah penerbangannya.

Untuk itu, dibutuhkan tim negosiasi yang bagus dan solid untuk melakukan tindakan tepat bagi pesawat-pesawat yang melakukan hal serupa.“Jadi kalau tadi ceritanya ada crew saya yang sakit. Saya selaku pilot harus menjaga keamanannya. Makanya saya tidak mau langsung turun saat dipaksa mendarat,” ucapnya.

Sumber: SINDO

Airbus Military Serahkan Dua C-295 ke Indonesia


(Foto: Airbus Military)

20 September 2012, Seville: Airbus Military menyerahkan dua unit pesawat angkut militer C-295 ke Kementerian Pertahanan Indonesia, Selasa (19/9) di pabrik pesawat Airbus Military di San Pablo, Seville, Spanyol. Upacara penyerahan pesawat dihadiri Wakil Menteri Pertahanan Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoedin dan pimpinan Airbus Military Rafael Tentor.

Indonesia memesan sembilan unit C-295 pada Februari 2012, kontrak ditangani Kemhan dan Airbus Military serta PT. Dirgantara Indonesia di Singapore Airshow.

(Foto: Airbus Military)

Pesawat akan dioperasikan TNI AU dan diberi kode CN-295. Pesawat CN-295 akan menggantikan Fokker F-27 yang telah menua. Berbagai misi militer, pengiriman logistik, misi kemanusian dan evakuasi medis dapat dilakukan CN-295.

Airbus Military dan PT. DI dijadwalkan mengirimkan seluruh pesawat ke TNI AU pada 2014.

Sumber: Airbus Military

RUU Industri Pertahanan Alihkan Pembinaan BUMNIS ke Kemhan


Anoa 6x6 Canon, Pindad Indonesia. (Foto: Berita HanKam)

19 September 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan mengklaim jika disetujui dan disahkan menjadi undang-undang, maka RUU Industri Pertahanan akan memangkas habis agen dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) di Indonesia. "Salah satu tujuannya memang untuk menghalangi agen yang merugikan negara," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Hartind Asrin saat dihubungi oleh Tempo, Rabu, 19 September 2012.

Dia meminta masyarakat tidak langsung curiga dengan RUU ini. Sejumlah pihak misalnya mempersoalkan rencana pengalihan tanggungjawab pembinaan industri pertahanan, dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara menjadi ke Kementerian Pertahanan. Ada yang menganggap rencana itu akan membuka kembali peluang para purnawirawan TNI berbisnis. "Pengalihan itu hal yang wajar, orang militer lebih paham masalah-masalah militer," kata Hartind.

Hartind mengakui bahwa sejumlah pasal dalam RUU Industri Pertahanan masih perlu dibahas lebih lanjut. "Belum final, masih ada banyak masukan lain terkait hal itu," kata dia. RUU ini sendiri merupakan inisiatif DPR dan rencananya disahkan Desember 2012 depan.

Industri Pertahanan Memang Harus Dekat TNI

Rencana pemerintah mengalihkan tanggung jawab pembinaan industri pertahanan dari Kementerian BUMN ke Kementerian Pertahanan dinilai positif. Dengan perubahan ini, maka industri pertahanan tidak dibebani kewajiban untuk menghasilkan profit dan dividen semata.

"Industri pertahanan harus dikembalikan pada bisnis intinya, dan tidak boleh dibebani lini produksi lain," kata Andi Widjajanto, pengamat pertahanan Universitas Indonesia, Rabu, 19 September 2012. Apalagi, katanya, pasar untuk industri macam ini amat spesifik.

Andi kemudian mencontohkan bisnis PT. Pindad yang terpaksa mengembangkan produksi mobil listrik sebagai upaya menambah profit. "Jadi untuk memastikan industri pertahanan ada di jalur yang benar, pelibatan TNI memang dibutuhkan," kata dia.

Andi tak mempermasalahkan jika pasca pengalihan ke Kementerian Pertahanan, banyak jabatan komisaris di industri pertahanan ditempati para purnawirawan TNI. "Itu praktek yang banyak terjadi di seluruh dunia," ujarnya. Selama bukan perwira aktif, Andi menilai hal itu lazim saja.

Wacana pengalihan industri pertahanan ke Kementerian Pertahanan muncul pada Rancangan Undang-Undang Industri Pertahanan yang sedang dibahas di DPR. Sejumlah kalangan menilai rencana itu bakal mengembalikan TNI pada kegiatan bisnis, sesuatu yang sudah dilarang oleh UU TNI.

Sumber: TEMPO

Tuesday, 18 September 2012

TNI AU dan RAAF Gelar Latma Rajawali Ausindo 2012 di Malang


Upacara pembukaan Latma Rajawali Ausindo 2012. (Foto: Lanud Abdulrahman Saleh)

17 September 2012, Malang: Komandan Lanud Abd Saleh, Marsekal Pertama TNI Gutomo, S. IP. Memimpin upacara pembukaan Latma “ Rajawali Ausindo 2012” di Lanud Abd Saleh. Latihan ini merupakan latihan bersama yang melibatkan pesawat TNI AU dan RAAF yang dilaksanakan setiap tahun dan diharapkan dilaksanakan bergantian antara Indonesia dan Australia.

Dalam sambutannya Komandan Lanud menyampaikan, bahwa Rajawali Ausindo 2012 adalah sebagai bukti nyata dari salah satu realisasi hubungan dan kerjasama yang baik antara kedua angkatan bersenjata khususnya antara TNI AU dan RAAF. Kerja sama bilateral yang telah terjalin baik ini harus semakin ditingkatkan karena kita sadari bersama bahwa Negara Australia adalah Negara tetangga yang berdekatan dengan Negara kita dan perlu pembinaan hubungan kerja sama yang baik.

Pada latihan yang akan dilaksanakan dari tanggal 18-21 September 2012 di Lanud Abdulrahman Saleh ini, baliau juga menekankan agar prosedur tetap latihan benar-benar dipahami, sehingga dalam pelaksanaannya tidak akan mengalami hambatan-hambatan yang berarti. Mekanisme latihan juga hendaknya vbenar-benar dilaksanakan dengan baik dan dinamis, jika ada hal-hal yang baru ditemukan dilapangan dapat dikenali untuk pengembangan selanjutnya.

Sumber: Lanud Abdulrahman Saleh

Embraer Tawarkan Alih Teknologi, Jika Borong Super Tucano 32 Unit


Penyambutan Super Tucano tiba di Lanud Abdulrahman Saleh, Malang. (Foto: Lanud Abdulrahman Saleh)

18 September 2012, Malang: Pemerintah Brasil membuka kesempatan lebih luas untuk kerja sama pengadaan pesawat militer aneka jenis dari Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer) pasca penjualan Super Tucano ke Indonesia.

Sayangnya, dalam pengadaan Super Tucano yang sudah berjalan, alih teknologi (ToT) yang didapat Indonesia minim. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, setiap pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) harus disertai alih teknologi. Namun dalam pengadaan Super Tucano ini, alih teknologi yang didapat tidak sampai dalam tahap teknologi pembuatan. Menurut dia,minimal harus beli 32 unit agar Indonesia bisa mendapat ToT hingga proses produksi bersama.

”Kalau minimal 32 unit, beberapa pesawat bisa diproduksi di Indonesia. Tapi karena baru delapan, ToT untuk PT Dirgantara Indonesia (DI) baru bisa ground support,” terangnya seusai serah terima pesawat dari Pemerintah Brasil kepada Indonesia di Skuadron Udara 21 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang,kemarin. Seperti diketahui, TNI AU membeli delapan pesawat Super Tucano dengan nilai USD141,99 juta. Pihak Embraer Brasil selaku produsen baru mengirimkan empat pesawat.

Direncanakan empat pesawat lagi akan dikirim pada 2013. KSAU menuturkan, memang diharapkan PT DI bisa turut serta dalam pembuatan pesawat yang cocok untuk counter insurgency (antigerilya) sehingga suatu saat Indonesia bisa memproduksi pesawat jenis ini. Namun, dengan jumlah pembelian yang sedikit tersebut, jika dipaksakan dilakukan produksi bersama justru membuat anggaran membengkak. ”Kita sudah lima tahun off, skuadron tidak terbang (pascagrounded OV-10 Bronco pada 2007). Jadi kita harus cepat (pengadaannya),”terangnya.

Adapun untuk persenjataan, lanjut KSAU,hanya sebagian yang tidak dibeli dari luar negeri seperti PDU, bom MK82,dan roket FFAR karena industri dalam negeri sudah bisa memproduksi. Selebihnya harus membeli dari luar negeri seperti peluru kaliber 12,7 mm dengan sistem tembak elektrik.” Super Tucano bisa mengangkut senjata hingga 1,5 ton,” sebut Imam. Duta Besar Brasil untuk Indonesia Paulo Alberto da Silvera Soares mengatakan,kerja sama pertahanan antara kedua negara tak hanya untuk jangka pendek dan menengah,melainkan jangka panjang.

”Kami juga siap memberikan alih teknologi dan siap memberikan masukan apa pun yang dibutuhkan Indonesia,”tegasnya. Chief Executive Officer (CEO) Embraer Defense and Security Luiz Carlos Aguiar menambahkan,Indonesia bisa melakukan alih teknologi Super Tucano minimal lima hingga tujuh tahun ke depan. Itu pun jika Indonesia membeli minimal dua skuadron.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, serah terima pesawat Super Tucano tersebut cukup monumental karena Indonesia mendapat pesawat beserta perjanjian kerja sama berkelanjutan. ”Januari 2013 datang lagi pesawat itu (4 unit),” ucapnya. Selanjutnya, pada akhir 2013 atau awal 2014, delapan unit yang dibeli pada tahap kedua dijadwalkan juga tiba.

Sumber: SINDO

PT DI Selesaikan CN-235 ASW Kedelapan Pesanan Turki


CN-235 ASW Meltem II.

18 September 2012, Bandung: Tingkat kepercayaan dunia internasional kepada PT Dirgantara Indonesia (DI) cukup tinggi. Itu terlihat pada jalinan kontrak antara lembaga BUMN yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan berbagai negara, baik Asia maupun Eropa. Satu di antaranya, adalah Turki.

Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, mengemukakan, sejak 6 tahun silam, pihaknya bersepakat dengan Turki untuk mengerjakan 10 unit CN-235. Pemesanan itu merupakan modifikasi. "Turki memfungsikan CN-235 tersebut menjadi pesawat Maritim Patrol," ujar Sonny di PT DI, Selasa (18/9).

Dalam perkembangan pembuatan pemesanan Turki itu, kini, pihaknya siap melakukan flight test (uji coba) pesawat ke-8. Sonny mengatakan, pihaknya optimistis, dalam dua tahun mendatang, pihaknya siap menuntaskan proyek pemesanan Turki tersebut mengingat kontraknya berdurasi 8 tahun atau hingga 2014.

"Nilai kontrak dengan Turki itu tergolong besar. Angka kontrak engineer-nya mencapai 2 juta dolar AS per tahun. Jadi, selama 8 tahun kontrak, nilainya sejumlah 16 juta dolar AS (sekitar Rp 151 miliar.RED)," sebut Sonny.

PT DI Bidik Negara di Asia dan Afrika

Kepala Tim Komunikasi PT Dirgantara Indonesia (DI), Sonny Saleh Ibrahim, mengatakan, pada 2013 pihaknya memproyeksikan terjalinnya sejumlah kerjasama dalam bentuk proyek pembuatan pesawat, dengan berbagai negara. Pihaknya memproyeksikan nilai kerjasama pada 2013 mencapai Rp 2,5 triliun.

"Saat ini, masih dalam tahap penjajakan. Itu kami lakukan dengan beberapa negara. Misalnya, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, dan Botswana," ujar Sonny di PT DI, Selasa (18/9).

Proyek yang siap dikerjakan PT DI pada periode 2013-2014, ujar dia, antara lain, 11 unit pesawat untuk skuadron perang, 8 unit pesawat serbu, 3 unit helikopter Bell. "Juga, 4 unit CN 235, dan 2 unit NC 212," ujar pria yang tengah berbusana batik tersebut.

Sumber: Tribun Jabar

Wamenhan Kuker Ke Eropa, Negosiasi Pembelian Alutsista


TNI AU beli pesawat latih mula Grob G120TP dari perusahaan Jerman. (Foto: Grob)

18 September 2012, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, mengadakan kunjungan kerja ke Jerman, Perancis dan Spanyol dari Tanggal 17 sampai dengan 24 September 2012. Dalam kunjungan kerja Wamenhan sebagai Ketua High Level Committee (HLC) Kemhan ini didampingi Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan Marsda TNI Sunaryo, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Aslog Kasad Mayjen TNI Joko Sriwidodo, Aslog Kasau Marsda TNI JFP Sitompul.

Kunjungan ini dimaksudkan untuk melaksanakan negosiasi dalam proses pembelian atau pengadaan Alutsista TNI sesuai dengan Rencana Strategi 2010 -2014.

Mengenai kunjungan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin dan tim HLC ke Jerman, Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan memberikan dukungan kepada Indonesia dalam pembelian Alutsista Jerman. Pernyataan tersebut dimuat di beberapa media Jerman menanggapi kunjungan Wamenhan bersama tim HLC ke Jerman.

Kanselir memberikan tiga alasan dukungan terhadap Indonesia dalam pembelian alutsista Jerman tersebut yaitu ;
1. Indonesia bukan negara yang memiliki banyak hutang,
2. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat, 3. dan Indonesia bukan merupakan negara pelanggar HAM.
Kanselir Jerman Angela Merkel juga menegaskan bahwa tidak ada negara lain yang mendikte Jerman dalam penjualan Alutsistanya.

Kunjungan Wamenhan di Jerman, Wamenhan dijadwalkan bertemu dengan CEO Rheinmetall, CEO Grob, dan CEO Luersen. Turut serta dalam kunjungan kerja tersebut Deputi Menteri Negara PPN/Ka Bappenas Bid. Polhukhankam Ir. Rizky Ferianto MA, dan Dirut PT. Dirgantara Indonesia Budi Santoso.

Dalam kunjungannya ke Spanyol, Wamenhan direncanakan akan mengunjungi Kementerian Pertahanan Spanyol dan bertemu dengan Menhan Spanyol D. Pedro Morenes Eulate, serta melaksanakan pertemuan dengan State Secretary Bidang Industri Pertahanan Spanyol.

Sumber: DMC

Parlemen Indonesia dan Turki Bahas Kelanjutan Kerjasama Pertahanan


Rantis Cobra produksi industri pertahanan Turki Otokar. (Foto: Otokar)

18 September 2012, Jakarta: Komisi I DPR dijadwalkan menerima kunjungan kerja delegasi Parlemen Turki, untuk membahas sejumlah persoalan internasional dan kelanjutan upaya peningkatan kerja sama industri pertahanan antar kedua negara, Selasa (18/9).

"Turki, parlemen dan pemerintahannya, sesungguhnya selama ini banyak berharap Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia dan mempunyai pengaruh luas di kawasan ASEAN dan Gerakan Non Blok, banyak memainkan peran dalam penyelesaian masalah internasional yang terjadi saat ini. Seperti isu nuklir Iran dan masalah Palestina," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com.

Kata Mahfudz, Turki sejak lama telah membuka diri dan mengajak Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang pertahanan. Namun sayang Pemerintah RI sangat lambat meresponsnya, ketimbang misalnya kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat dan Eropa. Padahal, standar alutusista Turki itu sudah sama dengan yang dimiliki negara-negara NATO.

"Ini sebagaimana juga mereka sampaikanan saat kunjungan kerja kita (Komisi I DPR) ke Turki beberapa lalu dan kunjungan kenegaraan Presiden dan PM Turki ke Indonesia selama beberapa waktu lalu. Mereka berulang kali sudah menyampaikan dan mengajak peningkatan kerja sama pertahanan dengan RI."

Kata Mahfudz, sebelumnya Komisi I DPR juga telah menekankan perlunya pengadaan dan modernisasi alutsista TNI yang bervariasi. Tujuannya, ketika negara yang selama ini menjadi tumpuan atau kiblat alutsista bagi TNI, tiba-tiba mengembargo, Indonesia tidak terpukul. Menurut Mahfudz, sejumlah alutsista berat Turki seperti kapal selam, kapal perang, pesawat tempur, pesawat tanpa awak, dan radar militer, sangat berkualitas baik dan berstandar NATO.

"Mereka (Turki) sudah berulang kali menyatakan siap melakukan transfer teknologi alutsista jika Pemerintah RI mau. Dan, Turki sangat terbuka serta tidak memberikan persyaratan politik untuk kerja sama pengadaan, alih teknologi, dan produksi alutsista dari Turki pada Indonesia tersebut. Sekarang tinggal kitanya, mau tidak meningkatkan kerja sama dengan Turki tersebut, utamanya kerja sama dalam bidang pertahanan tersebut," ujar politisi PKS tersebut.

Sumber: Jurnal Parlemen

Monday, 17 September 2012

Kekuatan Alutsista TNI AU Capai 40% pada 2014


Sejumlah prajurit TNI AU mengenakan pakaian tradisional menarik pesawat Super Tucano saat berlangsungnya serah terima pesawat itu di Skadron 21, Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jatim, Senin (17/9). Pesawat Super Tucano tersebut dipesan TNI AU dari pabriknya di Brazil, dan pesawat selanjutnya akan dikirim secara bertahap untuk melengkapi kebutuhan skadron udara dengan jumlah 16 pesawat. (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto/Koz/Spt/12)

17 September 2012, Malang: Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro meyakini kekuatan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI Angkatan Udara (AU) hingga semester I 2014 mendatang dalam rangka kekuatan pokok minimum (Minimum Esensial Force/MEF) akan mencapai 40%.

"Hadirnya pesawat tempur F-16, pesawat angkut dan pesawat tempur lainnya akan mempercepat dan menambah prosentasi kekuatan pertahanan kita, khususnya TNI AU," katanya dalam sambutan di acara Penyerahan Empat Pesawat Super Tucano EMB-314 dari Embraer Brasil kepada Kementerian Pertahanan, di Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, Senin..

Terlebih, lanjut Menhan, TNI AU telah menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano. Diharapkan pada 2014 nanti 14 jenis alutsista akan menambah kekuatan TNI AU, seperti pesawat tempur, pesawat angkut, helikopter, pesawat latih, pesawat intai dan pesawat tempur lainnya..

"Saat ini TNI AU telah menerima empat unit pesawat Super Tucano. Pada Januari 2013 akan datang kembali empat unit. Diharapkan pada akhir 2013 atau awal 2014 akan tiba delapan unit lagi, sehingga tercapai satu skadron atau 16 unit," katanya..

Pesawat tempur itu akan menggantikan pesawat OV-10 Bronco yang tidak digunakan lagi sejak 2007. Pesawat ini akan ditempatkan di Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang..

Menurut dia, hingga 2014 mendatang pada akhir masa kabinet ini, diperkirakan ada sekitar 45 alutsista bergerak, baik untuk TNI AU, TNI Angkatan Laut maupun TNI Angkatan Darat. "Sebanyak 45 alutsista bergerak ini termasuk pesawat tempur maupun angkut, yang tiba di Indonesia," ujarnya.

Sumber: Investor Daily

TNI AL Idealnya Memiliki 35 Kapal Cepat Rudal


Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Klewang bernomor lambung 625, meluncur di Selat Bali, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (31/8). KRI Klewang tersebut mempunyai panjang 63 meter, berbahan dasar vinylester carbon fiber (infused), menggunakan teknologi maju di bidang pembuatan kapal perang antara lain kemampuan tidak terdeteksi oleh radar, tidak mengandung unsur magnet, serta tingkat deteksi panas dan suara yang rendah. (Foto: ANTARA/Seno S./ss/mes/12)

17 September 2012, Jakarta: Indonesia membutuhkan banyak kapal cepat rudal (KCR) untuk mengimbangi wilayah laut yang begitu luas dan daratan yang tersebar. Keberadaan KCR dinilai mampu mempermudah TNI maupun para pengelola keamanan di laut untuk mengamankan wilayah maritim Indonesia. "Kita butuh banyak sekali kapal-kapal cepat seperti KRI Klewang," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, di Jakarta, Minggu (16/9).

KRI Klewang, tambah dia, merupakan KCR buatan asli Indonesia yang memiliki bentuk unik. Kapal ini juga banyak dipuji sebagai kapal siluman yang memiliki kecepatan tinggi dan mampu menembus ombak besar karena memiliki tiga lambung. Tak heran jika biaya pembuatan satu pesawat ini mencapai 114 miliar rupiah.

Menurut dia, produk buatan PT Lundin Industry Invest ini juga merupakan kapal yang berpeluru kendali dan berguna untuk menjaga perbatasan dan potensi laut di Indonesia. Saat ini TNI baru membeli satu KRI Klewang untuk ditempatkan di Armada RI Kawasan Timur. Meski demikian, Soeparno menuturkan, pengadaan kapal KCR akan terus dilakukan sehingga jumlahnya lebih banyak lagi. Selain KRI Klewang, TNI AL juga mendapat tambahan beberapa unit KCR, yakni KRI Celurit dan KRI Kujang. Total KCR yang saat ini dimiliki TNI AL tak lebih dari 10 unit yang masing-masing berukuran 40 meter.

Idealnya 35 Unit

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Untung Suropati mengatakan, idealnya Indonesia membutuhkan 35 unit KCR. "Perairan Indonesia cocok untuk pengoperasian KCR, terutama di wilayah barat karena cukup dangkal," jelasnya. Guna mendukung penambahan KCR, Kementerian Pertahanan telah bekerja sama dengan China untuk produksi peluru kendali (rudal) C-705.

Nantinya seluruh KRI akan dilengkapi dengan rudal berkemampuan jelajah hingga 140 kilometer itu. TNI AL sudah dua kali melakukan uji coba rudal ini. Hasilnya cukup memuaskan untuk dipilih sebagai senjata kapal KCR. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, dengan produksi sendiri rudal, kemampuan persenjataan akan meningkat cukup signifikan.

"Kalau bisa produksi dalam negeri. Kami akan memasang rudal-rudal itu di daerah perbatasan untuk pengamanan," ujarnya. KCR ini berbahan dasar komposit serat karbon yang tercatat lebih ringan, dan 20 kali lebih kuat dari baja ini memiliki panjang keseluruhan (length overall) 62,53 meter, lenght on waterline 60,7 meter, water draft 1,17 meter, beam overall 16 meter, bobot mati 53,1 ton.

Kapal ini digerakkan oleh 4 unit mesin penggerak pokok ini, didesain sebagai kapal siluman (stealth) canggih yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi. Kehebatan kapal ini mampu menembus ombak setinggi 6 meter.

Pada acara peluncuran tersebut, Wakil Asisten Logistik Kasal, Laksma TNI Sayid Anwar menyatakan, bahwa momentum peluncuran kapal perang KCR pertama X3K Trimaran Class ini diharapkan akan menjadi titik awal pembangunan kapal sejenis yang akan mampu meningkatkan kemampuan TNI AL, sehingga menjadi salah satu kekuatan yang disegani. "Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan in dustri militer dalam negeri," tambahnya.

Sumber: Koran Jakarta

TNI AL dan RNZN Jalin Kerjasama


(Foto: Dispenal)

17 September 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Soeparno, menerima kunjungan Kepala Staf Angkatan Laut Selandia Baru, Rear Admiral A.J. Tony Parr, hari ini, Senin, 17 September 2012, di Markas Besar TNI Angkatan Laut, Cilangkap.

“KSAL kedua negara membahas mengenai kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Untung Suropati, dalam rilisnya, Senin, 17 September 2012.

Kerja sama ini nantinya akan dibahas lebih mendalam melalui Mutual Asistance Program (MAP) Talks. “Dalam MAP nantinya akan dibahas jenis pendidikan dan pelatihannya,” kata Untung.

Parr juga memberikan penghargaan atas peranan Indonesia di ASEAN dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah Asia Pasifik. Sedangkan Indonesia mengharapkan kerja sama yang lebih intensif antara Angkatan Laut kedua negara.

Sumber: TEMPO

KRI Teluk Lampung Angkut Personil dan Ranpur Kodam Udayana


(Foto: Lantamal 5)

17 September 2012, Surabaya: Kapal perang jenis Landing Ship Tank (LST) KRI Teluk Lampung-540 bersandar di Pangkalan TNI AL Denpasar, Sabtu (15/9).

KRI Teluk Lampung memberikan dukungan angkutan laut untuk pergeseran pasukan dan kendaraan tempur Kodam IX/Udayana untuk Pam VVIP di Nusa Tenggara Barat.

Kapal mengangkut 5 personil Pondam IX/Udaya berikut 3 motor dan 2 jeep kawal, 100 personil Yonif 900/Raider, 12 personil Deninteldam IX/Udayana, 18 personil Tim Jihandak Kodam IX/Udayana berikut 2 unit mobil Jihandak, 20 personil Kompi Kavser dan 4 panser Anoa.

KRI Teluk Lampung LST jenis Frosch setelah melakukan embarkasi pasukan dan ranpur serta bekal ulang, segera berlayar menuju NTB.

Sumber: Lantamal V