Pages

Saturday, 9 November 2013

Antonov An-12B Cub: Eksistensi Pesawat Angkut Berat TNI AU Yang Terlupakan


an12 auri color
Dalam benak orang di Republik ini, pesawat angkut berat TNI AU akan merujuk pada satu nama, yakni C-130 Hercules buatan Lockheed Inc. Hal tersebut terasa lumrah, mengingat pengabdian Hercules di Tanah Air sudah lebih dari 50 tahun, pesawat ini dikenal punya mobilitas tinggi dalam menunjang operasi militer dan operasi militer bukan perang. Tapi, tahukah Anda bila sejatinya Hercules di Indonesia punya ‘rekan sejawat’ yang sama-sama digolongkan sebagai pesawat angkut berat?
Tepatnya guna mempersiapkan operasi Trikora, di awal tahun 60-an Indonesia berupaya keras mendatangkan alutsista dari Uni Soviet dan Negara Pakta Warsawa. Selain nama-nama sangar seperti KRI Irian, KRI Ratulangi, pembom Tu-16, jet MiG-21, kapal selam kelas Whiskey, dan tank amfibi PT-76, rangkaian pengadaan sista juga mencakup pesawat transportasi berat. Memang faktanya sejak Maret 1960, TNI AU sudah mengoperasikan C-130 Hercules yang tergabung dalam skadron udara 31 dengan kekuatan 10 unit C-130B Hercules. Hadirnya 10 unit Hercules ini tak lepas dari jasa Presiden Soekarno yang langsung melobi Presiden AS, John F. Kennedy saat kunjungannya ke Washington pada tahun 1959. Konfigurasi yang didapatkan yakni, 8 unit tipe cargo dan 2 unit tipe tanker.
Jumlah 10 unit pesawat angkut berat dirasa tidak memadai kala itu, apalagi guna mempersiapkan operasi militer dalam skala besar. Untuk itu, pada Desember 1960, Jenderal AH. Nasution bertolak ke Moskow, Rusia untuk menegosiasikan pengadaan tambahan alutsista, dimana salah satu item-nya adalah kebutuhan akan pesawat angkut berat jarak jauh. Hingga kemudian, TNI AUberhasil memperoleh pesawat turbo propeller Antonov An-12B Cub. Jumlah yang dibeli sebanyak 6 unit, dan mulai berdatangan pada tahun 1964 – 1965.
an12-auri-t-1206
An-12-1204-1
Keenam pesawat mendapat registrasi, T-1201 hingga T-1206. Kedatangan Antonov An-12 sekaligus melahirkan skadron angkut kedua di lingkungan TNI AU, yakni skadron udara 32 yang resmi berdiri pada 27 Juli 1965. Skadron udara 32 awal berdirinya ditempatkan di lanud Hussien Sastranegara, Bandung. Menurut beberapa informasi, ada dua An-12 TNI AU yang mengalami crash, T-1203 crashed pada 16 oktober 1964 saat take off dari Palembang. Kemudian ada satu tipe lagi yang crash di area lanud Halim Perdanakusumah menjelang operasi Dwikora.
Namun akibat peristiwa G-30S/PKI membawa dampak besar pada arah perpolitikan dan kekuatan tempur Indonesia. Akibatnya, Antonov An-12 ikut menjadi korban dan di non-aktifkan akibat tiadanya pasokan suku cadang dari Uni Soviet. Lewat sistem kanibalisasi suku cadang, An-12 TNI AU masih ada yang sempat terbang hingga tahun 1970 hingga kemudian dinyatakan di grounded.
Akibat grounded total Antonov An-12, praktis skadron udara 32 menjadi kosong tanpa kekuatan sama sekali. Melalui Keputusan Menhankam/Pangab No. Skep/14/IV/1976, skadron udara 32 dipindah ke lanud Abdulrachman Saleh, Malang, meskipun saat itu tanpa kekuatan pesawat. Baru kemudian pada 11 Juli 1981, skadron 32 diaktifkan kembali dengan perkuatan pesawat C-130B Hercules.
images
Antonov An-12B Cub
An-12 tergolong pesawat medium size medium range transport aircraft. Serupa dengan C-130 Hercules, An-12 juga dilengkapi dengan empat mesin turbo propeller dan ramp door pada bagian ekor untuk cargo . Identitas ‘Cub’ merupakan pemberian dari NATO. An-12 pertama kali meluncur pada 15 Desember 1957, dan resmi diperkenalkan ke khalayak pada 1959.
16_1
16_2
Dilihat dari spesifikasinya, Antonov An-12 mampu terbang dengan kecepatan maksimum 777 Km per jam, serta kecepatan jelajah 670 km per jam. Tenaganya dipasok empat buah mesin Progress AI-20L or AI-20M turboprops, dengan kekuatan 4.000 eHP (3.000 KW) untuk tiap mesin. Kapasitas bahan bakar keseluruhan bisa mencapai 1.390 liter, dan dapat ditambahkan dengan ekstra fuel tanks . Untuk urusan daya angkut, An-12 lebih unggul dari C-130B Hercules yang bermesin turboprop Allison T56A-7. An-12 dapat mengangkut muatan maksimum hingga 20.000 kg, sementara C-130B Hercules hanya 16.363 kg. Bobot maksimum saat take off mencapai 61.000 kg, sedangkan C-130B bisa mencapai 79.380 kg.
An-12 diawaki oleh 5 personel, yakni pilot, co pilot, flight engineer, navigator, dan operator radio. Dari sisi teknis, An-12 dengan kapasitas bahan bakar maksimum, sanggup terbang hingga 5.700 km non stop. Sementara bila terbang dengan muatan maksimum 20 ton, jarak terbangnya menyusut hingga 3.600 km. Kecepatan menanjaknya mencapai 10 meter/detik dengan ketinggian terbang maksimum 10.200 meter.
Ruang kokpit An-12
Antonov5
Jendela intai pada bagian moncong
Jendela intai pada bagian moncong
Sebangun dengan C-130 Hercules, An-12 juga diluncurkan dengan cukup banyak varian, diantaranya ada versi intai maritim, SAR, angkut rudal balistik, cargo, linud, dan juga lumayan laris dipakai oleh penerbangan sipil, seperti Aeoroflot, Air Guinee, Alada , British Gulf International Airlines, Avial Aviation, Heli Air Service, Tiramavia, Aerovis Airlines, Veteran Airlines, KNAAPO and Vega Airlines, ATRAN Cargo Airlines. Total ada 77 airlines di seluruh dunia pernah menggunakan An-12.
Desain Hybrid
Hadir dikala berkecamuknya perang dingin, An-12 pun tidak sekedar di desain murni sebagai pesawat angkut. Keunggulan An-12 terletak pada adopsi ruang kanon pada bagian ekor (tail turret). Wujudnya berupa kompartemen juru tembak, jenis kanonnya bukan abal-abal, melainkan tipe Nudelman-Rikhter NR-23 kaliber 23 mm dengan dua laras. Kanon ini dapat memuntahkan 850 proyektil dalam satu menit, dengan kecepatan tembak 690 meter per detik. Keberadaan kanon ini dipersiapkan sebagai elemen pertahanan jika sewaktu-waktu pesawat dicegat atau dibuntuti lawan.
kanon Nudelman-Rikhter NR-23 pada pembom Tu-16, juga digunakan pada An-12
Kanon Nudelman-Rikhter NR-23 pada pembom Tu-16, juga digunakan pada An-12
Tampilan ruang cargo
Tampilan ruang cargo
Jenis kanon ini juga ditempatkan pada pembom Tu-16 dan Tu-95. Tentu pada versi sipil, ruang kompartemen kanon ini ditiadakan. Khusus An-12B milik TNI AU terlihat ada kompartemen juru tembak, meski dalam foto tidak tampak keberadaan laras kanonnya. Keunikan lain dari An-12 yakni pada rancangan bagian hidung yang bergaya ala pembom Tu-16, dimana pada moncong pesawat ditempatkan jendela/kaca intai.
Di negara asalnya, An-12 diprioduksi terakhir pada tahun 1973, total ada 1.248 yang berhasil diproduksi. Dan, seperti yang sudah-sudah, Cina pun mengembangan pesawat laris ini, tapi dengan identitas baru, yakni Shaanxi Y-8 (Yunshuji-8). Y-8 terbilang pesawat angkut militer/sipil dan cargo yang paling populer di Cina. Bahkan, Y-8 pun cukup laris di pasaran ekspor. Hingga tahun 2010, Y-8 telah diproduksi sebanyak 169 unit.
Nampak An-12 versi sipil bersanding dengan C-130 Hercules AU Pakistan
Nampak An-12 versi sipil bersanding dengan C-130 Hercules AU Pakistan
Bila Y-8 laris manis di pasar ekspor, lain hal dengan An-12. Karena usia yang sudah tua dan kian penuh risiko bagi awak dan penumpangnya, beberapa negara telah melarang terbang pesawat ini. Contohnya pada 12 Januari 2009, pemerintah Uni Emirat Arab resmi melarang setiap An-12 yang terbang atau melitas di wilayah udaranya.
Sayangnya, tidak ada satu pun An-12 TNI AU yang tersisa untuk diabadikan sebagai koleksi museum atau monumen. Meski waktu pengabdiannya terbilang singkat di Indonesia, selayaknya pihak museum Dirgantara Yogyakarta juga memiliki koleksi pesawat ini. Walau bagaimana pun, An-12 telah menjadi bagian dari sejarah eksistensi TNI AU. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Antonov An-12 Cub:
Manufacture : Antonov
Payload: 20.000 kg
Length: 33,10 meter
Wingspan : 38 meter
Height : 10.53 meter
Wing area : 121.7 m²
Empty weight : 28,000 kg
Max. takeoff weight: 61,000 kg
Powerplant : 4 × Progress AI-20L or AI-20M turboprops, 4,000 ehp (3,000 kW) each
Maximum speed : 777 km/h
Cruise speed: 670 km/h
RangeWith maximum fuel: 5,700 km
RangeWith maximum load: 3,600 km
Service ceiling: 10,200 m
Rate of climb: 10m/s
Armament : Guns: 2× 23 mm (0.906 in) Nudelman-Rikhter NR-23 cannons

SMML: Prototipe Gatling Gun Made in Indonesia

1
Guna menuju kemandirian alutsista, beragam langkah strategis terus dilakukan TNI, khususnya oleh Dinas Penilitian dan Pengembangan dari masing-masing angkatan. Salah satu yang menjadi sorotan adalah SMML (senapan mesin multi laras) yang baru-baru ini diperlihatkan di stand Dislitbang TNI AD pada pameran Alutsista TNI AD 2013 di lapangan Monas, awal Oktober lalu.
SMML bisa disebut sebagai gatling gun versi lokal, senapan yang masih dalam prototipe ini mengusung kaliber 7,62mm. Mengutip informasi dari Majalah Komando Volume VIII No.5, disebutkan perancangan SMML telah dimulai lima tahun lalu. Sebuah tim kecil Dislitbang dibentuk untuk mempelajari dan merancang pengembangan senapan multilaras ini, dengan team leader Ade Kusnadi yang sekaligus menjadi kreatornya. Namun, baru pada tahun 2010 proyek ini resmi diangkat menjadi program nasional.
Tantangan terbesar dalam merancang SMML adalah tidak adanya barang contoh yang bisa dibongkar untuk dipelajari detail susunan komponen dan mekanisme kerjanya. Sebagai informasi, TNI AD memang belum pernah memiliki senjata model gatling. Lain hal dengan TNI AU, sejak kedatangan jet tempur F-16 Fighting Falcon, berlanjut dengan kedatangan jet tempur taktis T-50i Golden Eagle, gatling gun sudah melekat sebagai senjata internal dengan kaliber 20mm.
Terlepas dari kendala diatas, tim pengembang berusaha menyusun SMML dari informasi dan literature, yang harus diakui sumbernya terbatas. Meski secara prinsip sistem mekanisme SMML terbilang sederhana, namum karena semua dipelajari dari nol dan tidak melakukan pengembangan produk melalui reverse engineering, menjadikan perancangannya memakan waktu panjang. Diperlukan analisa yang mendalam dalam perancangan tiap komponennya agar secara prinsip bisa bekerja sempurna.
2
Dapat dianalogikan mekanisme SMML seperti pistol revolver dengan sebuah silinder berputar untuk mengumpan enam butir peluru. Namun pada revolver hanya tersedia satu laras dan satu rangkaian pemukul saja. Bagaimana dengan SMML yang punya enam laras dan enam pemicu? Dengan kata lain setiap laras memiliki perangkat tembaknya masing-masing. Secara teori, SMML dirancang untuk bisa melontarkan 2.500 – 3.000 proyetil dalam satu menit, kapasitas tabung yang disiapkan mencapai 6.000 butir.
Sabuk peluru SMML menerapkan model disintegrated. Pemilihan model ini dengan mempertimbangkan perhitungan taktis, dimana akan mempermudah memutus mata rantai peluru dari magasin ke senjata. Bila menggunakan sabuk peluru model integrated maka magasin peluru terus terbawa sampai peluru habis digunakan. Nyatanya dalam praktek di lapangan terkadang peluru tak habis terpakai, sehingga model disintegrated lebih menguntungkan karena bisa dilepas sehingga untuk mobilitasnya akan lebih baik, pasalnya dapat mengurangi bobot total senjata, karena magasin dapat dilepas.
M134 Mini Gun
M134 Mini Gun
M134 Mini Gun dengan sabuk amunisi
M134 Mini Gun dengan sabuk amunisi
Sepintas tampilan luar SMML terlihat menyerupai M134 Mini Gun buatan Dillon Aero. Begitu pula mekanisme kerjanya juga diyakini serupa. Namun dapat dipastikan seluruh rancangan SMML berbeda sama sekali. Semua komponen diracang sendiri secara detail dengan bantuan program desain CATIA yang juga digunakan untuk menganalisa sistem kerja mekanisme dari rangkaian desain komponen yang dibuat.
Kini, SMML yang prototipnya dibuat Pindad ini telah mencapai 80%. Dalam kondisi ini dapat dikatakan SMML baru mencapai taraf proof of concept, yakni secara teori baru sampai pada fase pembuktian sistem mekanisme senjata bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Belum sampai proses pengujian dinamis menggunakan peluru, sesi yang paling kritis.
Tentunya kiat semua berharap, semoga sista ini benar-benar bisa masuk ke jalur produksi, bahkan akan lebih hebat lagi bila bisa dipadukan dengan konsep RCWS (remote control weapon system). Pastinya akan menambah kebanggan kita, karena hanya segelintitr negara yang mampu membuat senapan mesin model gatiling ini. (Dikutip dari Majalah Commando dan beragam sumber lain)
Spesifikasi SMML
  • Kaliber : 7,62mm
  • Panjang : 96,25 cm
  • Berat : 90 kg
  • Jumlah laras : 6 batang
  • Pengisian amunisi : disintegrated
  • Kecepatan tembak : 2.500 – 3.000 proyektil per menit
  • Jarak tembak : 1.000 – 1.500 meter
  • Sumber arus : DC 24 Volt

Pahlawan ‘Bersenjata’ Negosiasi dan Diplomasi


Proklamator Soekarno Hatta memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Karikatur Investor Daily 8 November 2012Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November bisa dijadikan momentum bagi generasi kini untuk mengenal lebih dalam tentang sisi kepribadian dan daya juang para pahlawan bangsa.

Kata pahlawan dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri atas dua kata yakni pahla dan wan. Pahla mengandung makna buah, sedang wan untuk sebutan orangnya (yang bersangkutan). Pengertian secara luas dari pahlawan (baca: pahlawan nasional) adalah seseorang yang menghasilkan daya upaya atau karya besar untuk kepentingan bangsa dan negara. Juga seorang pejuang gagah berani yang mengorbankan jiwa dan raga untuk kepentingan bangsanya.

Peringatan Hari Pahlawan tahun ini ditandai dengan acara rutin berupa pemberian gelar pahlawan kepada ahli waris. Pada peringatan Hari Pahlawan 2013 ini, pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada tiga tokoh yaitu Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wediodiningrat, Lambertus Nicodemus Palar dan TB Simatupang.

Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada tiga sosok di atas memberikan pelajaran berharga kepada generasi kini bahwa negeri ini juga memiliki pahlawan yang bersenjata negosiasi dan diplomasi. Sosok Radjiman, Palar, dan Simatupang merupakan orang yang sangat piawai dalam bernegosiasi dan berdiplomasi pada era pra kemerdekaan hingga perang kemerdekaan. Mereka memiliki intelektualitas yang hebat, berkepribadian kokoh serta sikap hidup yang sederhana. Tidak heran jika mereka sangat disegani dan dihormati oleh kawan maupun lawan.

Negosiasi dan Diplomasi Makanya betapa pentingnya meneladani dan reinventing nilai kepahlawanan dari tiga sosok pahlawan nasional di atas. Hal itu penting mengingat saat ini Indonesia sangat membutuhkan upaya negosiasi dan diplomasi, utamanya untuk urusan perekonomian global yang makin kompleks dan penuh dengan aspek negosiasi. Benturan kepentingan ekonomi antarbangsa membutuhkan sosok yang piawai bernegosiasi dan berdiplomasi, yang setara dengan LN Palar waktu era kemerdekaan dahulu.

  • Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wediodiningrat

Dialektika para pahlawan bangsa untuk kemajuan bangsanya juga telah diperlihatkan oleh Dokter KRT Radjiman Wediodiningrat sejak usia belia. Pada usia 20 tahun, Radjiman sudah lulus menjadi dokter dari STOVIA Batavia dengan prestasi tinggi, sehingga ia langsung diangkat sebagai dokter Gubernemen Belanda. Radjiman adalah tokoh pergerakan Indonesia Merdeka yang ber wawasan luas dan memiliki kepribadian yang matang.

Atas kepiawaiannya itu ia pun dipercaya menjadi Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan kemudian menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam kiprahnya di BPUPKI maupun PPKI, Radjiman merupakan sosok yang piawai dalam bernegosiasi sehingga persiapan kemerdekaan RI bisa berjalan lancar dan berbagai macam silang pendapat dan perbedaan visi bisa diatasi.

Di dalam memimpin BPUPKI, Radjiman pada saat itu bisa dibilang sangat inovatif dan berwibawa. Ia memimpin sidang-sidang yang sangat penting bagi ter wujudnya NKRI. Terbukti sidang-sidang BPUPKI tidak pernah deadlock dan bisa mengalir jernih seperti sungaisungai yang bermata air dari Gunung Lawu. Perjuangan panjang Radjiman menuju Indonesia Merdeka pada hakekatnya adalah mewujudkan kemajuan bangsanya di tengah pergaulan bangsa-bangsa di dunia, hingga dirinya mengembuskan nafas terakhir di lereng Gunung Lawu, di Desa Walikukun Kabupaten Ngawi 20 September 1952.

  • Lambertus Nicodemus Palar

Kepiawaian bernegosiasi dan berdiplomasi juga dimiliki oleh LN Palar. Pada 1930, Palar sudah menjadi anggota Sociaal-Democratische Arbeiders Partij (SDAP) dengan pemikirannya yang sangat kritis. Palar menjabat sebagai sekretaris Komisi Kolonial SDAP dan Nederlands Verbond van Vakverenigingen (NVV) mulai Oktober 1933. Dia juga adalah direktur Persbureau Indonesia (Persindo) yang ditugaskan untuk mengirim artikel-artikel tentang sosial demokrat dari Belanda ke pers di Hindia Belanda.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Palar menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia Merdeka secara intens serta menjadi jembatan untuk berkomunikasi dengan pihak di luar negeri. Palar sangat gigih mencari jalan keluar untuk mendesak penyelesaian konflik antara Belanda dan Indonesia tanpa kekerasan. Tetapi pada 20 Juli 1947 Belanda memulai agresi militer di Indonesia. Sejak itu Palar bergabung dengan tim yang berjuang untuk pengakuan internasional tentang kemerdekaan Indonesia dengan menjadi wakil Indonesia di PBB pada 1947. Posisi ini dijabatnya sampai tahun 1953.

Palar juga memiliki peran yang luar biasa dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika, yang mengumpulkan negara-negara di Asia dan Afrika di mana kebanyakan dari negara tersebut baru merdeka. Palar pensiun dari tugas diplomatiknya pada 1968. Setelah berjuang dan melayani bangsanya, Lambertus Nicodemus Palar meninggal dunia di Jakarta pada 12 Februari 1980.

  • Tahi Bonar Simatupang

Pahlawan Ekonomi dan Investasi Sosok ketiga penerima gelar Pahlawan Nasional tahun 2013 adalah Tahi Bonar Simatupang atau yang lebih dikenal dengan nama T.B. Simatupang. Dia lahir di Sidikalang, Sumatera Utara, 28 Januari 1920. Simatupang adalah sosok militer yang juga piawai dalam bernegosiasi dan berdiplomasi. Hal itu tergambar dalam buku hasil karyanya berjudul “Laporan dari Banaran”.

Dia memulai pengabdian setelah menamatkan Koninklije Militaire Academie (KMA), yakni akademi untuk anggota KNIL, di Bandung pada 1942. Pada saat agresi militer Belanda, Simatupang bahu membahu bersama Panglima Besar Jenderal Soedirman melakukan perang gerilya. Setelah Jenderal Soedirman wafat, TB Simatupang diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang (KASAP) yang membawahi para kepala staf angkatan.

Simatupang memiliki tradisi intelektual yang sangat kental, dan itu terinspirasi oleh tiga Karl, yaitu Carl von Clausewitz, seorang ahli strategi kemiliteran, Karl Marx, seorang flisuf besar dari Prusia dan pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan yang mengarang buku Das Kapital. Karl ketiga adalah Karl Barth, teolog Protestan terkemuka abad ke-20. Seluruh kehidupan Simatupang mencerminkan peranan ketiga pemikir besar itu.

Setelah melepaskan tugas aktifnya sebagai militer, Simatupang terjun ke pelayanan gereja dan aktif menyumbangkan pemikirannya yang sangat strategis melalui lembaga pendidikan.

Pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia tentu sangat membutuhkan pahlawan ekonomi dan investasi yang mampu melakukan negosiasi dan diplomasi serta membuat terobosan untuk menciptakan nilai tambah dan kesejahteraan rakyat luas. Untuk itu patut kiranya meneladani dan napak tilas pemikiran dari tiga sosok pahlawan nasional diatas.

Harjoko Sangganagara

investor 

Komisi I DPR: RI Disadap, Tinjau Kerja Sama AS & Australia

Pemerintah Indonesia masih dalam proses membicarakan penyadapan ini.

Seorang perwira Polisi memantau keamanan di depan kantor Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Seorang perwira Polisi memantau keamanan di depan kantor Kedutaan Besar Australia di Jakarta.ndonesia memunculkan reaksi keras. Sebab, aksi penyadapan itu sama saja mengganggu kedaulatan suatu negara.

Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Ramadhan Pohan, Sabtu 9 November 2013,  kerja sama Indonesia dengan AS dan Australia yang sudah berlangsung lama dan 'mesra' kini tercoreng oleh aksi penyadapan.

"Terkait aksi penyadapan itu, kerja sama yang sudah tercipta seperti cuma basa-basi saja. Meskipun sudah berhubungan baik, AS dan Australia masih mencurigai Indonesia," kata Pohan, saat ditemui di Jakarta.

Dia menambahkan, saat ini, pemerintah Indonesia harus meninjau kembali kerja sama antara AS dan Australia dalam hal pertukaran informasi. Kerja sama di semua bidang harus dikaji ulang. "Buat apa ada kerja sama, yang hanya sekedar basa-basi," ujarnya.

Saat ini, tambah Pohan, pemerintah Indonesia masih dalam proses membicarakan penyadapan ini dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

"Pemerintah juga ingin mendengar penjelasan dari perwakilan negara AS dan Australia yang ada di Indonesia. Jika AS dan Australia tidak juga membeberkan alasan penyadapan, Indonesia harus siap terhadap kondisi terburuk yang akan terjadi," ujar Pohan.

Wakil Sekertaris Jenderal Partai Demokrat itu juga menegaskan, jika memang terbukti AS dan Australia melakukan penyadapan, tidak hanya pihak intelijen di Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Australia yang akan dipulangkan.

"Duta Besarnya juga akan kami pulangkan ke negaranya masing-masing," tegas Pohan.

"Indonesia adalah bangsa yang merdeka dari perjuangan darah dan nyawa. Jika mereka sudah melecehkan negara kita,  buat apa kita bersahabat dengan mereka," kata Pohan. (eh)

viva.co.id

Spionase Kanguru di Tanah Garuda


 Defence Signals Directorate bahu-membahu dengan badan keamanan AS. 


“Buka rahasia mereka, lindungi rahasia kita (reveal their secrets, protect our own)”. Itulah semboyan Badan Intelijen Australia (Defence Signals Directorate) yang tahun 2013 ini berganti nama menjadi Australian Signals Directorate. Dengan moto itu, agen-agen DSD menjejakkan kaki di Bali ketika Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2007.

Mereka membawa tugas khusus, mengumpulkan nomor-nomor telepon para pejabat pertahanan dan keamanan di Indonesia. Dalam misinya itu, DSD bekerja bahu-membahu dengan badan keamanan nasional Amerika Serikat (National Security Agency) untuk memperoleh informasi yang menjadi target mereka. Semua itu diungkapkan Edward Snowden --mantan kontraktor NSA yang kerap membocorkan rahasia intelijen AS-- dalam dokumen yang ia bocorkan dan dilansir harian Inggris The Guardian, 2 November 2013.

DSD bahkan disebut memasukkan ahli Bahasa Indonesia ke dalam timnya untuk memonitor dan menyeleksi informasi dari komunikasi yang berhasil mereka dapatkan. “Tujuan dari upaya (spionase) ini adalah untuk mengumpulkan pemahaman yang kuat tentang struktur jaringan yang diperlukan dalam keadaan darurat,” kata dokumen Snowden itu.

Sayangnya misi Australia itu pada akhirnya dianggap gagal karena satu-satunya nomor telepon pejabat yang berhasil mereka ketahui adalah milik Kepala Kepolisian Daerah Bali.

Namun, gagal di Bali, bukan berarti Australia tak mendapat apa-apa. Upaya penyadapan atau pengumpulan informasi bukan hanya dilakukan sekali itu.

Harian Australia The Sydney Morning Herald melaporkan Negeri Kanguru secara intensif dan sistematis melakukan aksi mata-mata dan membangun jejaring spionase mereka di Tanah Garuda ini melalui kantor kedutaan besar mereka di Jakarta. Media Australia lainnya, Fairfax, menyatakan pos-pos diplomatik Australia yang tersebar di Asia mempunyai fasilitas untuk mencegat lalu-lintas data dan panggilan telepon dari pejabat-pejabat penting di negara-negara di kawasan ini.

Aktivitas pengintaian itu dilakukan tanpa sepengetahuan mayoritas diplomat Australia yang berkantor di Kedutaan Australia. Data-data intelijen dikumpulkan DSD melalui kedutaan-kedutaan Australia di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Hanoi, Beijing, Dili, dan Port Moresby. Dengan demikian negara-negara yang menjadi sasaran aksi spionase Australia adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, China, Timor Leste, dan Papua Nugini.

Laporan mengenai aksi mata-mata Australia itu merupakan bagian dari dokumen yang dibocorkan Snowden dan dipublikasikan oleh harian Jerman, Der Spiegel. Dokumen itu menyoroti kemitraan spionase “Lima Mata” yang antara lain mencakup Inggris, Kanada, dan Australia. Disebutkan bahwa fasilitas penyadapan mereka seperti antena, kerap tersembunyi dalam fitur arsitektur palsu atau atap gudang pemeliharaan di berbagai kantor kedutaan.

Seorang mantan perwira di DSD menyatakan Kedutaan Besar Australia di Jakarta menjadi pemain kunci dalam mengumpulkan informasi. Australia menyasar data politik, ekonomi, dan intelijen melalui kedutaannya yang berlokasi di kawasan sibuk Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Selain di Jakarta, Konsulat Jenderal Australia di Denpasar, Bali, juga disebut digunakan untuk mengumpulkan data-data intelijen.

Jakarta menjadi pusat aksi spionase Australia di Asia karena dua faktor. Pertama, pertumbuhan jaringan telepon seluler yang pesat di Indonesia dan Jakarta khususnya. Kedua, elite politik di Jakarta disebut amat cerewet. “Jaringan seluler merupakan anugerah besar, dan elite Jakarta adalah kelompok yang amat suka bicara. Mereka bahkan tetap mengoceh meski merasa agen intelijen Indonesia sendiri mendengarkan (menyadap, red) mereka,” kata mantan perwira DSD itu seperti dikutip International Business Times Australia

Sejumlah data intelijen yang dicari Australia di Indonesia antara lain terkait terorisme dan penyelundupan manusia. Aksi terorisme kerap terjadi di Indonesia, sedangkan penyelundupan manusia menyangkut ribuan imigran gelap yang selalu menempuh jalur laut melalui Indonesia untuk mencari suaka di Australia. Parahnya, cara masuk ilegal via Indonesia ini amat berbahaya sehingga ratusan imigran seringkali tewas tenggelam saat menyeberang dengan perahu ke perairan Australia.

 Kemarahan Jakarta 


Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono melalui juru bicaranya Julian Aldrin Pasha, Jumat 8 November 2013, menyatakan tak dapat menerima adanya aksi penyadapan Australia terhadap Indonesia. “Selama ini hubungan bilateral kami selalu kondusif, baik, dan saling percaya. Kalau benar ada tindakan (penyadapan) seperti itu, kami sangat tak bisa menerimanya. Pemerintah mengecam hal ini. Sikap kami tegas,” kata Julian kepada VIVAnews.

Indonesia telah memanggil Duta Besar Australia di Jakarta, Greg Moriarty, untuk memberikan penjelasan. Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa pun mengancam akan mengevaluasi kerjasama di bidang informasi dan intelijen dengan Australia. “Kami harus mengkaji ulang bagaimana ke depannya kerjasama dengan negara-negara yang tidak bisa memberikan konfirmasi apakah aksi penyadapan seperti ini benar dilakukan (atau tidak),” kata Marty.

Padahal Indonesia dan Australia selama ini menjalin kerjasama erat di bidang penangkalan aksi teror dan penyelundupan manusia. “Kalau mereka (Australia) mengumpulkan informasi di luar forum resmi, lalu apa manfaat kerangka yang resmi itu? Hal ini perlu dipikirkan masak-masak. Indonesia tidak terima diperlakukan seperti ini,” ujar Marty.

Pernyataan Marty itu mencerminkan kekesalan Indonesia yang tidak mendapat klarifikasi memuaskan. Isu penyadapan ini telah ditanyakan Indonesia ke perwakilan negara terkait dalam berbagai kesempatan. “Tapi jawaban mereka tetap sama, bahwa mereka tidak bisa mengkonfirmasi atau menyangkal pemberitaan tersebut,” kata Marty.

Indonesia menuntut komitmen Australia dan AS untuk tak lagi melakukan aksi spionase. “Kami perlu tegaskan, tidak boleh ada tindakan yang mengingkari atau tidak selaras dengan semangat persahabatan antar negara. Enough is enough. Setiap negara tidak sepatutnya melakukan aksi itu,” ujar Marty. Apalagi ongkosnya akan jauh lebih mahal jika aktivitas spionase tersebut terbongkar, yakni potensi kerusakan hubungan bilateral kedua negara karena hilangnya rasa saling percaya.

Marty pun menyindir Australia dan AS sekaligus. “Jika Australia sendiri yang menjadi subyek aktivitas (mata-mata) itu, menurut mereka itu tindakan bersahabat atau tidak? Kami tidak bisa menerima aksi spionase Australia atas perintah Amerika Serikat,” ujar mantan Duta Besar RI untuk PBB itu.

Hal yang saat ini penting dilakukan Indonesia, kata Marty, adalah meningkatkan kewaspadaan dan kapasitas untuk meminimalkan penyadapan. Dalam rangka itu pula Indonesia bergabung dengan Jerman dan Brasil dalam mensponsori resolusi anti spionase yang diajukan ke Sidang Umum PBB. Rancangan resolusi itu meminta dihentikannya aksi spionase Internet dan pelanggaran privasi. Indonesia berharap, melalui resolusi itu Australia dan AS tak lagi memata-matai Indonesia dan puluhan negara lain.

 Canberra bungkam 


Pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott sama sekali tak dapat menjernihkan isu penyadapan ini. Ia hanya mengatakan badan dan agen intelijen negaranya selalu bertindak dalam koridor hukum. “Setiap badan pemerintah Australia bertugas sesuai aturan yang berlaku,” kata dia.

Dubes Australia untuk RI, Greg Moriarty, juga tak mau berkomentar soal pemanggilannya oleh Kemlu RI terkait aksi spionase Australia. Juru Bicara Moriarty, Ray Marcello, dalam surat elektroniknya kepada VIVAnews menyatakan pihaknya terus mengikuti perkembangan pemberitaan di Indonesia.

Australia pun mahfum dengan ancaman Marty Natalegawa untuk memutuskan kerjasama dengan Australia di bidang penangkalan aksi teror dan penyelundupan manusia. Marcello mengatakan, Australia sangat menghargai hubungan kemitraan yang dekat dengan Indonesia. Kerjasama bilateral yang telah dibangun sejak lama itu dianggap Australia sangat menguntungkan kedua negara.

“Kami terus menantikan kerjasama dengan Indonesia di beragam bidang seperti penanggulangan aksi terorisme dan penyelundupan manusia,” kata Marcello.

Menanggapi kemarahan Indonesia, Australia pun mengutus menteri pertahanannya, David Johnston, untuk terbang ke Jakarta, Kamis 7 November 2013. Namun setelah menggelar pertemuan dengan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, Jumat 8 November 2013, Johnston tak bersedia memberikan keterangan kepada media. Ia langsung kembali ke Australia.

Hasil pertemuan itu jauh dari memuaskan. Menurut Purnomo, dia dan Johnston menyerahkan isu penyadapan tersebut kepada kementerian luar negeri kedua negara karena isu penyadapan terkait hubungan diplomatik. “Itu adalah isu makro yang sedang dibicarakan pada level politik luar negeri antara Menlu Australia Julie Bishop dengan Menlu RI Marty Natalegawa,” kata Purnomo.

Bishop yang berada di Indonesia terkait agenda Bali Democracy Forum VI pada 7-8 November 2013, membantah hubungan bilateral Australia dengan Indonesia rusak karena isu penyadapan. “Saya tidak terima apabila ada pernyataan yang menyebut hubungan kedua negara retak,” kata dia. Bishop justru mengatakan telah melakukan diskusi yang bermanfaat dengan beberapa menteri Indonesia terkait masalah penanggulangan aksi teror dan penyelundupan manusia.

Sementara itu pakar keamanan Australia dari Australian National University, Profesor Michael Wesley, mengatakan Indonesia akan rugi bila memutus hubungan diplomatik dengan Australia. Wesley tak yakin Menlu RI Marty Natalegawa bersungguh-sungguh dengan ancamannya untuk menghentikan kerjasama dengan Australia.

Wesley berpendapat Marty hanya menggertak pemerintahan baru Australia yang masih berjalan dua bulan. Dikutip Sydney Morning Herald, dia mengatakan, “Marty Natalegawa adalah diplomat yang amat berpengalaman. Dia tahu pemerintahan di Canberra masih baru. Di sana ada perdana menteri dan menteri luar negeri yang tak berpengalaman.” 


viva.co.id 

Mengintip Konsep Ruang Bawah Tanah Monas



Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun ruang bawah tanah di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, tahun depan. Konsep ini sudah dirancang sejak 1997, namun tak kunjung direalisasikan.

Desain ruang bawah tanah ini akan disesuaikan dengan sistem pertahanan yaitu sebagai tempat evakuasi. Pemprov DKI menargetkan pembangunan rampung dalam dua tahun.

Ruang bawah tanah ini akan mengikuti rencana detail tata ruang Jakarta 2030. Itu artinya akan terintegrasi dengan segala moda transportasi yang saat ini dalam tahap pembangunan.

Ruang bawah tanah juga terkoneksi dengan wilayah lain di sekitar Monas. Di dalam ruang bawah tanah disediakan travelator atau alat untuk mempercepat orang berjalan.

Kepala Perencana PT Jakarta Konsultindo, Arya Abieta, memaparkan ruang bawah tanah ini dibangun menyilang di empat sisi Monas, yakni sisi barat, utara, selatan dan timur.

Sebuah koridor akan menyambungkan empat sisi itu secara menyilang. Di sisi selatan akan dibangun basement parkir tiga lantai dan di atasnya terdapat amfiteater berkapasitas 900 orang yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang interaksi warga.

Di sisi barat, ruang bawah tanah akan terhubung dengan MRT. Sedangkan sisi timur bisa terkoneksi dengan Stasiun Gambir. Untuk sisi utara sengaja dikosongkan. Semua jalur bawah tanah ini dihubungkan lantai berjalan.




Warna Merah:
- Nomor 1-3 MRT
- Nomor 2 panggung utama teater
- Nomor 4 Serbaguna

Warna Hijau:
- Nomor 1 Pos Polisi
- Nomor 2 Klinik
- Nomor 3 Gudang
- Nomor 4 Toilet
- Nomor 5 Mushola
- Nomor 6 Kios
- Nomor 7 Ruang Teknisi
- Nomor 8 Kios PKL

viva.co.id

Neraka Inggris di Timur Jawa


Photo 
Ratusan makam bernisan salib putih itu berderet rapi seperti tentara yang tengah berbaris. Di kanan kirinya, puluhan pohon kamboja tumbuh subur, kalah bersaing dengan hutan beton bangunan tinggi yang banyak tumbuh di sekitar Casablanca, Jakarta Selatan.

Pekuburan itu memang terletak di salah satu pusat keriuhan Jakarta. Tepatnya di Menteng Pulo, sebuah tempat yang bertetangga dengan kawasan bisnis Kuningan atau Jalan Rasuna Said. ”Saking ramainya, tak banyak orang tahu di sini ada pekuburan,” ujar Andri (26), salah seorang tukang ojek yang kerap mangkal di sana.

Ungkapan Andri memang tak salah. Alih-alih para pendatang, orang-orang yang sudah lama di Jakarta pun kadang jarang tahu soal pekuburan tersebut. Padahal yang ditanam di sana bukanlah manusia-manusa sembarangan. Mereka adalah para serdadu Inggris (2 diantaranya berpangkat Brigadir Jenderal) yang tewas saat berduel dengan para pemuda Indonesia di Surabaya 66 tahun yang lalu.

Alkisah suatu siang pada 25 Oktober 1945, mendaratlah di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya sekitar 6000 pasukan dari 49 Indian Infantery Brigade ”The Fighting Cock” (selanjutnya disebut Brigade 49) pimpinan Brigadir Jenderal AWS. Mallaby. Maksud kedatangan para serdadu yang memiliki pengalaman tempur menakjubkan saat melawan Tentara Jepang di hutan-hutan Burma itu, tak lain adalah untuk melucuti senjata balatentara Jepang di Indonesia.

”Mereka tidak tahu beberapa hari sebelumnya senjata-senjata Jepang itu telah kami rampas lewat sebuah pertempuran yang panas,” ujar Letnan Kolonel (purnawirawan) Moekajat, salah seorang pimpinan BKR (Badan Keamanan Rakyat) di Surabaya kala itu.

Kedatangan tentara Inggris, pada awalnya disambut baik. Namun sikap akomodatif dari para pemuda Surabaya justru disambut oleh tentara Inggris dengan sikap besar kepala. Salah satu contoh sikap arogan itu terlihat saat gagal menemukan kesepakatan dalam sebuah pertemuan antara pihak Tentara Inggris dengan pihak Indonesia (diwakili oleh pemerintah daerah Jawa Timur), tanpa ba-bi-bu, para perwira Inggris meninggalkan begitu saja Gubernur Soerjo.

”Sikap tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh kebanggaan psikologi mereka yang merasa sebagai salah satu pihak yang memenangi Perang Dunia II,” tulis Nugroho Notosusanto dalam Pertempuran Surabaya.

Setelah melalui sebuah lagi perundingan yang berlangsung alot, disepakati untuk sementara Tentara Inggris harus menghentikan laju gerakannya sampai garis 800 meter dari garis pesisir Tanjung Perak. Terhitung hari itu yakni 26 Oktober 1945.

Namun kesepakatan baru berlangsung sehari, secara tiba-tiba Tentara Inggris melakukan gerakan menyerang kota: menduduki beberapa titik sekaligus melucuti beberapa kesatuan pemuda dan Polisi Indonesia. Seolah kurang puas dengan manuver itu, mereka pun mengirimkan ancaman yang disebar melalui pesawat dakota agar ”orang-orang Indonesia” menyerah tanpa syarat.

Tentu saja aksi penginkaran itu direspon secara keras oleh para pemuda Surabaya. Alih-alih menuruti kemauan Tentara Inggris, mereka malah melakukan penyerangan balik. Terjadilah pertempuran selama 2 hari (28-29 Oktober) yang berakhir dengan terjepitnya posisi Tentara Inggris hingga tanpa malu-malu mereka mengibarkan bendera putih dan minta berunding.

Ikhwal ”kekalahan memalukan” itu diakui oleh Kapten R.C. Smith, salah seorang veteran Tentara Inggris yang terlibat dalam pertempuran itu. Pada 1975, dalam suratnya kepada penulis J.G.A Parrot, Smith menyebut Brigjen Mallaby sangat khawatir jika pertempuran tak berhenti, anak buahnya akan disapu bersih (wiped out). Suatu kekhawatiran yang sama dirasakan pula oleh Kolonel A.J.F Doulton:



”Perlawanan heroik dari Tentara Inggris hanya akan berakhir dengan hancur leburnya Brigade 49, kecuali ada seseorang yang bisa mengendalikan kemarahan orang-orang itu (maksudnya para pejuang Indonesia di Surabaya),” tulis Doulton dalam The Fighting Cock: Being the History of the Twenty-third Indian Division,1942-1947. Di kemudian hari Inggris menemukan ”sang pengendali” itu tak lain adalah Soekarno.

Maka pada 30 Oktober 1945, atas permohonan Inggris, dari Jakarta Soekarno terbang ke Surabaya. Di sana ia terlibat perundingan dengan Mayor Jenderal D.C. Hawthorn, Komandan Divisi India 23, yang tak lain merupakan atasan Brigjen Mallaby. Dari perundingan itu tercetus kembali kesepakatan yang diantaranya adalah pengakuan pihak Inggris terhadap eksistensi Republik Indonesia sebagai salah satu syarat dihentikannya pengepungan terhadap Tentara Inggris di Surabaya. Perundingan usai jam 13.00.

Baru 4 jam, Soekarno meninggalkan Surabaya, saat sosialisasi gencatan senjata di dekat Gedung Internatio Brigjen Mallaby tewas. Ikhwal penyebabnya hingga kini masih betselimutkan misteri. Pihak Inggris menyebut Mallaby gugur ditembak seorang pemuda Surabaya. Sebaliknya pihak Indonesia menuduh penembak runduk tentara Inggrislah yang membunuh jenderal mereka sendiri sebagai alasan untuk menjadikan kematiannya sebagai alasan menggempur Surabaya.

Tewasnya Mallaby menjadikan kesepakatan gencatan senjata berlangsung berantakan. Pihak Inggris bereaksi keras atas peritiwa tersebut. Pada 31 Oktober 1945, terjadi peristiwa yang seolah de javu dari peristiwa 27 Oktober: sebuah pesawat dakota melayang-layang di atas Surabaya sambil menyebarkan selebaran yang singkatnya berisi ancaman supaya para pemuda dan pimpinan-pimpinannya menyerah tanpa syarat paling lambat 9 November 1945.

Alih-alih dituruti, ultimatum yang langsung ditandatangani oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison (Komandan Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara) dianggap sepi oleh para pemuda. Sebagian malah mengangap itu merupakan gertak sambal gaya Britania saja.

”Pada prinsipnya mereka memilih untuk menjawab ancaman itu dengan perlawanan,” tulis Batara R. Hutagalung dalam 10 November ’45. Mengapa Inggris Membom Surabaya?

Sementara pemuda Surabaya berlaku cuek, pada 3 November 1945, sekitar 24.000 serdadu mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Mereka dari 5th British-Indian Division (selanjutnya disebut Divisi 5), yang baru saja mengalahkan pasukan Jerman Nazi pimpinan Marsekal Erwin Rommel di El Alamein, Mesir. Pendaratan itu diikuti pula dengan iring-iringan 20 pesawat pemburu Musquito dan 12 pesawat pemburu P4 Thunderbolt (yang bisa mengangkut 250 kg bom) serta puluhan tank jenis Sherman dan Stuart.

Dan terbukti, sikap cuek para pemuda Surabaya harus dibayar mahal. Tepat pukul 06.00 pada 10 November 1945, Tentara Inggris membombardir Surabaya hingga tengah malam. Akibatnya ribuan orang (mayoritas rakyat sipil) tewas seketika. ”Wajar bila hari pertama saja sudah ribuan. Di Pasar Turi saja saya menyaksikan gelimpangan mayat berjumlah hingga ratusan,” ungkap Letkol (Purn) Moekajat.

Seorang penulis bernama David Wehl menyatakan bahwa sejak 10 November 1945, Surabaya menjadi lautan api dan mayat. Mayat manusia, kuda, anjing, kucing, kambing dan kerbau bergelimpangan di selokan-selokan dan jalan-jalan utama kota Surabaya. Bau busuk yang bersanding dengan mesiu telah menjadi aroma sehari-hari di kota itu.

Di bawah “guyuran” agitasi Bung Tomo dari Radio Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI), pertempuran antara dua pihak sendiri berlangsung seru. Kendati hanya mengandalkan sejenis senjata tajam dan senjata api peninggalan KNIL dan rampasan dari Jepang, pemuda-pemuda Indonesia (saya sebut demikian karena para pemuda yang bertempur bukan hanya dari Surabaya saja tapi juga pemuda dari seluruh Indonesia yang sengaja datang ke sana) melakukan perlawanan sengit.

“Di pusat kota, pertempuran lebih dahsyat, jalan-jalan harus diduduki satu per satu, dari satu pintu ke pintu lainnya... Perlawanan orang-orang Indonesia berlangsung dalam dua tahap, pertama pengorbanan diri secara fanatik, dengan orang-orang yang hanya bersenjatakan pisau-pisau belati dan dinamit di badan menyerang tank-tank Sherman, dan kemudian dengan cara yang lebih terorganisasi dan lebih efektif, mengikuti dengan cermat buku-buku petunjuk militer Jepang.” tulis David Wehl dalam Birth of Indonesia.

Sejarah mencatat, Tentara Inggris sempat lintang pukang menghadapi perlawanan ini. Di hari kedua saja, sudah 3 Mosquito tertembak jatuh. Termasuk yang membawa Brigjen. Robert Guy Loder Symonds, kena sikat PSU Bofors 40 (sejenis senjata penangkis serangan udara milik KNIL) yang dikendalikan oleh sekelompok veteran PETA yang berpengalaman menghadapi pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat di palagan Halmahera dan Morotai.

Kisah Perang Surabaya tidak hanya berisi cerita-cerita heroik semata. Tapi juga cerita nyinyir dari sudut tergelap perjuangan. Kala itu selain para pemuda pejuang, di Surabaya bertebaran pula bandit-bandit berkedok pejuang yang kerjaannya memperkosa para perempuan Indo dan merampok harta rakyat. Persis seperti dikisahkan Trisnoyuwono (salah seorang penulis ternama Indonesia) dalam salah satu cerita pendeknya berjudul Di Medan Perang.

Hingga pertempuran berakhir di hari ke-21, korban jiwa diperkirakan mencapai angka puluhan ribu. Menurut laporan dr. Moh. Suwandhi, kepala kesehatan Jawa Timur, dan yang aktif menangani korban pihak Indonesia, jumlah orang Indonesia yang tewas dalam insiden itu adalah 16.000 jiwa. Lalu bagaimana dengan korban di pihak Inggris?

Mengutip keterangan penulis Anthony James Brett, Batara R.Hutagalung menyebutkan sejak mendarat di Surabaya, Inggris telah kehilangan sekitar 1500 prajuritnya (termasuk 2 jenderal tewas dan 300 serdadu Inggris Muslim asal India dan Pakistan yang diklaim pihak Indonesia telah menyebrang ke pihak mereka).

Karena itu, Inggris menyebut Perang Surabaya sebagai perang yang terberat pasca Perang Dunia II. Surat kabar New York Times (edisi 15 November 1945) bahkan mengutip kata-kata para serdadu Inggris yang menyebut “The Battle of Surabaya” sebagai “inferno” atau neraka di timur Jawa. Berlebihan? Saya kira tidak, nisan-nisan yang berjejer rapi di Menteng Pulo adalah salah satu saksinya.(hendijo)

Hardijo 

Cara Elegan RI Desak AS Akui Penyadapan


Aksi penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat memicu reaksi keras dari berbagai kalangan di Indonesia. Salah satunya adalah untuk meninjau ulang hubungan diplomatik antara Indonesia dan AS.

Menurut Ganetawati Wulandari, Pengamat Hubungan Internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), perlu smart diplomacy untuk menyelesaikan masalah penyadapan itu.

"Maksud dari smart diplomacy adalah menggunakan cara-cara persuasif. Jadi, Indonesia tidak perlu menggunakan kekuatan yang berlebihan. Sudah tidak zaman lagi kita melakukan protes dengan menggunakan hard power," kata Ganetawati.

Dia menambahkan, dalam konteks penyadapan ini, dirinya yakin tidak ada yang mau berperang dengan negara yang melakukan penyadapan.

"AS adalah negara besar yang memiliki kemampuan keuangan dan dukungan militer yang global. Apakah kita mampu menghadapinya? Itu adalah yang perlu diukur sebelum memutuskan hubungan diplomatik," ujar Ganetawati.

Ganetawati juga menyampaikan pemutusan aksi diplomatis itu akan menyebabkan nilai kerugian yang jauh lebih besar bagi Indonesia. Dan tidak ada manfaat positif dari pemutusan hubungan diplomatik dengan AS.

Menurutnya, salah satu contoh untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menawarkan isu-isu terkait dengan kepentingan suatu negara. Misalnya, data dalam masalah terorisme, AS sangat membutuhkan data-data tersebut.

"Untuk membuat AS mengaku telah melakukan penyadapan apa saja, Indonesia harus mengunci data mengenai terorisme yang dibutuhkannya. Ada proses tawar menawar untuk mendesak AS mengakui penyadapannya," kata Ganetawati.

Selain itu, tambah Ganetawati, Indonesia juga harus meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang teknologi. Sebab, peran teknologi dalam menangkal penyadapan sangat penting.

"Sekarang model penyadapan semakin canggih dan rumit. AS mungkin saja melakukan penyadapan dengan menggunakan satelit di ruang angkasa," kata Ganetawati.


viva.co.id 

Hacker Australia ikut bantu peretas Indonesia serang negaranya

 





Di luar dugaan, tak ada cyber war antara hacker dari Indonesia dengan Australia, karena yang ada justru kerja sama yang erat di antara keduanya untuk menyerang situs-situs pemerintah Australia. Menurut seorang penggiat Anonymous Indonesia dengan akun twitter @valdiapr, pihaknya ingin mengonfirmasikan bahwa tidak ada saling serang antara hacker Indonesia dengan Australia.

"Namun, hacker Australia justru membantu Indonesia untuk menyerang website pemerintahan australia, karena mereka sendiri juga merasa kalau tindakan itu tidak baik, dan itu termasuk mencuri data atau informasi negara lain," ujarnya kepada merdeka.com, Sabtu (8/11).

Menurut dia, hacker Australia juga menyarankan agar serangan hacker dari Australia tidak dilakukan secara acak dan hanya menyasar situs pemerintahan. Hacker Australia bahkan memberikan masukan situs-situs mana yang layak diserang, di antaranya situs intelijen Australia di Asio.gov.au.

"Untuk mengetahui lebih jauh rencana penyerangan ini, sudah ada di event resmi yang diadakan Indonesia Security Down," tuturnya.

Anonymous Indonesia juga mengingatkan kepada hacker Indonesia agar menghentikan serangan terhadap website-website kecil Australia yang dilakukan secara acak, agar penyerangan terhadap situs utama tetap lancar.

merdeka

Arah Minimum Essential Force dan Alutsista TNI (Antonov)


Jet tempur SU 27 TNI AU
Jet tempur SU 27 TNI AU
ANALISIS: Saya ingin berkomentar tentang MEF (Minimum Essential Force) dan ALUTSISTA Indonesia. Dari kacamata awam saya, sejak awal tampak tidak ada logika dalam perencanaannya, ataupun kalau ada master plan, di tikungan disalip oleh tindakan-tindakan yang dadakan. Kalau pun ada Master Plan, semacam defence white paper, tidak pernah dipublikasikan, paling tidak kepada DPR. Kalau dikatakan rahasia, ok lah, tapi apa, siapa dan bagaimana mengontrolnya ?. Tidak jelas PDCA-nya (Plan, Do, Check, Act).
Di sini saya komentari tentang tujuan MEF dan implikasinya. Dari namanya yang minimum, bisa diartikan bukan parity/ paling tidak sama, tetapi deterrent/ daya tangkal. Selama defence budget kita hanya sekitar 1 % dari GDP, tidak mungkin kita mencapai parity, yang memerlukan 5 – 10%.

Dengan begitu, secara logika urutan prioritas adalah TNI AU, TNI AL dan TNI AD. Kuncinya adalah jenis alutsista yang dipilih harus mempunyai daya tangkal besar, secara politik/ diplomasi, maupun militer.
Kacamata awam saya melihat yang paling berhasil menerapkannya adalah TNI AU. Matra yang lain masih gamang.


Apa jenis alutsista kunci untuk maksimum daya tangkal? Pendapat saya adalah sebagai berikut :
TNI AU : tujuannya adalah air superiority di atas wilayah RI. Alatnya adalah (1) Heavy fighter generasi 4++, semacam SU-35, dan (2) Integrated air defence system (IADS), semacam S-300/400.
TNI AL : tujuannya adalah sea superiority/ sea denial di ALKI dan sekitarnya. Alatnya adalah (1) Kapal selam, semacam Kelas Improved Kilo, dan (2) shore based anti ship missile, semacam Yakhont versi darat.
TNI AD : tujuannya adalah basis kekuatan darat, yaitu:

(1)memperkuat semua batalyon infanteri tempur kita dari segi pelatihan, perlengkapan personil (rompi anti peluru, tidak ada lagi “sumbangan” dari Freeport), standarisasi senjata (semua buatan Pindad, tidak ada lagi M-16), SMR Minimi tingkat regu dan FNMAG tingkat kompi, senjata anti tank, anti serangan udara, alat komunikasi, NVG, transportasi ringan dan lain-lain sehingga dapat bertempur siang dan malam di segala medan,

(2) memperkuat semua batalyon senjata bantuan mekanis dan artileri medan dan penangkis serangan udara.
Pasti ada yang ingin menambah, tapi ya constraint –nya adalah defence budget kita hanya sekitar 1 % dari GDP, dan ini akan berkelanjutan karena situasi dan ekonomi dunia, yang menurut pakar ekonomi berlanjut jangka pendek ke depan.

Catatan :
-Leo bisa disebut mempunyai daya tangkal, tetapi daya tangkalnya kecil, hanya ditujukan ke Malaysia, bukan regional.
- Jumlah alutsista kunci, tentu disesuaikan dengan anggaran, namun determinasi kita untuk punya saja sudah menjadi deteren yang ampuh. (by Antonov).

 JKGR

Hacker Australia Serang Situs Presiden Ttapi Salah Sasaran


Serangan hacker Indonesia ke Australia yang disebut beberapa pihak sebagai serangan sepihak dan bukanlah cyber war, ternyata pendapat tersebut tidak benar. Hacker Australia yang semula dianggap sebagai teman seperjuangan ternyat amenyerang balik situs Presiden RI.

Situs Presiden RI diserang balik peretas Australia dan dibuat down. Namun, untungnya, yang diserang ternyata salah. Yang diserang habis-habisan dan dibuat lumpuh adalah situs www.presidenri.gov.id.

Inilah yang terjadi. Situs pemerintah Indonesia tidak menggunakan singkatan gov.id melainkan go.id. Situs resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah www.presidenri.go.id. Hingga pagi ini situs tersebut dalam kondisi baik-baik saja. Sebab meski sama-sama situs dengan domain presidenri, namun antara gov.id dan go.id tentu berbeda.

Pengamat Telematika Heru Sutadi mengatakan dengan serangan balik ini artinya Indonesia sudah harus siap menghadapi cyber war yang terjadi.

"Ini merupakan warning bagi seluruh situs pemerintahan dan militer untuk menjaga sistem informasi dan komunikasi secara aman. Back up semua data, dan siapkan tim yang memantau detik per detik situs setidaknya sampai warning ini dicabut, sehingga bila ada serangan dapat segera ditanggulangi," harap Heru kepada merdeka.com, Sabtu (9/11).

Dikatakannya, perang cyber ini laksana bermain bola. "jika hacker-hacker itu menyerang situs negara lain, ibarat bermain sepak bola, back dan kiper juga harus siap. Sebab jika penyerang gagal, dan terjadi serangan balik, maka kita sendiri yang akan kebobolan habis-habisan. Apalagi diketahui, situs-situs pemerintah dan militer di Indonesia sendiri tidak terlalu kuat dan sudah sering juga dijebol hacker," kata Heru.


merdeka 

Tugas Terakhir, KRI Diponegoro-365 Menjadi MIO Commander

http://i605.photobucket.com/albums/tt138/mrpulus09/418001copy.jpg
Di hari keempat pada On task ke-26 ini, KRI Diponegoro - 365 kembali mendapatkan kepercayaan penuh untuk menjalankan tugasnya sebagai Peacekeeper di AMO (Area of Maritime Operation) Laut Mediterania. Pada on task ini, KRI Diponegoro juga melaksanakan beberapa tugas dan latihan penting, antara lain menjadi MIO Commander, latihan serial Seamex dan serial Miscex (Miscellaneous Exercise) – 831 dengan kapal perang negara Turki, Jerman, Yunani dan Italia di Laut Mediterania, Lebanon, Selasa (28/10).

Komandan KRI Diponegoro selaku Dansatgas Maritim TNI Konga 28-E/UNIFIL 2013, Letkol Laut (P) Hersan, S.H., mengatakan kepada prajurit usai pelaksanaan apel kelengkapan di geladak heli KRI Diponegoro, “Mari kita laksanakan on task ke-26 ini dengan semangat dan penuh tanggung jawab serta sesuai dengan SOP, tunjukkan bahwa prajurit KRI Diponegoro adalah prajurit yang professional”, tegasnya.

Pada On Task terakhir ini pun, KRI Diponegoro masih dipercaya kembali untuk menjabat sebagai MIO Commander yang dilaksanakan hingga akhir penugasan ke-26 ini, yakni dari tanggal 29 sampai dengan tanggal 31 Oktober mendatang, kemudian KRI Diponegoro akan kembali menuju ke pangkalan Beirut.

MIO Commander merupakan jabatan yang diemban oleh salah satu kapal dari semua unsur MTF yang sedang melaksanakan operasi Maritime Interdiction Operation (MIO) di AMO. MIO Commander yang bertugas untuk menerima semua laporan hailing unsur-unsur yang sedang beroperasi untuk mendata, mengkompilasi dan selanjutnya melaporkan ke MTF Commander. MIO Commander berhak mengeluarkan inspection request terhadap kapal-kapal niaga yang akan masuk ke Lebanon yang dianggap mencurigakan dan patut diwaspadai.

Pada hari yang sama, KRI Diponegoro juga melaksanakan serial Seamex (Seaman Exercise), yakni serial Mailbag Transfer Exercise dengan Kapal perang Turki, TCG Fatih F-242. Kapten Laut (P) Nyoman Gede Pradnyana selaku Kepala Departemen Operasi KRI Diponegoro menjelaskan “Mailbag Transfer Exercise adalah latihan pengiriman barang, surat atau dokumen antara dua kapal yang dilaksanakan di laut. Latihan ini sudah sering dilaksanakan dengan beberapa unsur MTF lainnya”, lanjutnya lagi.

Pada pukul 18.00 hingga 20.00 waktu setempat, frigate kebanggaan Indonesia ini melaksanakan latihan dengan empat kapal perang, yaitu kapal perang Turki (TCG Fatih), Jerman (FGS Wiesel), Yunani (HS Roussen) dan Itali (ITS Andrea Doria). Latihan bersama dari lima negara ini adalah melaksanakan Latihan dalam serial Miscex-831(Maneuver Tactical Non Maneuver).

Serial Miscex-831 adalah latihan yang bertujuan untuk melatih personel, khususnya perwira korps pelaut dan ABK navigasi dalam memecahan persoalan manuver kapal yang diberikan oleh OCS (Officer Conducting Serial) yang berupa isyarat formasi, halu, cepat dan waktu menempati stasiun. Hal ini rutin dilaksanakan dengan tujuan agar dalam pelaksanaan manuver di lapangan, tidak terjadi keraguan dan kesalahan dalam perhitungan dalam menempati stasiun di laut. Secara umum rangkaian latihan dari pagi hingga sore tersebut terlaksana dengan aman dan lancar.

koarmatim

Demi pertahanan dan keamanan, negara harus miliki satelit


DPR - Indonesia Harus Memiliki Satelit Pertahanan Sendiri
Ilustrasi Satelit
Jakarta - Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, dalam rangka pertahanan dan keamanan negara, negara membutuhkan satelit yang tujuannya untuk mengantisipasi terjadinya penyadapan seperti yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat dan Australia.

"Jalan keluar yang paling baik, realistis, kita harus mempunyai peralatan yakni satelit. Negara harus punya satelit khusus yang didedikasikan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan," kata Agus di Jakarta. Komisi I DPR RI sendiri sudah membahas rencana pembelian satelit khusus tersebut.

"Kita sudah bahas di Komisi I DPR RI. Mitra kerja Komisi I DPR RI sudah diajak bicara dan sepakat. Tinggal dirumuskan dan mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa terealisir," kata Agus.

Dia mengatakan, satelit yang khusus dimiliki dan dibeli Indonesia, hanya digunakan untuk fungsi-fungsi pertahanan dan keamanan. "Disitu ada kegiatan mengcover kegiatan inteligen, melakukan counter kalau diintersep, ada kepentingan militer, cyber war," kata politisi Golkar itu.

Dikatakan, pembelian satelit tersebut adalah untuk mengimbangi perkembangan teknologi penyadapan yang dipergunakan oleh AS dan Australia, meskipun peralatan anti sadap yang dimiliki oleh Badan Inteligen Negara (BIN) dan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) mungkin memadai.

"Tapi adalah alat-alat yang memprotek komunikasi, data dan info dari kantor presiden dan wakil presiden. Saya kira, cukup memadai atau tidak, saya tidak tahu karena kita tak boleh menutup kemungkinan bahwa teknologi yang dipergunakan oleh AS dan Australia itu, teknologi penyadapan, teknologi inteligen, berkembangnya cepat sekali. Apakah kita mempunyai ritme yang sama dengan perkembangan teknologi itu, saya kira harus betul-betul kita pelajari," kata dia.

Selain itu, sekarang ini bukan hanya presiden dan wakil presiden yang disadap, tapi juga ada politisi, menteri dan ketua-ketua umum partai, termasuk pimpinan DPR. "Menurut pandangan saya, mereka cukup "telanjang" dan mudah disadap. Apakah mereka punya pengamanan yang cukup sehingga tidak disadap," ujarnya.(*)

Antara 

Menhan Indonesia - Australia Diskusi Isu Strategis Kerjasama Pertahanan


https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ30X1VZCqKVZ_mbzQW7ij5H54hRSJhriwBzoY95thciEetia-9 
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, Jumat (8/11), menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan Australia David Johnston bersama delegasinya di Kantor Kemhan, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Menhan RI mendiskusikan kerjasama pertahanan dengan Menhan Australia.

Dalam dialog Head to Head ini dibicarakan antara lain tentang peningkatan kerjasama pertahanan di bidang patroli maritim bersama. Menteri Pertahanan Australia mengatakan akan melanjutkan dan memperluas area kerjasama yang sudah dibangun para pendahulunya.

Mengakhiri kunjungannya Menhan Australia di Kementerian Pertahanan, Menhan Purnomo Yusgiantoro melakukan konferensi pers dengan media Nasional dan Internasional. Salah satu topik yang menjadi perhatian media Indonesia dan Australia adalah seputar isu penyadapan.

Kepada media, Menhan menyampaikan bahwa isu penyadapan sudah berada di ranah hubungan diplomatik antara kedua negara. Sehingga yang menjadi leading sector adalah Kementerian Luar Negeri. Kementerian Pertahanan saat ini masih menunggu dan akan mematuhi hasil-hasil yang dicapai dalam pertemuan antara Menlu Indonesia dan Australia yang sedang berlangsung di Bali.
 
DMC 

Ini Dugaan Penyebab Helikopter TNI AD Jatuh di Kalimantan Utara

Secara tiba-tiba helikopter kehilangan power (tenaga).

Helikopter nahas itu baru dibeli 2-3 tahun lalu (foto ilustrasi) 
 
 Kapuspen TNI Laksamana Muda, Iskandar Sitompul mengungkapkan dugaan awal penyebab jatuhnya Helikopter MI-17 milik TNI Angkatan Darat di daerah Kecamatan Baku Hulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

Menurutnya, secara tiba-tiba helikopter kehilangan power (tenaga) hingga akhirnya jatuh dan menyebabkan 13 orang tewas serta 6 mengalami luka bakar.

Helikopter tersebut membawa 21 penumpang yakni 13 orang warga sipil dan 8 anggota TNI. "Seluruh korban sudah ditemukan, yang selamat sudah dibawa ke rumah sakit terdekat," katanya.

Pihaknya akan segera melakukan investigasi terkait penyebab insiden nahas tersebut. Terutama soal mendadak hilangnya tenaga (power) helikopter yang baru dibeli 2-3 tahun lalu. "Kita akan segera kirim tim untuk investigasi masalah itu. Apakah ada masalah teknis atau yang lainnya," ujar dia.

Helikopter itu berangkat dari Tarakan, Kalimantan Utara, sekitar pukul 09.09 WITA pagi tadi menuju perbatasan Malaysia dengan mengangkut 1.800 Kg logistik untuk keperluan pembangunan pos perbatasan di Long Bulan atau daerah Tunjungan, Malinau melalui pos Apauping.

Seharusnya Helikopter MI-17 tiba di pos Apauping pada 10.06 WITA, tetapi hingga pukul 10.10 WITA pesawat belum mendarat. (eh)

Friday, 8 November 2013

Meneropong Teknologi Militer Indonesia by Adi


Lomba Renang Binsat Marinir
Lomba Renang Binsat Marinir
JAKARTA: Kemampuan TNI secara personal maupun team, baik AD, AL dan AU sudah terbukti kuat, jauh sebelum adanya program MEF 1, dikarenakan nyali dan kemampuan uji kombatan personel, lahir dengan karakter kombat, bukan dari “laskar hentak bumi ”
apalagi begitu ditambahkan alutista cukup mumpuni.

Hal ini membuat negara-negara lain takut dan segan karena mereka banyak mengandalkan alutista modern, tetapi skill rendah. Contoh , US Navy Seal berguru ke Indonesia dalam hal surviving, tactical lead di Hutan Banongan, Situbondo Jawa Timur. Pengakuan kualitas tentara Indonesia di atas rata-rata, juga datang dari beberapa negara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya mereka latihan bersama dengan Indonesia.
Mengenai kapal selam, alutsista itu merupakan benteng pertahanan terkahir RI dan bersifat senyap, mematikan serta unsur rahasia.


Pernahkah kalian mendengar unsur lambung KS 402 dan KS 401 adalah punya turunan ?. Hanya petinggi TNI AL yang tahu membedakan mana yang Rusia maupun mana yang Jerman.
Kemampuan TNI dalam mengutak-atik alutista dan mengkombninasikan/ meng-gado-gado alutista sudah tidak usah dipertanyakan lagi. Contoh KRI OWA buatan Belanda tahun 1968 (NATO) dapat dikonversikan dengan rudal Yakhont buatan Rusia. Kepiawaian inilah salah satu unsur kemampuan matra TNI. Belum lagi nanti korvet kelas sigma dari Belanda, dikonversikan dengan rudal R-han buatan indonesia dan juga rudal C-705, unsur radar maupun peluncur.

Ujicoba Penembakan Yakhont dari KRI OWA
Ujicoba Penembakan Yakhont dari KRI OWA
Belum lagi helikopter Anti-Kapal Selam (AKS) nantinya akan ” menuntun” Rudal yakhont, maupun C705 buatan China,

karena alutista biasanya di ”lock” unsur sofware maupun hardwarenya oleh negera penerbit. Hal ini mudah dilakukan oleh TNI.

Kembali lagi kisah KS indonesia era Presiden Sukarno, berjumlah 12 unit. Satu ”terdampar ” di Surabaya untuk museum degan lambung 410. Lalu bagaimana kisah Kapal selam lainnya ?. Bisa jadi akan diutak atik oleh TNI untuk bisa beroperasi. Sampai saat ini, Hiu semua kelas Whiskey yang note bene di atasnya KILO class tentu masih misteri dan tidak ada beritanya, apakah kapal tersebut dijual maupun di”sekolahkan ”.
Belum lagi TNI AU mencampur beberapa rudal dan bahkan bom dalam negeri agar bisa masuk di pesawat F-16 , maupun Sukhoi. Pemasangan rudal dan persenjataan tentulah disesuaikan dengan tugas operasi.

Roket RX 550 Lapan (photo: Audrey)
Roket RX 550 Lapan (photo: Audrey)
MLRS Astross II. Kenapa Indonesia membeli sekitar 40 truk peluncur beserta baterainya ?. Hal ini memang akan disinergikan dengan rudal buatan dalam negeri seperti R-Han,Rx420,RX550. Indonesia hanya kekaurangan teknologi pemandunya saja, untuk bisa sejajar dengan India, China dan Rusia. Jarak jelajah rudal Indonesia bisa kisaran 3 digit.

Dari ulasan saya di atas, kesimpulannya adalah: Biarkan TNI saja yang tahu alutistanya, baik kekuatan maupun operasinya. Justru yang berbahaya adalah, komponen-komponen bangsa yang ” mati ” akan cinta NKRI maupun cinta tanah air dan bangsa. Sudahkah anda saat mengibarkan bendera merah putih ?. (Adi).

JKGR

Situs intelijen Australia rontok dihajar hacker Indonesia


Situs intelijen Australia rontok dihajar hacker Indonesia
Situs Badan Intelijen Australia di-hack peretas Indonesia.
 



Merdeka.com - Ancaman hacker Indonesia yang akan membombardir situs pemerintah Australia ternyata bukan isapan jempol. Seperti sudah dikobarkan sebelumnya, peretas Indonesia menggempur habis-habisan situs penting pemerintah Australia, di antaranya situs intelijen yang down 100 persen hanya dalam hitungan jam saja.

Situs Badan Intelijen Australia atau Australian Intelligence Service yang beralamat di www.asis.gov.au sudah tidak bisa dibuka. Dan jika kita melihat status situs ini, dinyatakan bahwa situs vital keamanan Australia itu 100% down atau mati total.

Menurut Indonesia ICT Institute, memang sempat beberapa hacker kebingungan soal sasaran apa yang akan dituju. Jika sebelumnya begitu banyak situs yang diganti tampilannya alias di deface, nampaknya malam ini serangan fokus ke situs yang berpengaruh.

Apalagi, banyak pihak mengatakan bahwa situs yang diretas sebelumnya tidak berkualitas, padahal hacker Indonesia saat ini diakui kualitasnya sebagai peretas nomor satu di dunia. Selain situs www.asis.gov.au, ada situs intelijen lain yang sempat disasar, tapi kemudian akhirnya mengarah ke situs ini.

Situs www.asis.gov.au yang diserang hacker-hacker Indonesia ini terlihat sempat pingsan sebelum akhirnya mati total. Situs yang dibuat down oleh para peretas Indonesia sesekali hidup kembali.

Kondisi situs ini bisa dilihat di status.ws untuk mengetahui situs-situs apa saja yang down dan terlihat situs vital Australia ini beberapa kali down, sampai terlihat bahwa situs ini tidak bisa dibuka.

Serangan terhadap situs penting Australia diprediksi masih akan berlanjut hingga keesokan harinya. Serangan dari hacker Indonesia merupakan pembalasan atas penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia terhadap jaringan internet Indonesia.
[hhw]
 

Menhan : Program Kapal Selam dan Korvet Nasional Butuh Dukungan Semua Pihak


KRI Nanggala 402
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, dua program nasional di bidang industri pertahanan yaitu program Kapal Selam dan Korvet Nasional tidak hanya membutuhkan dukungan Kementerian Pertahanan tetapi juga dukungan semua pihak.

Hal tersebut dikatakan Menhan selaku Ketua Harian Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) saat memimpin Sidang KKIP Ke-10, di kantor Kemhan, Jakarta, Rabu, 6 November 2013. Hadir pada sidang tersebut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan dan Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta selaku anggota KKIP.

Lebih lanjut dikatakan Menhan, bahwa pembangunan Kapal Selam dan Korvet Nasional akan dilakukan oleh PT. PAL sebagai Lead Integrator. Namun demikian, selain perlunya kesiapan dari PT. PAL, juga memerlukan pemikiran dan dukungan dari semua pihak sehingga cita-cita terwujudnya kemandirian di bidang alutsista dapat dicapai dengan baik.

Dijelaskan Menhan, kebutuhan kapal selam untuk mengamankan wilayah perairan Indonesia khususnya Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebanyak 12 buah. Saat ini TNI AL sudah memiliki dua buah kapal selam dan tiga kapal sedang dibangun berkerjasama dengan Korea Selatan.

Dari tiga kapal selam tersebut, rencananya ada satu kapal yang akan dibangun di Indonesia. Secara bertahap diharapkan pembangunan kapal selam berikutnya akan dapat dibangun di Indonesia.
 

Skadron Udara I Latihan Maverick

skadron-sub
PONTIANAK  -Langit biru bumi Khatulistiwa 2 pekan kedepan akan terasa sepi, yang biasanya dihiasi gemuruh pesawat tempur.   Hal ini dikarenakan pesawat Hawk 100/200 Elang Khatulistiwa Skadron Udara 1 melaksanakan Latihan Maverick di Lanud Iswahjudi, Jumat (08/11).
Tepat pukul 08.15 WIB 3 pesawat hawk 100/200, berturut-turut take off meninggalkan bumi Khatulistiwa menuju madiun.   Sedikitnya 60 personel Skadron Udara 1 ikut terlibat dalam latihan ini dan dipimpin langsung Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Radar Suharsono.
Adapun pesawat yang digunakan adalah TT 0229 diawaki Kapten Pnb Andres, TL 0113 diawaki  Letkol Pnb Radar Suharsono dan Lettu Pnb Andi Sihotang, TT 0226 diawaki Kapten Pnb Amri.
Sedangkan ground crew dan peralatan pendukung latihan  diangkut oleh pesawat Hercules A- A-1317 dengan pilot Mayor Pnb Wisoko dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdana Kusuma. Pesawat angkut kebanggaan TNI AU tersebut membawa ground crew dan perlengkapan Skadron Udara 1 Lanud Supadio yang akan melaksanakan latihan Maverick  selama kurang lebih 8 hari di Lanud Iswahjudi.
(pentak lanud supadio/sir)

poskota 

PT PAL Serahkan Kapal Tunda Pesanan TNI AL


Pangkalan Utama TNI AL V jajaran Koarmatim mendapat tambahan satu unsur kapal tunda untuk mendukung kegiatan operasional KRI.

Kapal Tunda produksi PT PAL Indonesia yang diberi nama TD Anjasmoro ini diresmikan oleh Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Suyitno. Acara serah terima kapal berlangsung di dermaga Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia, Jumat (08/11/2013).

Penyerahan TD Anjasmoro ini ditandai dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima oleh Direktur Produksi PT PAL Indonesia Ir Edy Widarto, Kadisadal Laksma TNI Agus Setijadi, Komandan Lantamal V Laksma TNI Sumadi dengan disaksikan oleh Aslog Kasal, Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono, Kadismatal Laksma TNI Bambang NR serta Wakil Komisaris Utama PT PAL Indonesia Sunarjo.

Suyitno mengungkapkan pengadaan kapal tunda TD Anjasmoro ini merupakan hasil pengadaan kapal baru TNI AL yang dilaksanakan oleh Dinas Pengadaan TNI AL (Disadal) dan dibangun di galangan kapal PT PAL Indonesia dengan menggunakan dana APBN-P 2011.

"Kapal tunda ini telah lulus atas serangkaian uji kelaikan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelaikan TNI AL dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)," tambah Suyitno.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT PAL Indonesia M Firmansyah Arifin yang diwakili oleh Direktur Produksi Ir Edi Widarto mengatakan, kapal tunda TD Anjasmoro ini merupakan hasil kerja keras seluruh insan PT PAL dalam rangka meningkatkan peran dalam mendukung pertahanan dan keamanan nasional melalui penguasaan teknologi dan rancang bangun.

Dalam laporan kesiapan penyerahan kapal tunda tersebut, Komandan Satgas DN Yekda KCR 60 M dan Kapal Tunda Kolonel Laut (P) Rony Saleh menyampaikan, TD Anjasmoro ini merupakan kapal tunda ke-2 yang dibangun oleh PT PAL Indonesia yang pembangunannya meliputi 4 tahap yaitu tahap desain, tahap pengadaan material, tahap produksi serta yang terakhir adalah tahap pengetesan (general inspection).

Sedangkan tahap pengakhiran dari keseluruhan tahap yaitu dilaksanakannya sea trial di laut pada 28 hingga 29 Oktober 2013.

"Kapal tersebut telah dilaksanakan penilaian oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) pada 30 Oktober 2013 serta Commodore Inspection pada 31 Oktober 2013 dengan hasil baik," jelas Kolonel Laut (P) Rony Saleh.

liputan6

Aksi Penyadapan Asing dan Reaksi "Kalem" Indonesia


 "Yang paling terganggu adalah rasa saling percaya". 

Meski berang dengan kabar penyadapan Amerika Serikat dan Australia, Indonesia mencoba bersikap "kalem" kepada dua negara tersebut. Indonesia telah memberikan sinyal tegas melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang akan mengkaji ulang kerjasama intelijen dan pertukaran informasi dengan AS dan Australia.

Ditemui wartawan di sela Bali Democracy Forum (BDF) ke-6 di Nusa Dua, Bali, Kamis 7 November 2013, Marty berharap kerjasama ini bisa mencegah aksi sadap-menyadap atau tindakan ilegal lainnya. Marty menegaskan, penyadapan mengingkari dan tidak selaras dengan semangat persahabatan yang selama ini digaungkan antara Indonesia dengan AS dan Australia.

"Yang paling terganggu dari semua proses ini adalah rasa saling percaya," ujar Marty. Oleh karena itu, dia pun berharap Amerika dan Australia yang sempat diberitakan menyadap Indonesia, segera mengupayakan segala cara untuk menciptakan suasana saling percaya antarnegara.

Isu penyadapan merebak setelah Sydney Morning Herald (SMH), beberapa waktu lalu, menurunkan berita soal penyadapan Badan Intelijen Australia (DSD) dan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) terhadap Indonesia. Laporan media Australia itu berdasarkan keterangan dari mantan kontraktor NSA Edward Snowden yang kini mendapat suaka dari Rusia setelah menjadi buron AS.

SMH menyebut ada pos penyadapan di dalam gedung Kedutaan AS dan Australia di Jakarta. Pos yang disebut STATEROOM itu juga dibangun di beberapa Gedung Kedutaan Australia di negara lain seperti Malaysia, Filipina, China, Timor Timur dan Papua Nugini.

Bertindak cepat, Kemenlu langsung memanggil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty. Indonesia menuntut penjelasan.

Sementara itu, harian Inggris The Guardian menulis bahwa Badan Intelijen Australia sudah menyadap Indonesia sejak tahun 2007 ketika RI menjadi tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim PBB di Nusa Dua, Bali. Namun aksi penyadapan itu dianggap gagal meski sudah menghabiskan biaya dan waktu.

Marty mengungkapkan, AS dan Australia tidak bisa mengonfirmasi apakah pemberitaan media massa asing tersebut benar atau tidak. "Mereka pun tidak bisa menyangkal pemberitaan itu," kata Marty.

Untuk menjernihkan isu ini, Australia sampai mengirim Menteri Pertahanan David Johnston yang tiba di Indonesia, Kamis kemarin. Dia diminta menjelaskan isu penyadapan tersebut dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Pertahanan.

Pertemuan Kamis malam ini turut dihadiri perwakilan dari Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) dan Badan Intelijen Negara (BIN). Hasil pertemuan akan disampaikan dalam jumpa pers bersama, Jumat pagi ini.

Purnomo mengatakan, pemerintah berhati-hati menyikapi isu ini agar terhindar dari spekulasi. “Spionase dan kontra-spionase, intelijen dan kontra-intelijen, itu terjadi di mana-mana. Sekarang kami pastikan dulu benar atau tidak isu penyadapan ini. Kami tidak berandai-andai,” kata Menhan Purnomo.

Selama ini, imbuhnya, kontra-penyadapan di Indonesia dilakukan oleh Lemsaneg yang berkoordinasi di bawah Kementerian Pertahanan. “Di Lemsaneg itu ada enkripsi supaya tidak disadap,” kata Purnomo. Enkripsi adalah penulisan pesan melalui kode atau sandi agar tidak dapat dibaca oleh pihak yang tidak berkepentingan.

Isu penyadapan ini tak pelak memunculkan dugaan bahwa hubungan Indonesia dan Australia retak. Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop buru-buru membantah.

Diberitakan harian SMH, Rabu, 6 November lalu, Bishop mengesampingkan fakta adanya ancaman dari Menlu Marty Natalegawa yang memprotes keras adanya aksi spionase apabila hal tersebut terbukti kebenarannya. Selain itu, Marty turut memperingatkan bahwa isu spionase berpotensi menggagalkan kerjasama yang dijalin dua negara, khususnya terkait pencegahan aksi terorisme dan penyelundupan manusia.

"Saya tidak terima apabila ada pernyataan yang menyebut adanya keretakan hubungan kedua negara akibat isu tersebut," ujar Bishop kepada stasiun televisi ABC pada Selasa lalu.

Bahkan, Bishop menantikan diskusi lainnya yang bersifat produktif dengan Menlu Marty serta menteri-menteri lain dari Indonesia. Dia mengaku telah bertemu dengan beberapa Menteri dari Indonesia pada Selasa kemarin dan menghasilkan diskusi yang bermanfaat bagi kedua negara. Pertemuan itu secara khusus membahas mengenai kerjasama penanggulangan aksi teror dan penyelundupan manusia.

 Ribut hingga ke DPR 

Isu penyadapan ini tak pelak membuat sejumlah legislator was-was dan khawatir ikut-ikutan disadap. Beberapa wakil rakyat ini pun hati-hati dalam menggunakan surat elektronik yang umum dipakai orang, yakni Gmail (Google) dan Ymail (Yahoo!).

Para anggota Dewan berpendapat, email merupakan teknologi yang amat memudahkan pekerjaan, tapi sekaligus rawan disadap. Dengan demikian mereka memilah-milah pesan apa yang bisa dikirim lewat email, dan mana yang tidak.

“Saya tahu mana-mana saja yang tidak harus dikirim lewat email,” kata anggota Komisi I Bidang Pertahanan dan Luar Negeri DPR Susaningtyas Kertopati. Politisi Hanura itu konsisten tak pernah menggunakan Gmail dan Ymail untuk berkirim pesan terkait pekerjaan penting.

Sekretariat Jenderal DPR sebetulnya sudah menyediakan email khusus untuk legislator via dpr.go.id. Tapi, email khusus ini jarang digunakan. Bambang mengatakan tak tahu persis langkah Sekretariat Jenderal DPR untuk mengamankan data di DPR. Oleh sebab itu ia memilih cara manual.

Hal senada dikatakan Ketua DPR Marzuki Alie. Menurutnya, email khusus DPR itu justru rawan disadap. "Dengan IT, sekarang tak ada yang aman dari sadapan," kata dia.

Berbagai usulan pun muncul untuk mengamankan data legislator dari sadapan. Anggota Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR Tjahtjo Kumolo menilai, Indonesia butuh Undang-Undang Anti Penyadapan. Khususnya, Undang-Undang untuk mengatur penggunaan alat sadap di dalam negeri.

"Banyak terjadi penyadapan oleh negara lain, dan di berbagai instansi atau lembaga atau kelompok-kelompok masyarakat yang saling intai di Indonesia khususnya dengan berbagai kepengtingnnya, memang diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyadapan," kata dia.(np)

viva.co.id