Pages

Saturday, 9 November 2013

Antonov An-12B Cub: Eksistensi Pesawat Angkut Berat TNI AU Yang Terlupakan


an12 auri color
Dalam benak orang di Republik ini, pesawat angkut berat TNI AU akan merujuk pada satu nama, yakni C-130 Hercules buatan Lockheed Inc. Hal tersebut terasa lumrah, mengingat pengabdian Hercules di Tanah Air sudah lebih dari 50 tahun, pesawat ini dikenal punya mobilitas tinggi dalam menunjang operasi militer dan operasi militer bukan perang. Tapi, tahukah Anda bila sejatinya Hercules di Indonesia punya ‘rekan sejawat’ yang sama-sama digolongkan sebagai pesawat angkut berat?
Tepatnya guna mempersiapkan operasi Trikora, di awal tahun 60-an Indonesia berupaya keras mendatangkan alutsista dari Uni Soviet dan Negara Pakta Warsawa. Selain nama-nama sangar seperti KRI Irian, KRI Ratulangi, pembom Tu-16, jet MiG-21, kapal selam kelas Whiskey, dan tank amfibi PT-76, rangkaian pengadaan sista juga mencakup pesawat transportasi berat. Memang faktanya sejak Maret 1960, TNI AU sudah mengoperasikan C-130 Hercules yang tergabung dalam skadron udara 31 dengan kekuatan 10 unit C-130B Hercules. Hadirnya 10 unit Hercules ini tak lepas dari jasa Presiden Soekarno yang langsung melobi Presiden AS, John F. Kennedy saat kunjungannya ke Washington pada tahun 1959. Konfigurasi yang didapatkan yakni, 8 unit tipe cargo dan 2 unit tipe tanker.
Jumlah 10 unit pesawat angkut berat dirasa tidak memadai kala itu, apalagi guna mempersiapkan operasi militer dalam skala besar. Untuk itu, pada Desember 1960, Jenderal AH. Nasution bertolak ke Moskow, Rusia untuk menegosiasikan pengadaan tambahan alutsista, dimana salah satu item-nya adalah kebutuhan akan pesawat angkut berat jarak jauh. Hingga kemudian, TNI AUberhasil memperoleh pesawat turbo propeller Antonov An-12B Cub. Jumlah yang dibeli sebanyak 6 unit, dan mulai berdatangan pada tahun 1964 – 1965.
an12-auri-t-1206
An-12-1204-1
Keenam pesawat mendapat registrasi, T-1201 hingga T-1206. Kedatangan Antonov An-12 sekaligus melahirkan skadron angkut kedua di lingkungan TNI AU, yakni skadron udara 32 yang resmi berdiri pada 27 Juli 1965. Skadron udara 32 awal berdirinya ditempatkan di lanud Hussien Sastranegara, Bandung. Menurut beberapa informasi, ada dua An-12 TNI AU yang mengalami crash, T-1203 crashed pada 16 oktober 1964 saat take off dari Palembang. Kemudian ada satu tipe lagi yang crash di area lanud Halim Perdanakusumah menjelang operasi Dwikora.
Namun akibat peristiwa G-30S/PKI membawa dampak besar pada arah perpolitikan dan kekuatan tempur Indonesia. Akibatnya, Antonov An-12 ikut menjadi korban dan di non-aktifkan akibat tiadanya pasokan suku cadang dari Uni Soviet. Lewat sistem kanibalisasi suku cadang, An-12 TNI AU masih ada yang sempat terbang hingga tahun 1970 hingga kemudian dinyatakan di grounded.
Akibat grounded total Antonov An-12, praktis skadron udara 32 menjadi kosong tanpa kekuatan sama sekali. Melalui Keputusan Menhankam/Pangab No. Skep/14/IV/1976, skadron udara 32 dipindah ke lanud Abdulrachman Saleh, Malang, meskipun saat itu tanpa kekuatan pesawat. Baru kemudian pada 11 Juli 1981, skadron 32 diaktifkan kembali dengan perkuatan pesawat C-130B Hercules.
images
Antonov An-12B Cub
An-12 tergolong pesawat medium size medium range transport aircraft. Serupa dengan C-130 Hercules, An-12 juga dilengkapi dengan empat mesin turbo propeller dan ramp door pada bagian ekor untuk cargo . Identitas ‘Cub’ merupakan pemberian dari NATO. An-12 pertama kali meluncur pada 15 Desember 1957, dan resmi diperkenalkan ke khalayak pada 1959.
16_1
16_2
Dilihat dari spesifikasinya, Antonov An-12 mampu terbang dengan kecepatan maksimum 777 Km per jam, serta kecepatan jelajah 670 km per jam. Tenaganya dipasok empat buah mesin Progress AI-20L or AI-20M turboprops, dengan kekuatan 4.000 eHP (3.000 KW) untuk tiap mesin. Kapasitas bahan bakar keseluruhan bisa mencapai 1.390 liter, dan dapat ditambahkan dengan ekstra fuel tanks . Untuk urusan daya angkut, An-12 lebih unggul dari C-130B Hercules yang bermesin turboprop Allison T56A-7. An-12 dapat mengangkut muatan maksimum hingga 20.000 kg, sementara C-130B Hercules hanya 16.363 kg. Bobot maksimum saat take off mencapai 61.000 kg, sedangkan C-130B bisa mencapai 79.380 kg.
An-12 diawaki oleh 5 personel, yakni pilot, co pilot, flight engineer, navigator, dan operator radio. Dari sisi teknis, An-12 dengan kapasitas bahan bakar maksimum, sanggup terbang hingga 5.700 km non stop. Sementara bila terbang dengan muatan maksimum 20 ton, jarak terbangnya menyusut hingga 3.600 km. Kecepatan menanjaknya mencapai 10 meter/detik dengan ketinggian terbang maksimum 10.200 meter.
Ruang kokpit An-12
Antonov5
Jendela intai pada bagian moncong
Jendela intai pada bagian moncong
Sebangun dengan C-130 Hercules, An-12 juga diluncurkan dengan cukup banyak varian, diantaranya ada versi intai maritim, SAR, angkut rudal balistik, cargo, linud, dan juga lumayan laris dipakai oleh penerbangan sipil, seperti Aeoroflot, Air Guinee, Alada , British Gulf International Airlines, Avial Aviation, Heli Air Service, Tiramavia, Aerovis Airlines, Veteran Airlines, KNAAPO and Vega Airlines, ATRAN Cargo Airlines. Total ada 77 airlines di seluruh dunia pernah menggunakan An-12.
Desain Hybrid
Hadir dikala berkecamuknya perang dingin, An-12 pun tidak sekedar di desain murni sebagai pesawat angkut. Keunggulan An-12 terletak pada adopsi ruang kanon pada bagian ekor (tail turret). Wujudnya berupa kompartemen juru tembak, jenis kanonnya bukan abal-abal, melainkan tipe Nudelman-Rikhter NR-23 kaliber 23 mm dengan dua laras. Kanon ini dapat memuntahkan 850 proyektil dalam satu menit, dengan kecepatan tembak 690 meter per detik. Keberadaan kanon ini dipersiapkan sebagai elemen pertahanan jika sewaktu-waktu pesawat dicegat atau dibuntuti lawan.
kanon Nudelman-Rikhter NR-23 pada pembom Tu-16, juga digunakan pada An-12
Kanon Nudelman-Rikhter NR-23 pada pembom Tu-16, juga digunakan pada An-12
Tampilan ruang cargo
Tampilan ruang cargo
Jenis kanon ini juga ditempatkan pada pembom Tu-16 dan Tu-95. Tentu pada versi sipil, ruang kompartemen kanon ini ditiadakan. Khusus An-12B milik TNI AU terlihat ada kompartemen juru tembak, meski dalam foto tidak tampak keberadaan laras kanonnya. Keunikan lain dari An-12 yakni pada rancangan bagian hidung yang bergaya ala pembom Tu-16, dimana pada moncong pesawat ditempatkan jendela/kaca intai.
Di negara asalnya, An-12 diprioduksi terakhir pada tahun 1973, total ada 1.248 yang berhasil diproduksi. Dan, seperti yang sudah-sudah, Cina pun mengembangan pesawat laris ini, tapi dengan identitas baru, yakni Shaanxi Y-8 (Yunshuji-8). Y-8 terbilang pesawat angkut militer/sipil dan cargo yang paling populer di Cina. Bahkan, Y-8 pun cukup laris di pasaran ekspor. Hingga tahun 2010, Y-8 telah diproduksi sebanyak 169 unit.
Nampak An-12 versi sipil bersanding dengan C-130 Hercules AU Pakistan
Nampak An-12 versi sipil bersanding dengan C-130 Hercules AU Pakistan
Bila Y-8 laris manis di pasar ekspor, lain hal dengan An-12. Karena usia yang sudah tua dan kian penuh risiko bagi awak dan penumpangnya, beberapa negara telah melarang terbang pesawat ini. Contohnya pada 12 Januari 2009, pemerintah Uni Emirat Arab resmi melarang setiap An-12 yang terbang atau melitas di wilayah udaranya.
Sayangnya, tidak ada satu pun An-12 TNI AU yang tersisa untuk diabadikan sebagai koleksi museum atau monumen. Meski waktu pengabdiannya terbilang singkat di Indonesia, selayaknya pihak museum Dirgantara Yogyakarta juga memiliki koleksi pesawat ini. Walau bagaimana pun, An-12 telah menjadi bagian dari sejarah eksistensi TNI AU. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Antonov An-12 Cub:
Manufacture : Antonov
Payload: 20.000 kg
Length: 33,10 meter
Wingspan : 38 meter
Height : 10.53 meter
Wing area : 121.7 m²
Empty weight : 28,000 kg
Max. takeoff weight: 61,000 kg
Powerplant : 4 × Progress AI-20L or AI-20M turboprops, 4,000 ehp (3,000 kW) each
Maximum speed : 777 km/h
Cruise speed: 670 km/h
RangeWith maximum fuel: 5,700 km
RangeWith maximum load: 3,600 km
Service ceiling: 10,200 m
Rate of climb: 10m/s
Armament : Guns: 2× 23 mm (0.906 in) Nudelman-Rikhter NR-23 cannons