Pages

Thursday, 15 January 2015

Radar Pengawas Garis Pantai Selat Malaka

small coastal surv
Rasanya bakalan sulit bila armada patroli TNI AL, Bea Cukai, dan Polisi Air jika harus senantiasa mengawasi kawasan perairan pantai secara terus-menerus. Selain biaya operasional yang besar untuk meronda laut, pengawasan pantai kerap menimbulkan gesekan kepentingan. Nah, agar pengawasan wilayah pantai lebih efekif, efisien dan bisa dilakukan 24 jam, maka solusinya adalah dengan mengadopsi teknologi radar pantai.


Pada tahun 2011, Trident Division, anak perusahaan Techno-Sciences, Inc. Bekerjasama dengan SPAWAR (Space and Naval Warfare Systems Command ) dan TNI sukses melakukan demonstrasi perangkat IMSS. Integrated Maritime Surveillance System atau biasa disingkat IMSS dirancang untuk meningkatkan kemampuan TNI, khususnya TNI AL dengan meningkatkan jalur Komando, Kendali, Komunikasi, Intelijen, Surveillance dan Reconnaissance melalui penggunaan ground platform yang mengandakan basis sensor jarak jauh optik dan nirkabel.

Tak lama berselang, pemerintah Cina menawarkan pemasangan sistem pengawas maritim senilai 1 miliar yuan (sekitar Rp 1,5 triliun) di kawasan Indonesia dan melengkapi sistem serupa buatan AS yang lebih dulu dipasang di Indonesia.

IMSS terdiri atas 18 stasiun pengawas pantai (CSS), 11 radar berbasis kapal, dua pusat komando regional, dan dua pusat komando armada di Jakarta dan Surabaya. IMSS merupakan suatu sistem pengawasan maritim yang terintegrasi antara Coastal Surveillance Station (CSS) atau stasiun pengawas di darat dengan sentra pengawasan lainnya.

Sistem monitor IMSS
Sistem monitor IMSS
3548_10151192756657070_1885407393_n
CSS terintergrasi dengan Kapal Perang Indonesia (KRI), Regional Command Center (RCC) atau pusat pengendalian regional, dan Fleet Command Center (FCC) atau pusat pengendalian armada.
IMSS dilengkapi VHF Radio yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan kapal-kapal yang melintas di sekitar stasiun pengawas di darat. Plus HF Radio yang berfungsi sebagai backup data komunikasi ke RCC apabila VSAT tidak bisa digunakan dan juga sebagai alat komunikasi dengan RCC ataupun dengan kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS.

IMSS juga dilengkapi Day Camera (kamera siang hari) dan FLIR (Forward Looking Infra Red) camera yang berfungsi untuk memotret identitas kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS.Sarana pendukung lain adalah Nobletec yang berfungsi sebagai monitor posisi kapal-kapal yang melintas di sekitar CSS dan sebagai alat komunikasi dengan RCC dan FCC melalui text message application.

1368096170imss-integrated-maritime-surveillance-system
Saat ini penempatan IMSS dimulai dari Sabang hingga Batam, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur dan dinilai sangat efektif untuk mengamankan kawasan perairan Selat Malaka. Penempatan radar sistem pengawasan maritim/laut, khususnya di Batam sendiri efektif membantu pengawasan laut mengingat jumlah personil yang ada di Lanal Batam kurang memadai. Target IMSS adalah mendukung pengawasan pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang merupakan kawasan strategis dan padat lalu lintas kapal. Mulai kapal yang keluar masuk melalui Selat Malaka (ALKI I), Selat Makassar (ALKI II), hingga perairan Papua (diproyeksikan sebagai ALKI III).

Radar IMSS punya jarak jangkau efektif sekitar 40 nautical mile atau 74 Km (kilometer). Rangkaian radar IMSS meng-cover 1.205 kilometer dari garis pantai Selat Malaka dan sekitar 1.285 kilometer dari garis pantai sepanjang laut Sulawesi.
ISRA (Indonesian Sea Radar)
isra
ISRA adalah radar pengawas pantai besutan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang diluncurkan pada tahun 2009. Ini merupakan radar yang dapat digunakan untuk membantu pengaturan transportasi laut dan udara, pengamatan cuaca, pemetaan wilayah, serta navigasi. ISRA punya panjang 2 meter dan lebar 1 meter, berat sekitar 200 kg, serta jangkauan deteksi hingga 64 km. ISRA beroperasi menggunakan teknologi Frequency-Modulated Continuous (FM-CW) yang konsumsi daya listrik lebih rendah dan ukuran radar lebih kecil dibanding radar yang digunakan di Indonesia. Enam puluh persen komponen radar masih di impor sehingga menjadi hambatan dalam proses pembuatan karena harus menunggu masuknya komponen(Indomiliter)

Ranger AS kagum lihat aksi Raider TNI AD, langsung minta berguru

Ranger AS kagum lihat aksi Raider TNI AD, langsung minta berguru
US Ranger latihan bersama Raider AD.

Pada Oktober 2014, Resimen 2nd Stryker Pasukan Khusus Ranger, Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) menggelar latihan di Indonesia. Mereka berlatih bersama dengan Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat, Batalion Infanteri 411/Raider.

Latihan yang digelar di Hutan Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, itu digelar sebulan penuh. Seperti dilansir military.com (2/10/2014), para tentara AS sengaja datang jauh-jauh untuk mempelajari taktik perang daerah tropis.

Tak disangka, latihan survival di tengah hutan Jatim itu sangat mengerikan. Dari pengakuan Pratu Juan Gonzalez (20 tahun), persiapan mereka di Negeri Paman Sam jadi kurang gahar.

Sebelum berangkat satu kompi pasukan Ranger ini dilatih bertahan hidup di Pegunungan Fort Irwin, California sebulan penuh. Itu saja sudah berat sekali.

"Latihan yang mengerikan di kampung halaman tidak menggambarkan apa yang saya alami di Jawa Timur. Ada beberapa hal yang belum saya dapat. Misalnya bagaimana bila tiba-tiba berhadapan ular," kata Gonzalez yang berasal dari Kota Chicago ini.

Dan dalam momen itulah, aksi-aksi pasukan Raider TNI AD begitu memesona bagi Gonzalez. Rekan yang baru dia kenal ini mengajarkan bagaimana bertahan hidup di hutan tropis yang serba lembab sehingga menguras energi. Termasuk membunuh dan menyantap hewan buas, contohnya ular.

"Saya sangat takut ular. Saya tidak mau melakukannya lagi," kata anggota regu penembak ini sambil tergelak.

Dari segi ketahanan fisik, walau berasal dari iklim yang berbeda, Pasukan Ranger AS mengakui hebatnya Raider dalam menghemat tenaga. Banyak tips didapatkan para infanteri asing ini, misalnya metode bertempur di hutan hujan yang mengandalkan gerak cepat.

Sersan Jeffrey Baldwin salah satu yang merasakan manfaat latihan bersama ini. Dia mengaku tak segan-segan berguru pada pasukan Raider karena efektivitas tempur TNI AD dalam situasi lingkungan mahakeras.

"Saya sangat kagum dengan pasukan Indonesia. Saya banyak mendapatkan ilmu baru," ujarnya.

Di luar itu, Ranger AS merasa betah berlatih sebulan di Situbondo karena tentara Indonesia sangat ramah. Mereka jadi kawan yang bisa diandalkan untuk bertahan hidup.

Selama 30 hari, dua pasukan beda negara ini hidup bersama. Mereka harus mencari bahan makanan alami, menangkap hewan, serta bertahan dari cuaca yang berubah-ubah di hutan.

"Kami benar-benar saling terikat satu sama lain selama pelatihan. Kenangan itu sangat membekas," kata Gonzalez.

Sekadar informasi, US Ranger yang berlatih di Jatim itu dikirim dari Joint Base Lewis-Mchord.
Divisi tersebut adalah yang paling banyak dikirim bertempur di Afghanistan dan Irak, karena dianggap punya pengetahuan taktis terlengkap menghadapi perang gerilya kota maupun hutan.

Sepanjang perang delapan tahun di Irak, anggota divisi Stryker yang tewas 'cuma' 42 prajurit. Batalion inilah pasukan yang paling akhir ditarik dari medan tempur di Timur Tengah.

Sementara Infanteri Raider adalah satuan tempur khusus untuk pertempuran darat. Dibentuk sejak Oktober 1945, pasukan dengan motto "Cepat, Senyap, dan Tepat" ini tercatat berjasa memadamkan pemberontakan APRA, PRRI/Permesta, serta menumpas DI/TII.

Dalam operasi militer di Aceh selama 2001-2003, pasukan Raider-lah yang bertanggung jawab menewaskan Panglima GAM Tengku Ishak Daud.(Merdeka)

Kopassus kalahkan pasukan komando Korea Selatan di medan bersalju


Latihan pasukan komando Korea Selatan mengundang decak kagum dunia. Pasukan ini berlatih di dalam sungai es yang membeku. Pasukan Batalyon 707 tersebut juga melakukan latihan serangan di tengah cuaca buruk dan hawa dingin yang sangat menusuk.

TNI merasa perlu mengirimkan prajurit Kopassus berlatih di Korea Selatan. Meski jagoan perang hutan dan berasal dari daerah tropis, pasukan elite ini juga harus mampu bertempur di daerah bersalju dan wilayah ekstrem lainnya.

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD rupanya rutin melakukan latihan dengan pasukan khusus Korea Selatan. Biasanya mereka berlatih bersama di Training Site 47-Kwangju. Sebuah area latihan untuk latihan antiteror dengan fasilitas sangat lengkap. Di sini ada sebuah pesawat Boeing 747, kereta api, bus, gedung perkantoran dan bank. Semuanya untuk latihan pembebasan sandera dan pertempuran jarak dekat.

Pada awalnya pasukan Kopassus yang datang sempat kedinginan saat tiba di Korea Selatan. Namun dalam beberapa hari, mereka segera bisa menyesuaikan diri karena gemblengan dan fisik yang kuat.

Cuaca dingin tak lagi jadi halangan. Bahkan ketika ada latihan fisik berupa lomba lari menuju bukit dengan pasukan Korea, prajurit Kopassus bisa menang dan mencapai puncak lebih dulu. Hal ini membuktikan kemampuan Kopassus yang tinggi.

Kisah ini dimuat dalam buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara dan diterbitkan R&W.

"Salah satu latihan yang unik dan berbahaya bagi Kopassus adalah terjun di permukaan salju yang mengeras. Jika tidak ada salju, tanahnya merupakan tanah lunak sehingga ketika mengeras tertutup salju timbul crack (rekahan) di permukaannya dengan pinggiran setajam pisau. Mendarat di permukaan seperti ini adalah hal baru untuk Kopassus. Sehingga untuk menghindari salah mendarat mereka harus berhati-hati sambil memilih permukaan salju," kata Letkol IGP Danny Karya yang pernah mengikuti latihan di bawah nol derajat celcius ini.


Selama latihan dengan Korea Selatan, ada juga aturan yang cukup unik. Yaitu keharusan mencari selongsong peluru setelah latihan menembak. Hal ini disebabkan Korea Selatan khawatir adanya penyelundupan amunisi ke Korea Utara.

Nah, mencari selongsong di salju mungkin mudah karena meninggalkan lubang. Tetapi berbeda jika berlatih di gedung-gedung atau perkantoran. Masalahnya, sebelum semua selongsong ditemukan, semua prajurit tak boleh pulang. Kadang usaha pencarian ini baru selesai lewat tengah malam.

"Untuk Korea Selatan yang kondisi politiknya mengharuskan mereka untuk waspada, memang merupakan tempat berlatih yang baik untuk menajamkan kemampuan prajurit Kopassus."(Merdeka.com)

Panglima TNI :TNI AU Jaga Laut Tiongkok Selatan

su30pitcblack.jpg Jakarta – Serah terima Jabatan (sertijab) Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) digelar pagi ini. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko bertindak sebagai Inspektur Upacara.

Upacara sertijab dimulai tepat pukul 08.00 WIB dan bertempat di Lapangan Upara Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (15/1/2015). Dalam sambutannya Panglima TNI berpesan agar ke depan TNI AU bisa meningkatkan kedaulatan udara, khususnya di wilayah Laut Cina Selatan.

“Tantangan TNI AU di masa yang akan datang akan semakin besar. Terutama terkait kompetisi kedaulatan wilayah udara dan akses ekonomi, khususnya di wilayah Laut Cina Selatan yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu,” ujar Moeldoko dari atas mimbar.

Jabatan KSAU berpindah dari Marsekal Ida Bagus Putu Dunia kepada Marsekal Madya Agus Supriatna. Panglima pun meminta ada perhatian khusus terhadap Asean Open Sky 2015.

“Pemberlakuan Asean Open Sky 2015 juga perlu mendapat perhatian sendiri akan berimplikasi pada masalah keamanan dan kedaulatan,” ujar Moeldoko.

“Diperlukan dirgantara yang kuat, diplomasi yang luwes dan regulasi yang tegas,” lanjutnya. (Detik.com),

FNS Hamina Class, Missile Boat Yang Menginspirasi Kapal Cepat Rudal Indonesia

 
Hamina class missile boat adalah kapal serang cepat Angkatan Laut Finlandia. Secara teknis diklasifikasikan sebagai “missile fast attack craft” atau ohjusvene yang secara harfiah berarti missile boat dalam bahasa Finlandia.

Lambung kapal terbuat dari aluminium dan superstruktur kapal terbuat dari serat karbon komposit. Kapal pesisir ini memiliki bobot yang sangat ringan sehingga mudah bermanuver. Menggunakan jet air bukannya baling-baling yang memungkinkan kapal untuk beroperasi di perairan dangkal dan pesisir pantai. Hamina class sangat tepat untuk berpatroli dan misi pengawasan dengan persejataan yang kuat yang biasanya dimiliki kapal lain dengan dua kali ukuran yang lebih besar.

Hamina class dirancang dan dibangun sebagai kapal siluman dengan jejak panas, magnet dan tanda radar yang minimal. Bentuk kapal telah dirancang untuk mengurangi jejak radar. Bagian logam telah ditutupi dengan bahan penyerap radar, dan bagian-bagian komposit yang memiliki bahan penyerap radar tertanam dalam struktur. Tidak seperti bahan fiber , serat karbon mampu menahan gelombang radio.

Selain itu, bahan ini mampu menghentikan setiap sinyal frekuensi radio yang dihasilkan oleh perangkat elektronik kapal. Kecuali anjungan kapal, Hamina tidak memiliki jendela yang memungkinkan sinyal untuk keluar. Hanya sedikit bahan baja yang digunakan untuk membangun kapal ini, sehingga menghasilkan medan magnet yang sangat rendah. Medan magnet yang tersisa secara aktif dibatalkan dengan elektromagnet.

Gas buang mesin diarahkan kebawah air untuk meminimalkan jejak panas atau gas buang diarahkan kesamping lambung untuk meminimalkan suara dalam air saat dalam misi memburu kapal selam. 50 nozel sekitar dek dan struktur atas dapat digunakan untuk menyemprotkan air laut di kapal untuk mendinginkannya. Selain itu nozel dapat digunakan untuk membersihkan kapal setelah terkena serangan kimia atau radioaktif.

image002
Nama               : Hamina Class
Operator           : Angkatan Laut Finlandia
Class                   : Kapal Serang Cepat (Fast Attack Craft)
Bobot                  : 250 ton
Panjang              : 51 m (167 kaki)
Lebar                  : 8,5 m (28 kaki)
Tinggi lambung : 1.7 m (5 ft 7 in)

Propulsion :
2 × MTU 16V 538 TB93 mesin diesel 5520 kW.
2 × Rolls Royce Kamewa 90SII waterjets
Kecepatan       : 30 + knot
Range             : 500 nm (930 km; 580 mil)

Sensor:
Ceros-200 FCS (Saab)
Consilium Selesmar radar maritim
TRS-3D / 16-ES multimode acquisition 3D radar (EADS)
ANCS 2000 Combat Management System (EADS)
MSSR 2000 I IFF (EADS)
EOMS (SAGEM)
Simrad Subsea toadfish sonar
Sonac / PTA sonar Array ditarik (Finnyards)
Peperangan elektronik & Umpan (Flare)
MASSA (Multi Amunisi Soft-kill System) (Rheinmetall)
Decoy             : Philax chaff, IR flares
Smoke system : Lacroix Atos
EMS               : Matilda radar sistem peringatan (Thales)

Persenjataan   :
1 × Bofors 57 mm / 70 SAK Mk3
2 × 12,7 mm senapan mesin (NSV)
8 × Umkhonto-IR SAM (Denel)
4 × RBS-15 Mk3 SSM (Saab)
1 × rel untuk bom kedalaman atau ranjau laut (Sea mine 2000)

image004
Meriam Boffors 57mm MK3 sanggup memuntahkan 220 amunisi/menit dengan jangkauan 8,5 -17km. Meriam buatan AB Boffors Swedia telah diekspor ke Finlandia, Brunei, Kanada, Kroasia, Indonesia, Irlandia, Malaysia, Meksiko, Montenegro, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat.

Hamina class melaju dengan kecepatan tinggi diperairan dangkal
Hamina class melaju dengan kecepatan tinggi diperairan dangkal
image008

Menggotong 4 rudal anti kapal RBS15 Mk3, rudal dengan panjang 4.35m dan berat 800kg (booster masih terpasang) mampu melaju dengan kecepatan 0,9 mach dengan jangkauan >200km
image011
Kapal ini dilengkapi rudal Umkhonto-IR, rudal anti serangan udara yang mampu menghantam sasaran dengan kecepatan 2 mach dengan jangkauan 12 km (Umkhomto-IR) hingga 60 km (Umkhomto-R). Banyak fitur dan persenjataan yang bisa diadopsi oleh KCR-40m, KCR-60 M dan Klewang class Indonesia.(JKGR)

Sukhoi SU-35 Jadi Pilihan TNI AU Gantikan F-5 yang Menua

Jakarta - Pesawat tempur TNI AU F-5 dinilai sudah mulai menua. Tim dari TNI AU telah melakukan sejumlah kajian untuk mencari pengganti pesawat buatan Amerika Serikat tersebut.

Ada 3 alternatif yang masuk daftar pengganti F-5. Sukhoi SU-35 buatan Rusia disebut-sebut sebagai pengganti yang paling diminati.

"Terkait kondisi F-5, TNI AU juga telah membuat kajian alternatif-alternatif penggantinya," kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko usai menghadiri sertijab KSAU di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Kamis (15/1/2015).

"Pertama Sukhoi 35, kedua F-16, ketiga Gripen dari Swedia. Tiga-tiganya sudah kita sampaikan kepada Menhan dan yang dipilih TNI AU adalah menempatkan Sukhoi 35 paling atas," jelas Moeldoko.

Pesawat tempur TNI AU F-5 bikinan AS itu memang sudah termasuk uzur yaitu sekitar 34 tahun usianya dan mulai ketinggalan zaman. Sementara calon penggantinya yang disebut-sebut yaitu Sukhoi Su-35 memang berkemampuan tinggi dan menandingi F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon bikinan AS.(Detik)

Pangdam XII/Tanjungpura Peresmian dan Pengembangan Yonzipur-6/Satya Digdaya

 Yonzipur-aYonzipur1a Kubu Raya, Sebagai implementasi perencanaan strategis dalam pembangunan kemampuan, khususnya kemampuan Pertahanan Matra Darat dalam menghadapi berbagai kemungkinan ancaman dan kontijensi yang dapat terjadi diwilayah Perbatasan, TNI Angkatan Darat membentuk Batalyon Zipur yang semula Detasemen Zeni Tempur-6/SD tumbuh dan berkembang menjadi Batalyon Zeni Tempur-6/SD yang bermarkas di Anjongan Kalbar.

  Pangdam XII/Tpr Mayjen TNI Toto Rinanto secara langsung meresmikan Yonzipur-6/SD tersebut, disaksikan oleh Kasdam XII/Tpr, para Asisten, Kabalak, para Dansat, Waka Polda Kalbar, Danlanal, Staf Lanud, Kejati, Ka Satpol PP Serta para unsur Muspida. Peresmian ini juga ditandai penyerahan Pataka dan penandatanganan Surat Peresmian dan Pengembangan Kesatuan kepada Komandan Batalyon Zeni Tempur-6/SD Mayor Czi Alfius berlangsung dilapangan Makodam, Rabu (13/01).

 Yonzipur2a Dalam sambutan Pangdam XII/Tpr mengatakan, pembangunan Batalyon Zeni tempur ini terutama Kodam XII/Tpr secara optimal, Satuan Yonzipur-6/SD ini akan dikembangkan sesuai kondisi geografis, dengan daerah yang akan menjadi tugas pokoknya, sehingga secara bertahap tentunya sarana dan prasarana ini akan dilengkapi sesuai dengan kebutuhan Satuan Yonzipur-6/SD.

  Perlu diketahui bahwa Yonzipur-6/SD ini merupakan Satuan Bantuan Tempur yang langsung dibawah Pangdam XII/Tpr, yang mana nantinya akan dilengkapi alat utama sistem kesenjataan sesuai dengan bidangnya dan lebih lengkap dari sebelumnya. Turut diundang Ketua Persit KCK PD XII/Tpr, Wakil Ketua Persit beserta para pengurus Persit.(kodam-tanjungpura.mil.id)

Tidak Lagi Kekanak-Kanakan


Ada yang menarik dalam episode pencarian pesawat Airasia di laut Jawa ketika KRI Bung Tomo 357 yang baru seminggu ikut kafilah BASARNAS mencari dan menemukan korban pesawat rute Surabaya-Singapura itu, ditarik dari kontingen SAR lalu digantikan dengan KRI Usman Harun 359.  Logika operasional sebuah kapal perang sekelas KRI Bung Tomo adalah 20 hari tanpa bekal ulang. Artinya selama waktu itu mampu menjalankan tugas operasi militer ataupun operasi militer selain perang.
Sepertinya sih ingin menguji nyali Singapura yang sempat emosional dengan penamaan kapal perang baru Indonesia yang dibeli dari Inggris, dengan nama KRI Usman Harun. Singapura menganggap penamaan kapal perang itu tidak pantas untuk meyandang nama dua orang KKO Indonesia (sekarang marinir) yang dihukum gantung di Singapura karena perbuatan terornya pada masa Dwikora. Padahal penghukuman mati itu sendiri sangat menyakitkan rakyat Indonesia. Tetapi dengan kedatangan PM Lee Kuan Yew tahun 1973 ke Indonesia dan berziarah ke makam kedua pahlawan bangsa itu, persoalan sejarah kelam telah tutup buku.
KRI Banda Aceh 593 dalam operasi SAR Airasia
Pergantian KRI Bung Tomo dengan KRI Usman Harun dalam operasi SAR terbesar di Indonesia itu ternyata tidak membuat Singapura menarik kedua kapal perangnya dari Laut Jawa.  Dan tetap ikut serta dalam kafilah kemanusiaan yang mulia sebagai akibat musibah Airasia.  Singapura tentu tidak ingin disorot dunia jika menarik diri dari operasi militer selain perang itu hanya karena ketersinggungan pada sebuah nama. Kita angkat topi dengan kedewasaan cara pandang dan cara langkah pemerintah Singapura utamanya Kementerian Pertahanan yang lebih mengutamakan misi kemanusiaan daripada mengumbar emosi terhadap KRI Usman Harun.
Kebijakan sebuah negara untuk memberi penamaan terhadap asset militernya tidak bisa diintervensi oleh negara manapun dan oleh sebab apapun.  Negara adalah eksistensi bangsa yang memiliki kekuatan martabat, derajat dan harga diri yang tak bisa ditawar untuk menentukan kebijakan dan cara bernegara berdasarkan kesepakatan final elemen sumber daya didalamnya. Indonesia dalam menjalankan harkat dan martabatnya di medan pergaulan antarbangsa tidak ingin mencampuri cara pandang bangsa lain dalam pola berbangsanya. Itu juga yang diharapkan Indonesia sepanjang sejarah perjalanannya, tidak ingin negara lain ikut campur dalam pola kebijakan yang dijalankan berdasarkan harkat dan martabat itu.
Singapura mestinya sudah memahami itu. Perjalanan berbangsa dan antarbangsa di kemudian hari akan mampu menjelaskan bahwa kebesaran Republik Indonesia tidak akan terbendung lagi dan tidak akan mampu dilakoni dengan patron mendikte oleh negeri pulau itu.  Perjalanan pertumbuhan ekonomi kesejahteraan yang dilalui bangsa ini sedang dan akan menjelma menjadi kekuatan ekonomi besar dunia.  Sekarang saja PDB kita sudah menjadi nomor satu di ASEAN.  Belum lagi perkuatan militer yang terus menerus dilakukan diniscayakan akan menjadikan negeri ini yang terkuat di ASEAN sebagaimana didengungkan oleh Presiden Jokowi baru-baru ini.
Salah satu kapal modern BASARNAS jenis catamaran
Semangat bertetangga dan memahami dinamika bertetangga harus bisa dijalankan dengan irama kesantunan, bukan irama mendikte karena merasa lebih sejahtera dan kaya.  Yang tidak bisa tergantikan atau terkalahkan dari Republik Indonesia terhadap Singapura adalah wilayahnya yang luas, kaya sumber daya alam, jumlah penduduknya  yang besar, memiliki semangat nasionalis patriotik. Sementara saat ini dan seterusnya sumber daya manusianya semakin cerdas, tingkat kesejahteraan semakin baik, kekuatan ekonomi Indonesia menjadi penentu bukan lagi pengikut, kekuatan militer kita semakin gahar dan bangsa ini mampu menjalankan nilai demokrasi yang egaliter.
Dalam perspektif itu kita melihat Singapura sudah bisa membaca tanda-tanda perubahan jaman, tanda-tanda perkuatan ekonomi dan militer Indonesia yang tak terbendung lagi.  Dalam bingkai itu mestinya Singapura tidak melihat negeri ini sebagai ancaman melainkan sebagai mitra kerjasama ekonomi yang simbiosis mutualistis. Sementara kekuatan militer masing-masing negara sejatinya adalah mengawal kerjasama ekonomi untuk kesejahteraan dan kesetaraan.  Kekuatan militer yang dimiliki adalah untuk menjaga posisi kehormatan dan martabat masing-masing negara untuk tetap berlaku wajar dalam bingkai kerjasama antartetangga.
Militer Indonesia telah mampu menunjukkan manajeman operasi militer selain perang seperti yang ditunjukkan dalam operasi Airasia.  Singapura menyaksikan itu dan boleh jadi menjadi pembelajaran bagi negaranya.  Bahwa tidak boleh menganggap enteng kemampuan militer Indonesia, ketangguhan dan kecakapan prajurit TNI, berbagai jenis alutsista yang disertakan, koordinasi antar satuan semua berjalan cemerlang dan itu disaksikan oleh dunia dengan kagum.
Memperlihatkan cara pandang kekanak-kanakan hanya dalam soal penamaan kapal perang diharapkan menjadi bab akhir dalam pola egoisme bertetangga. Kedepan nilai pertetanggaan yang dibangun dengan semangat kerjasama akan menjadi kekuatan sinergitas ekonomi tak tergantikan. Sepanjang jaman ini Indonesia dan Singapura juga ASEAN ditakdirkan hidup berdampingan.  Catatan perjalanannya adalah jika kekuatan ekonomi dan militer kita lemah, kita mudah didikte.  Maka perkuatan ekonomi dan militer kita yang sedang bergelora dan digelorakan saat ini adalah jawaban dari catatan perjalanan itu.  Singapura sudah membaca itu dan boleh jadi sudah mulai tahu diri.(Analisalutista)

Jenderal Spanyol Kunjungi Markas Indobatt di Lebanon


Foto- Komandan Sektor Timur Unifil Brigadir Jenderal Antonio Ruiz Olmos mengunjungi Markas Indobatt (Indonesian Battalion) Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-I/Unifil (United Nations Interim Force in Lebanon) di UN Posn 7-1 Adshit Al-Qusayr, Lebanon Selatan. (pen Konga/Unifil)
Foto- Komandan Sektor Timur Unifil Brigadir Jenderal Antonio Ruiz Olmos mengunjungi Markas Indobatt (Indonesian Battalion) Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-I/Unifil (United Nations Interim Force in Lebanon) di UN Posn 7-1 Adshit Al-Qusayr, Lebanon Selatan. (pen Konga/Unifil)
 
LEBANON  – Komandan Sektor Timur Unifil Brigadir Jenderal Antonio Ruiz Olmos asal Spanyol didampingi beberapa stafnya mengunjungi Markas Indobatt (Indonesian Battalion) Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-I/Unifil (United Nations Interim Force in Lebanon) di UN Posn 7-1 Adshit Al-Qusayr, Lebanon Selatan.

Kunjungan Dansektor Timur Unifil di Markas Indobatt dalam rangka melihat secara dekat kegiatan prajurit TNI yang tergabung dalam Konga XXIII-I/Unifil serta Tour Area Operasi Sektor sekaligus mengecek kesiapsiagaan satuan jajaran Sektor Timur dalam menjaga keamanan di wilayahnya masing-masing.

Kedatangan Jenderal Antonio Ruiz beserta rombongan disambut oleh Komandan Satgas (Dansatgas) Konga XXIII-I/Unifil Letkol Inf Andreas Nanang Dwi Prasetyo, S.IP di dampingi Wadansatgas Mayor Inf Eko Handono dan para Perwira Staf beserta prajurit Indobatt, dilanjutkan menerima paparan singkat tentang situasi dan kondisi di sekitar area pos serta kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan maupun rencana kegiatan kedepan dari masing-masing Kompi yang berkaitan dengan kegiatan latihan, patroli maupun administrasi yang disampaikan oleh Dansatgas Indobatt.

Selanjutnya, Jenderal Spanyol dan rombongan meninjau kegiatan Kompi-Kompi yang berada di area Markas Indobatt. Kunjungan di awali ke Kompi D dengan meninjau Hospital Indobatt, dilanjutkan ke Rubb Hall di Kompi Bant untuk melihat Display Logistik dan Cimic Indobatt. Dalam setiap peninjauannya, Dansektor Timur sempat berbincang-bincang sejenak dengan prajurit Indobatt serta mengungkapkan rasa kagumnya saat melihat beberapa peragaan kesenian yang diperagakan oleh prajurit Indobatt diantaranya kesenian Tari Topeng, Debus dan Tari Papua.

Sebelum melakukan kunjungan ke Markas Indobatt UN Posn 7-1 di Adshit Al-Qusayr, Jenderal Antonio Ruiz beserta rombongan juga berkunjung ke Kompi Bravo di UN Posn 7-3 di Sektor Timur, selanjutnya melihat secara langsung kegiatan Pos-Pos di Panorama, Flag Point dan UN Posn 9-63 Kompi Alpa dalam rangka meninjau perbatasan Blue Line yang letaknya di perbatasan antara dua Negara Lebanon dengan Israel, yang merupakan wilayah tanggung jawab dari Kompi Alpa Indobatt.
“Saya selaku Komandan Sektor Timur Unifil menyampaikan apresiasi yang sangat baik kepada prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Indobatt, agar tetap selalu berpedoman pada SOP (Standard Operating Procedure) dan STIR (Standardize Tactical Incident Reaction) yang ada”, kata Jenderal Antonio saat memberikan sambutannya kepada prajurit Indobatt.

Sebelum meninggalkan area Indobatt, Komandan asal Spanyol ini menyampaikan terimakasih dan rasa bangganya, bahwa prajurit Indobatt telah melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga sampai saat ini situasi dan kondisi keamanan perbatasan di wilayah operasi Indobatt aman dan terkendali.(Pos Kota)

Pasukan Kostrad Miliki Kemampuan Gerilya

Foto- Prajurit Yonif  Linud 330 Kostrad miliki kemampuan khas panjat tebing. (pen-kostrad)
Foto- Prajurit Yonif Linud 330 Kostrad miliki kemampuan khas panjat tebing. 
 
JAKARTA  – Pasukan Yonif Linud 330 Tri Dharma, Kostrad, selain dibekali kemampuan Operasi Lintas udara juga memiliki kemampuan panjat tebing serta kemampuan bertempur lainnya dengan menyesuaikan medan pertempuran.

Pembukaan jalur – jalur melalui Medan yang mungkin tidak diprediksi oleh musuh adalah salah satu taktik guna keberhasilan dalam pengejaran serta penyerangan musuh.

Patroli medan khusus dengan membuka lintasan air terjun adalah kemampuan Khas yang di miliki oleh Tim Climber Yonif Linud 330 Tri Dharma, dengan kemampuan gerilya nya yang khas Yonif Linud 330 Tri Dharma menjadi salah satu ujung tombak dalam pertempuran di medan tersulit yang harus di tembusi.(Pos Kota)

33 Prajurit Perdamaian TNI Tiba di Republik Afrika Tengah

33 Prajurit Perdamaian TNI Tiba di  Republik Afrika Tengah
puspen TNI/wahyu aji
 
Ke-33 prajurit TNI tersebut akan bergabung dengan 167 personel yang sudah terlebih dahulu menjalankan tugas negara dibawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah bertugas sejak Mei 2014 tahun lalu. 

JAKARTA – Sebanyak 33 prajurit TNI yang merupakan pasukan tambahan bagi Satuan Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-A/Minusca (Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic) untuk menjalankan Misi Perdamaian, telah tiba di negara Republik Afrika Tengah, Selasa (13/1/2014)

Ke-33 prajurit TNI tersebut akan bergabung dengan 167 personel yang sudah terlebih dahulu menjalankan tugas negara dibawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah bertugas sejak Mei 2014 tahun lalu.

Misi Minusca (Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic) adalah untuk memulihkan dan menciptakan perdamaian di negara yang berada di jantung Benua Afrika.

Saat ini proses perdamaian masih pada tahap Peace Building dan situasi keamanan masih berada pada level Chapter tujuh dengan kondisi keamanan yang belum sepenuhnya stabil serta tidak dapat diprediksi perkembangannya.

Untuk itu diperlukan penambahan pasukan yang khusus melakukan pengamanan bagi Satgas Kizi baik saat berada di camp, melakukan mobilitas maupun kegiatan di lapangan sesuai tanggung jawab Satgas sebagai pasukan Zeni yang memberikan dukungan bagi misi Minusca.

Menurut Dansatgas Kizi TNI KongaXXXVII-A/Minusca Letkol Czi Alfius Navirinda K. saat menyambut kedatangan ke-33 personel TNI, kekuatan pasukan tambahan disiapkan sebagai pengaman bagi personel yang melakukan tugas sebagai pasukan perdamaian yang melakukan pekerjaan sesuai AoR (Area of Responsibility) Kontingen Indonesia.

Dimana saat ini Kontingen Indonesia sedang melakukan beberapa pekerjaan di Ibu Kota CAR, Bangui serta di Region Bouar yang berjarak 567 Km dari Bangui.

"Unsur pasukan yang memperkuat pengamanan terdiri dari Kavaleri serta Tim Penjinak Bahan Peledak yang disertai dengan perlengkapannya, serta diperkuat dengan 4 buah Panser jenis Anoa dan peralatan penjinak bom yang akan didatangkan dalam waktu dekat," kata Letkol Alfius.

Lebih lanjut dikatakan, keberadaan personel pengaman hanya sebagai antisipasi dalam menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan yang bisa terjadi tanpa disangka-sangka terkait keamanan personel dan materiil.

"Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Kontingen Indonesia tetap mengedepankan ciri khas Pasukan Perdamaian Indonesia yang tampil elegan, ramah serta menunjukkan sikap bersahabat, baik kepada sesama kontingen UN juga kepada masyarakat sipil," kata Dansatgas.

Para Prajurit sampai saat ini masih dapat merebut dan memenangkan simpati dari penduduk setempat dimana pasukan berada dengan senyum, sapa dan upaya menghormati kearifan lokal tanpa mengesampingkan kewaspadaan dan disiplin yang tinggi dalam menghadapi situasi yang berkembang.

Hal ini juga merupakan manifestasi dari petunjuk dan arahan dari pimpinan saat Satgas akan diberangkatkan untuk melakukan tugas.(TRIBUNNEWS.COM)

Bakamla Resmi Gabung Satgas Anti-Illegal Fishing

BERGABUNG – Plt. Bakamla Laksdya Maritim Desi Albert Mamahit menerima kunjungan kerja Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Budi Bowoleksono beserta rombongan. Bakamla resmi bergabung dalam Satuan Tugas anti-illegal fishing. (Foto: Bakamla)
BERGABUNG – Plt. Bakamla Laksdya Maritim Desi Albert Mamahit menerima kunjungan kerja Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Budi Bowoleksono beserta rombongan. Bakamla resmi bergabung dalam Satuan Tugas anti-illegal fishing

Jakarta,  “Dengan masuknya Bakamla ke satgas ini, semoga pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal, tak terlaporkan, dan tak diatur dapat terkoordinasi dengan baik,” ujar Indroyono di Jakarta.

Indroyono mengatakan, TNI AL telah memberikan 10 unit kapal kepada Bakamla untuk beroperasi. Nantinya, Bakamla akan mengawasi perairan di Indonesia mulai di titik 200 mil dari pesisir untuk menjaga lautan Nusantara.

“Penyidik, di mulai dari jarak 0 hingga 12 mil itu tugas Kementerian Kelautan Perikanan, 12 hingga 200 adalah tugas Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, dan TNI AL melalui Bakamla akan mengawasi diluar 200 mil,” jelas Indroyono.

Indroyono juga mengupayakan lahirnya Instruksi Presiden (Inpres) dalam hal penangkapan kapal ilegal dan melakukan inventarisasi terhadap kapal laut yang melaut, dalam jangka waktu minimal satu minggu ke depan.

“Kita galakkan program-program ini karena masalah illegal fishing bukan hanya masalah Indonesia, tetapi juga masalah global,” tegas Indroyono.

Berdasarkan data KKP, jumlah kapal asing yang ada di perairan Indonesia pada awal 2014 tercatat 1.128 unit. Pada akhir Desember 2014, jumlah tersebut turun menjadi 164 unit.

Jumlah kapal asing tersebut terdeteksi oleh sinyal Vessel Monitoring System (VMS) berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pemantauan Sistem Kapal Perikanan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan kementeriannya telah berhasil mengusir 90 persen kapal asing pencuri ikan di perairan Indonesia.

“Kami ngancam nenggelamin tujuh kapal, ribuan kapal pergi. Enggak perlu tembakin satu per satu untuk mengusir mereka,” tegas Susi.

Badan Keamanan Laut (Bakamla) resmi bergabung dalam Satuan Tugas anti-illegal fishing atas ajakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Indroyono Soesilo.

Sebelumnya, dua lembaga telah masuk ke dalam Satgas, yakni Kementerian Luar Negeri dan Kejaksaan Agung.(JMOL)

10-an Jet Tempur TNI AU Wira-wiri di Langit Jakarta Timur

 
 Foto: Ilustrasi 
 
Jakarta - Sekitar 10 jet tempur TNI terlihat mengudara di atas Pasar Gembrong, Cipinang, Jakarta Timur. Mereka terbang pelan dengan membentuk formasi arrow. Aksi ini memancing perhatian warga yang sedang terjebak kemacetan lalu lintas di kawasan itu.

Kadispen TNI AU Marsma Hadi Tjahjanto menjelaskan jet-jet temput itu sedang berlatih untuk acara sertijab Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang akan dilakukan Kamis (15/1/2015).

10 Pesawat jet itu terbang tak telalu tinggi. Deruan suaranya terdengar cukup kencang. Kecepatan jet ini tidak terlalu cepat, sehingga warga bisa melihat pesawat ini dengan jelas. Pesawat-pesawat ini melintas sekitar pukul 09.00 WIB, Rabu (14/1/2015).

"Setijabnya besok pukul 08.00 WIB di Halim, jadi sekarang latihan dulu," katanya.

Hadi mengatakan, beberapa pesawat yang akan tampil dalam acara tersebut adalah F-16 dan Hercules. "Kemungkinan Sukhoi juga akan ikut," katanya.

KSAU baru adalah Marsekal Madya TNI Agus Supriatna yang menggantikan Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia yang memasuki masa pensiun. Agus Supriatna dilantik pada Selasa 2 Januari 2015.(Detik)

AU di Tengah AD

X
Komodor Udara Ignatius Dewanto. Foto: public domain.
Dua perwira AU melerai pertempuran dua pasukan AD di "rumahnya" Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma.

 
PAGI, 2 Oktober 1965. Pilot Komodor Udara Ignatius Dewanto dan kopilot Kapten Udara Willy Kundimang mendaratkan Cessna L-180 tanpa pemandu di Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Halim Perdanakusuma. Setelah memarkir pesawat, keduanya turun.

Tiga anggota Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) –kini Komando pasukan Khusus atau Kopassus– menghampiri sembari menodongkan senjata AK-47. Begitu tahu mereka berhadapan dengan seorang perwira tinggi, mereka segera memberi hormat. Setelah menjelaskan tujuannya, mereka minta izin melucuti senjata –kecuali Dewanto.

Toto, sapaan akrab Dewanto, dan Kundimang tak melawan sesuai perintah Laksda Sri Moelyono Herlambang, petinggi AU yang menjadi menteri negara tanpa portofolio dalam Kabinet Dwikora I, agar sedapat mungkin menghindari kontak senjata.

Kelima orang tersebut lalu menuju hangar dan bergabung dengan prajurit Yon-1/RPKAD lainnya. Tuan rumah menjamu dengan ramah. Maklum, banyak di antara mereka saling kenal dan pernah menjalani operasi militer bersama dari Trikora hingga konfrontasi Indonesia-Malaysia. Di tengah obrolan santai, terdengar rentetan senjata. Baku tembak terjadi antara pasukan Batalyon 454 Banteng Raiders dan RPKAD.

Wakil komandan Yon 454 Kapten Inf. Koentjoro mendapat perintah dari atasannya, Mayor Sukirno, untuk mempertahankan Halim dan tak boleh ada pasukan manapun masuk kecuali AU. Di sisi lain, RPKAD di bawah Kolonel Inf. Sarwo Edhie diperintahkan Pangkostrad Mayjen Soeharto untuk menduduki Halim. Perintah itu keluar menyusul kekhawatiran Soeharto akan terjadinya serangan AU terhadap Makostrad. Dalam pandangan Soeharto, AU mendukung G30S pimpinan Letkol Untung.

“Kalau pertempuran itu kita biarkan, habis Halim. Kamu tahu Willy, di Halim ada aset negara yang sangat berharga, yaitu pesawat. Selain itu banyak keluarga AURI,” kata Toto kepada Kundimang, sebagaimana dimuat dalam Menyingkap Kabut Halim 1965 yang disunting Aristides Katoppo.

Toto dan Kundimang berinisiatif melerai. Dengan jip Nissan Patrol, mereka menembus hujan peluru menuju posisi pasukan Raiders. Kundimang menemui Koentjoro dan memintanya menghadap Toto. Koentjoro sempat marah. Setelah dijelaskan Jenderal Dewanto ingin bertemu untuk menyelesaikan pertempuran, Koentjoro mengajak dua anak buahnya.

Di depan Dewanto, Koentjoro menjelaskan alasan penempatan pasukannya di Halim. Toto mengapresiasi profesionalitasnya, tapi memerintahkan Koentjoro agar menahan tembakan. Pertempuran mereda.

Kundimang, dikawal seorang prajurit Pasukan Gerak Tjepat (PGT), lalu ditugaskan menyerahkan surat yang ditujukan untuk Sarwo Edhie. Berbekal kain putih sebagai lambang perdamaian dan pita merah-hijau di bahu kiri –tanda pengenal dari Raiders– Kundimang dan prajurit PGT berjalan ke tempat pasukan RPKAD.

Sesampai di sana, karena Sarwo Edhie masih dalam perjalanan ke Halim, mereka ditemui Mayor Inf. Goenawan Wibisono. Setelah menyerahkan surat, mereka kembali. Pita pengenal dari RPKAD tersemat di bahu kanan.

Di tengah penantian kedatangan Sarwo Edhie yang hampir sejam, dua dentuman keras tiba-tiba terdengar dan diikuti rentetan senjata. Pasukan Raiders bahkan melepaskan bazoka begitu melihat kedatangan panser Ferret Mk-1/1 dari arah RPKAD. Padahal panser itu berbendera putih dan dikirim untuk menindaklanjuti upaya perundingan. Koentjoro, atas perintah Toto, akhitnya memerintahkan pasukannya menahan tembakan.
Kundimang kembali ke posisi RPKAD. Goenawan mengatakan Sarwo Edhie minta Toto yang datang. Setelah mendapatkan pinjaman mobil, Kundimang menjemput Toto.

“Sebagai yang empunya Halim, saya akan menjemput tamu saya,” kata Toto.

Ketegangan sempat terjadi antara Toto dan Koentjoro yang bersikeras menjaga Halim. “Saya mengerti sikap Kapten, tapi untuk apa Kapten melaksanakan perintah dengan harus menutup pintu rumah saya?” kata Toto.
Toto dan Kundimang bertemu Sarwo Edhie yang setuju mengakhiri pertempuran. Maka, jip Kundimang dan Toto kembali ke posisi Raiders. Goenawan ikut bersama mereka. Sesampai di tujuan Koentjoro memberi hormat kepada Toto dan berpelukan dengan Goenawan. Koentjoro mengatakan kepada Toto bahwa dia akan menarik pasukan Raiders ke arah timur menuju Bekasi.

Pertempuran yang menewaskan seorang prajurit RPKAD itu, berhenti. (historia.co.id)

Kita Tetap Perlu Persenjataan Luar Negeri

 
Jokowi saat tinjau Pinda
Jakarta - Presiden Joko Widodo menyuntik dana tambahan modal Rp 700 miliar ke PT Pindad agar persenjataan dan kendaraan militer produksi Indonesia lebih hebat. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menanggapi hal itu.

"Presiden memberikan Rp 700 miliar untuk Pindad, ini mengindikasikan pemerintah memiliki semangat kuat untuk melahirkan, memperkuat industri militer dalam negeri," kata Moeldoko.

Pernyataan itu disampaikan Moeldoko saat diwawancarai wartawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (13/1/2015) pagi. Ia baru saja bertindak sebagai inspektur upacara pada gelar Operasi Penegakan Ketertiban dan Yustisi TNI 2015.

Moeldoko mengaku mendukung langkah Jokowi itu. Terkait persenjataan dan kendaraan militer, menurutnya, untuk kebutuhan tertentu saat ini memang cukup dibeli di dalam negeri.

"Tetapi untuk kebutuhan alutsista yang memiliki daya saing tinggi, dengan teknologi tinggi, kita masih tetap memerlukan persenjataan dari luar," imbuh Moeldoko.

Moeldoko mengatakan, persenjataan yang canggih diperlukan untuk menjaga dan mengamankan luasnya wilayah Indonesia. Saat berada di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, meninjau proses evakuasi AirAsia QZ8501, ia juga telah mengungkapkan ketertarikannya terhadap kendaraan militer milik Amerika Serikat dan Rusia.

"Kalau kita melihat perlengkapan-perlengkapan militer luar yang canggih, ya pasti. Itu bukan hanya saya, kepala staf angkatan yang ngiler, semuanya juga ngiler," jelas jenderal bintang empat itu seraya tertawa.(Detik)

Kapal perang Indonesia mulai dilirik negara tetangga


Kapal perang Indonesia mulai dilirik negara tetangga
Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter pesanan TNI AL di Dermaga ShipLift Divisi Kapal Perang PT PAL Indonesia (Persero), 
 
Jakarta- "Produk anak bangsa kini mulai diperhitungkan di negara lain. Ini tidak asal ngomong, soalnya Myanmar juga sudah menyampaikan ketertarikan," kata Firmansyah di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman di Jakarta, Selasa.

Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero) M. Firmansyah Arifin mengaku bangga karena kini kapal perang Indonesia mulai dilirik oleh sejumlah negara tetangga, setelah berhasil mengekspor ke Filipina.

Indonesia, melalui perusahaan pelat merah galangan kapal yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur, itu telah berhasil mengekspor dua kapal perang tipe "strategic sealift vessel" (SSV) kepada Kementerian Pertahanan Filipina.

Menurut Firmansyah, dua kapal perang berukuran panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter itu merupakan alat utama sistem senjata (alutsista) pertama yang diekspor Indonesia ke negara lain. Pengiriman kapal pertama sudah dilaksanakan dengan kontrak 28 bulan sementara kapal kedua sekitar 36 bulan.

BUMN itu memenangkan tender internasional senilai 90 juta dolar AS melawan tujuh perusahaan di antaranya Korea Selatan.

"Kita menang karena pengalaman. Pasalnya militer Filipina ingin yakin bahwa kapal yang dipesan itu sudah dipakai di negara kita," ujarnya menambahkan jika kapal sejenis juga digunakan di dalam negeri di antaranya KRI Banda Aceh yang membantu evakuasi ekor pesawat AirAsia yang mengalami kecelakaan.

Sesuai dengan peraturan pemerintah, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) kapal perang yang diekspor itu menurut Firmansyah sudah memenuhi regulasi yakni 30-35 persen.

Ia juga menjamin pelat besi untuk kapal perang yang dibangun selama dua tahun itu 100 persen menggunakan produk buatan lokal dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Firmansyah berharap, dengan suksesnya ekspor kapal perang ke Filipina itu bisa mengundang investasi serupa dari negara lainnya. Menurutnya, tahun ini ada rencana Pakistan, Brunei Darussalam dan Thailand berencana untuk membeli kapal buatan Indonesia.

"Januari ini dari Pakistan akan datang untuk melihat. Tapi mereka buka mencari SSV melainkan kapal cepat rudal (KCR)," tuturnya. (ANTARA News)

Mabes TNI Selidiki Aksi Demo 50 Prajurit di Papua karena Tunjangannya Disunat

Jakarta - Mabes TNI menyelidiki aksi demo 50 prajurit TNI di Puncak Jaya, Papua. 50 Prajurit ini berunjuk rasa karena uang tunjangan lauk pauk dan pengamanan mereka disunat. Para prajurit ini ingin agar uang mereka Rp 500 ribu yang dipotong dikembalikan.

Aksi unjuk rasa terjadi Senin (12/1) pagi. Akhirnya aksi mereka reda setelah perwira di Kodim meminta maaf dan melakukan dialog. Uang yang dipotong pun dikembalikan. Namun para prajurit ini ingin bertemu Pangdam Cendrawasih dan menyampaikan keluh kesahnya.

Maklum saja kawasan Puncak Jaya rawan pelaku kekerasan bersenjata, tentu akan sangat miris bila tunjangan anggota TNI disunat.

"Kami masih mengumpulkan informasi soal ini," kata Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya, Selasa (13/1/2015).

Fuad menjelaskan, Mabes TNI masih melakukan pendalaman kasus ini. Prajurit tak boleh berunjuk rasa, demikian juga komandan tak boleh menyunat hak anak buahnya.

"Sedang kami dalami dan kami panggil, baik Dandim dan prajuritnya. Nanti kalau sudah jelas akan kami sampaikan lebih lengkap," tutup Fuad.(Detik)

Pesawat T50i Golden Eagle Lanud Iswahjudi Meriahkan Sertijab Kasau

Foto- Pesawat T-50i Golden Eagle, taxi menuju landasan pacu, siap berangkat menuju Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.  (penlanud Iswahjudi).
Foto- Pesawat T-50i Golden Eagle, taxi menuju landasan pacu, siap berangkat menuju Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. 
 
MAGETAN – Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T., M.D.S., melepas kebarangkatan 12 pesawat T-50i Golden Eagle menuju Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15, Letkol Pnb Marda Sarjono.

Keduabelas pesawat T-50i Golden Eagle dari Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi tersebut nantinya akan melaksanakan terbang formasi (fly pass), pada pelaksanaan serah terima jabatan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), dari Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia kepada Marsdya TNI Agus Supriatna, yang rencananya akan dilaksanakan pada hari Kamis (15/1/15), di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

Pada kesempatan tersebut, Kadisops Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Azhar Aditama DJ, S.Sos., terbang bersama Komandan Skadron Udara 15, Letkol Pnb Marda Sarjono, dan Kadispers Lanud Iwj, Letkol Pnb Irwan Pramuda, terbang bersama Mayor Pnb Gultom, terbang menuju Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, sedangkan ground crew yang terlibat didukung dengan menggunakan pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma. (Pos Kota)

dokter 'gila' nekat gabung Kopaska

Kisah dokter 'gila' nekat gabung Kopaska

Kopaska. 
 

Demi melahirkan personel Komando Pasukan Katak (Kopaska) yang tangguh, proses pendidikan dilaksanakan tak kenal ampun. Semacam jenis atribut maupun tanda kepangkatan dilepas. Terlebih, nama asli dibuang, diganti nama sandi.

Seperti halnya Letnan Kolonel (K) dr Iswanto yang mendaftarkan diri untuk bergabung dalam Pasukan Katak TNI AL. Iswanto adalah salah satu perwira spesial yang dimiliki Kopaska.

Kala masih duduk di sekolah dasar, Iswanto mencita-citakan menjadi seorang dokter. Namun, ketika beranjak sekolah menengah atas berkembang menjadi dokter tentara.

Tepatnya pada tahun 1989, Iswanto resmi menjadi tentara melalui jalur sekolah perwira wajib militer (Sepawil). Dia langsung bekerja di Dinas Kesehatan Komando Armada RI Kawasan Barat. Tugas yang diemban pertamanya, membantu kegiatan Kopaska di Pulau Damar, Kepulauan Riau.

Akan tetapi, hal yang menarik dikenang Iswanto mengikuti kegiatan lapangan Kopaska seperti renang, selam, heli jump dan lari. Karena hal ini, ia sampai menerima cap sebagai 'Dokter Paska'.

Bahkan pada tahun 1991, Iswanto mengajukan permohonan masuk Kopaska, walaupun tidak ada panggilan untuk pendidikan. Sampai akhirnya keinginannya menjadi 'Frogman' menjadi kenyataan. Alhasil, dia pun berkantor di Pondok Dayung, Tanjung Priuk setelah dilantik menjadi prajurit Kopaska tahun 1998.

Kemudian kariernya cukup cemerlang dengan langsung dipercaya menjadi Komandan Detasemen, Pasi Intel dan Pasmin Satpaska. Julukan 'Dokter Gila' pernah identik dengan dirinya, melihat keputusannya menjadi perwira Kopaska.

Iswanto juga pernah ditugaskan ke luar negeri dengan bergabungnya ke Kontingen Garuda XX tahun 2007 di Kongo dan Kontingan Garuda XXII tahun 2010 di Lebanon.

Atas pencapaian yang diraihnya, Iswanto hanya berucap syukur. "Minimal ada yang bisa dibanggakan keluarga dari diri saya." ujarnya seperti dikutip dalam buku 50 tahun emas satuan komando pasukan katak.

Setelah menjadi perwira TNI AL, Iswanto juga mulai mengenal sosok Pahlawan Nasional John Lie. "TNI AL itu sangat terbuka, tanpa melihat latar belakang seseorang," ucapnya yang terlahir dengan nama Oey Tiong Hian ini.(Merdeka.com)

enampakan Kapal Pencuri Ikan Terbesar Sepanjang Sejarah RI

//images.detik.com/content/2015/01/12/4/haifa1.jpg
Jakarta Kapal berbendera Panama itu disebut-sebut sebagai kapal illegal fishing terbesar sepanjang sejarah yang pernah ditangkap pemerintah Indonesia. Biasanya rata-rata kapasitas kapal illegal fishing yang berhasil ditangkap hanya berkapasitas 200-500 GT.

"MV Hai Fa adalah kapal tangkapan terbesar dengan kapasitas paling besar yang pernah ditangkap dalam sejarah," kata Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Asep Burhanudin saat berdiskusi dengan media di Gedung Mina Bahari III, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Senin (12/01/2015).

Asep menjelaskan kapal MV Hai Fa secara keseluruhan berbobot mati 4.306 GT. Kapal ini ditangkap saat merapat di Pelabuhan Wanam, Kabupaten Merauke, Sabtu (27/12/2014) lalu.

Kapal besar ini menurut Asep diduga telah berlayar tanpa Surat Layak Operasi (SLO) dan diawaki oleh 23 anak buah kapal, semuanya berkewarganegaraan Tiongkok.

Muatan kapal berupa ikan campuran dan udang diketahui sebanyak 900.702 kg terdiri dari ikan beku 800.658 kg dan udang beku 100.044 kg yang dimiliki PT Avona Mina Lestari dan rencananya akan diekspor ke Tiongkok.

Asep menambahkan sebelumnya MV. Hai Fa telah memiliki dokumen Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK) Kedatangan dari Pengawas Perikanan di Satker PSDKP Avona, tanggal 18 Desember 2014 dan HPK Keberangkatan pada tanggal 19 Desember 2014, namun Pengawas Perikanan menyatakan bahwa kapal tersebut dinyatakan tidak layak operasi karena keseluruhan ABK berkewarganegaraan asing, sehingga tidak diterbitkan SLO.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, selain tidak memiliki SLO kapal tersebut juga tidak mengaktifkan transmitter Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (Vessel Monitoring System/VMS) selama pelayaran dari Avona ke Wanam, Papua.

Saat ini kapal MV. Hai Fa berada di Lantamal IX Ambon setelah ditarik dengan menggunakan KRI. John Li-358, yang tiba di Ambon tanggal 1 Januari 2015.

Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa MV. Hai Fa diduga kuat telah melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 42 ayat (3), Pasal 43, Pasal 7 ayat (2) huruf d, dan Pasal 7 ayat (2) huruf e, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Pasal 42 ayat (3) menyatakan setiap kapal perikanan yang akan berlayar melakukan penangkapan ikan dan/atau pengangkutan ikan dari pelabuhan perikanan wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang dikeluarkan oleh syahbandar di pelabuhan perikanan.

Pasal 43 menyatakan setiap kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan wajib memiliki surat laik operasi kapal perikanan dari pengawas perikanan tanpa dikenai biaya. Selanjutnya Pasal 7 ayat (2) huruf d, menyebutkan setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengenai persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan.

Sedangkan Pasal 7 ayat (2) huruf e, menyebutkan setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengenai sistem pemantauan kapal perikanan.

Untuk selanjutnya terhadap tersangka dan barang bukti berupa kapal dan ikan yang diangkut akan dilakukan proses hukum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

"Sekarang lagi diproses dan diverifikasi. Penenggelaman atau tidak itu ada di kewenangan TNI AL. Kapalnya besar sakali," jelas Asep.(Detik)