Pages

Saturday, 29 December 2012

Joint Project IFX KFX Bakalan Berujung pada Kegagalan !!!!

13566997212105945558
source : thediplomat.com

Impian negeri ini untuk segera memliki pengetahuan dan kemampuan meracik Pesawat Tempur canggih sepertinya memang penuh Rintangan berat. Kerja sama Indonesia dan Korea Selatan dalam Proyek IFX/KFX untuk membangun dan memproduksi Jet tempur generasi 4.5 kandas sudah. Potensi kegagalan proyek KFX menyeruak ketika muncul berita tentang pemotongan anggaran oleh Pemerintah Korea Selatan untuk proyek KFX ditahun 2013. 
Alasan pemotongan ini dikabarkan karena dua hal yakni Perkembangan ancaman dan keamanan Regional yang makin mengkhawatirkan, serta Mundurnya Turki sebagai salah satu penyadang dana. Langkah Seoul emang cukup beralasan, rentang waktu untuk merealisasikan pesawat KFX sangat lama dilain pihak ketika Korea masih sibuk merancang pesawat KFX, negara2 tetangganya telah memiliki pesawat yang lebih modern seperti F35 USA, J20 China, T50 Pakfa Rusia, ATD-X Jepang dan ancaman dari rival abadinya Korea Utara yang berhasil meluncurkan Roket Balistik Peluncur Satelit Unha-3, dan tentunya bisa dilengkapi dengan kepala nuklir.

Meski begitu, proyek ini masih menampilkan sedikit Kabar baik. Walau anggaran proyeknya dikurangi dan kehilangan penyandang dana lain, belum ada kabar resmi tentang pemberhentian total dan pembatalan proyek IFX/KFX oleh Korea Selatan dan Indonesia, artinya Proyek ini masih bisa jalan meskipun tak secepat yang dari  diharapkan. Bagi kedua Negara, Proyek IFX/KFX bukanlah proyek sembarang, bukan hanya untuk menciptakan Pesawat Canggih melainkan sebuah proyek prestisius yang penuh dengan kebanggaan, Kebanggaan Nasional. Bila Proyek ini sukses, rakyat kedua Negara juga pasti bahagia dan bangga terhadap negaranya, itu bila dilihat dari sisi dalam, dari sisi luar alias dunia internasional, keberhasilan IFX/KFX bakal meningkatkan image/citra dan nilai politis kedua Negara.
Back to the Point, Seandainyapun Proyek KFX memang benar2 akan dihapuskan, Pemerintah Indonesia masih memilki alternative lain, yakni anggaran untuk proyek KFX dialihkan untuk membangun sendiri pesawat tempur sambil mencari mitra Negara lain untuk membantu proses alih teknologi (TOT) atau anggarannya digunakan untuk membeli pesawat tempur lagi biar menambah jumlah armada udara TNI AU, Berikut rincian analisa ane , Bila kedua pilihan tersebut diambil Pemerintah dan contoh pilihan jet fighter pengganti IFX :
A. Membangun Pesawat Sendiri
Bila pilihan ini yang ambil, kemandirian dalam membuat pesawat tempur bukan hal yang mustahil hanya saja mesti melalui proses bertahap  dan tentu saja bantuan dan bimbingan dari pihak lain yang udah mahir membuat  pesawat tempur. Negara kita masih tetap memerlukan adanya alih teknologi dari Negara produsen pesawat tempur, hanya saja akan seperti apa bentuk bantuan dan alih teknologi itu, berikut pilihannya :
  1. melalui mekanisme beli baru gratis bikin sendiri seperti pembelian 3 Kapal selam Changbogo dari Korsel, 2 dibuat di Korea, 1 dibuat di PT PAL Surabaya. Mekanisme seperti ini udah berhasil diterapkan PT PAL saat berhasil membangun sendiri LPD KRI MAKASSAR-590 dari Daewoo Shipbuilding.

  2. Jadi Negara perakit, Kita berusaha  mendapatkan kepercyaan untuk menjadi perakit atau mendapat lisensi untuk merakit beberapa komponen pesawat tempur Negara pembuat. Sehingga pelan2 kita bisa melakukan Reserve Engineering dari proses perakitan tersebut atau bisa juga rela memberikan dana besar kepada Negara produsen agar mau memberikan Lisensi pada Indonesia untuk membuat produk pesawat tempurnya. Tapi untuk hal ini dari sisi biaya, bisa menguras abis anggaran yang ada, jadi singkatnya kurang ekonomis.

  3. Indonesia melaui PT DI sementara mengembangkan sendiri pesawat tempur yang lebih sederhana fungsinya buat latihan dan batu loncatan pengembangan selanjutnya. Urusan dapur pacu bisa membeli dulu mesin nya dari luar, karena urusan mesin biasanya jauh lebih kompleks. Desain pesawat masih menganut kitiran pun tak masalah,  kompenen lain seperti radar, panel instrument, dll juga sama. Sementara beli dulu dari luar.
So, Untuk pilihan pertama ini pada intinya Pemerintah Indonesia gak perlu melakukan hal yang muluk-muluk, awali dulu dari tahap yang paling sederhana, pokoknya apa saja yang masih bisa kita kerjakan untuk saat ini. Klo terlalu Idealis untuk segera langsung bisa bikin mainan sekelas F16 atau sukhoi kapan selesainya? So emang cukup awali dlu dari apa yang bisa Indonesia lakukan sekarang dan just do it.
B. Membeli Jet Tempur baru
Nah klo lebih simple keliatannya, cukup anggaran Proyek KFX dialihkan untuk membeli Jet tempur baru biar jumlah armada udara TNI AU meningkat, jenisnya? Sesuaikan aj dengan budget dan kebutuhan TNI AU, selain itu proses pembeli ini juga bisa jadi senjata tawar Indonesia untuk meminta adanya alih Teknologi (ToT) sebagai imbal balik dari pembelian ini.  Pilihan pesawat baru untuk TNI AU antara lain :
  1. Sukhoi SU 35, mantab neh, Gahar di udara potensi dapat TOT nya gede.

  2. J10 B, Ekonomis harganya, kembarannya masih dikit.

  3. Dassault Rafale, susah minta TOT nya, barang g laku di pasar jet tempur.

  4. JAS Gripen NG, belum tentu ada TOT nya.

  5. F35,  keren, tp musti jadi budak Amrik dulu.
Klo Pilihan B terpaksanya kita membeli produk dari Rusia atau China dengan segala Kelebihan dan kekurangannya, yang penting bisa beli ketengan n dapat TOT.
At, least. Tentunya kita semua Rakyat Indonesia berharap agar kelangsungan proyek IFX/KFX tetap terlaksana dengan baik, nilai Ekonomis, Politis dan Teknologi yang didapat dari proyek ini bila berhasil sangat besar impactnya. So, kita berdoa saja Indonesia bisa bikin pesawat tempur yang bikin Negara tetangga ngiler stadium 7 dan gak bisa tidur semalaman.
 
Sumber :  kompasiana

Semakin Dekat Dengan Kapal Selam





Tak lama lagi, kejayaan Hiu Kencana akan kembali. Cakra dan Nanggala tak lama lagi akan mendapat teman, seiring dengan makin nyatanya rencana kerjasama PT PAL dengan galangan DSME Korea Selatan berdasar skema JOA (Joint Operations Agreement).

Berdasarkan kunjungan Wamenhan ke PT PAL pada 28 Desember 2012 lalu, sudah mulai ada sedikit sinar terang mengenai perkembangan proyek kapal selam Type-209 DWT 1.400 ton untuk TNI-AL. Dari kontrak awal sebanyak 3 kapal selam, dirinci bahwa kapal selam I dan II akan dibangun di galangan DSME, sementara untuk kapal selam ketiga modulnya akan dibangun oleh DSME, sementara final joint (penyambungan antar modul/ segmen) akan diselesaikan oleh PT PAL.




Mengingat krusialnya proses tersebut, maka proses ToT (Transfer of Technology) menjadi sangat penting. Apalagi PT PAL belum pernah melakukan rekayasa rancang bangun kapal selam sebelumnya. ARC sebelumnya memberitakan bahwa PT PAL telah menyiapkan sejumlah tenaga kerja yang akan melakukan OJT (On Job Training) ke DSME.

Tak tanggung-tanggung, 416 orang teknisi PT PAL akan dikirim untuk melakukan observasi dan belajar pada saat kapal selam I dan II dibangun di DSME, lebih banyak dari jumlah 186 yang diberitakan sebelumnya. Bagi yang sedang mencari lowongan pekerjaan dan memiliki kualifikasi teknik khususnya desain dan produksi, ada kabar gembira. PT PAL masih membutuhkan 254 orang tenaga kerja baru untuk engineering, technician/ foreman, dan worker.

Untuk menyiapkan sejumlah orang dan fasilitas produksi yang diperlukan untuk memproduksi kapal ketiga ini dibutuhkan anggaran sebesar US$ 215,2 Juta, yang terbagi USD 29,8 juta untuk manpower, USD 149,9 juta untuk fasilitas dan perlengkapan produksi yang meliputi 11 workshop, 8 instalasi, perlengkapan produksi dan ujicoba.
Lebih jauh lagi, PT.PAL juga sudah menyiapkan lokasi tempat pembangunan  kapal selam III. Lokasi yang disiapkan itu berada di Sektor B Galangan PT.PAL.




Apabila semua pihak berkomitmen untuk mendukung proses ini, PT PAL sejak jauh hari sudah menyatakan sanggup untuk menyiapkan segala aspek teknis dalam rangka pembangunan kapal selam ketiga. Komitmen tersebut dibutuhkan untuk menjaga agar kapal selam U-209 DWT 1.400 ton ini dikerjakan sesuai dengan jadwal, yaitu kapal I selesai pada 2016, kapal II pada pertengahan 2017, dan kapal III pada pertengahan 2018. Mari sama-sama kita doakan bersama agar kejayaan Hiu Kencana bisa kembali.

Sumber : arc

Friday, 28 December 2012

Perkuat Infrastruktur Kapal Perang

Desain KCR 60 (Incoherrent)
WAKIL Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin meminta PT PAL Indonesia untuk memperkuat infastruktur devisi kapal perang. Sebab penyertaan modal negara ditujukan untuk memperkuat infrastruktur divisi kapal perang.

“Secara keseluruhan PT PAL sudah bangkit dengan aktifitas yang cukup padat, tetapi secara khusus saya meminta perhatian untuk memperkuat infrastruktur divisi kapal perang,” kata Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin saat kunjungan kerja ke PT PAL Indonesia, di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (28/12).

Dalam kunjungan tersebut, Wamenhan meninjau langsung proses dan kesiapan pembuatan kapal perang untuk TNI Angkatan Laut seperti kapal perusak kawal rudal (PKR), tugboat, kapal cepat rudal (KCR) dan persiapan produksi kapal selam ketiga di PT PAL Indonesia.

Pada kesempatan itu, Direktur Produksi PT PAL Indonesia, Edy Widarto sempat melaporkan kepada Wamenhan mengenai persiapan pembuatan sejumlah kapal perang yang dipesan oleh TNI Angkatan Laut.

Wamenhan menekankan pentingnya alih teknologi dalam pembuatan kapal selam. Dalam rangka alih teknologi, menurut Sjafrie, pemerintah telah menetapkan untuk membeli dua kapal selam dari Korea Selatan, yang pembuatannya berlokasi di Korea Selatan dengan melibatkan tenaga dari Indonesia. Sedangkan satu unit kapal selam merupakan bagian daripada Pusat Alih Teknologi Kapal Selam yang pembuatannya dipusatkan di PT PAL Indonesia, Surabaya dan ini akan terjadi pada tahun 2016.

Untuk tujuan itu, Sjafrie mengingatkan perlu persiapan dan alokasi anggaran serta manajemen alih teknologi alutsista strategis. Dengan adanya UU Industri Pertahanan maka seluruh transfer of technology (ToT) Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) strategis yang diperlukan baik oleh matra darat, laut dan udara diangkat ke tingkat nasional yang dikendalikan oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).

“Ini merupakan proyek nasional. Oleh karena itu membutuhkan persiapan-persiapan. Pemerintah sejak tahun 2011-2012 dan akan meluncur ke tahun 2013 telah menyediakan anggaran yang disebut penyertaan modal negara kurang lebih Rp 1,2 triliun. Dan, ini yang pertama digunakan untuk mempersiapkan infrastruktur devisi kapal perang khususnya ToT kapal perusak kawal rudal yang juga bagian daripada ToT,” kata Sjafrie.

Menurut Sjafrie, pemerintah juga sedang memikirkan untuk mengalokasikan anggaran kurang lebih US$ 150 juta untuk kebutukan infratruktur kapal selam. Wamenhan selaku Sekretaris KKIP mengingingkan bahwa PT PAL Indonesia betul-betul serius dan telaten untuk mengelola alokasi anggaran yang diberikan dalam rangka memperkuat infrasrtuktur divisi kapal perang.

Sjafrie menjelaskan terhitung mulai tahun 2013, Ketua KKIP adalah Presiden dan beranggotakan 10 menteri, termasuk Panglima TNI dan Kapolri.

Sjafrie yang juga selaku Ketua High Level Committee dalam rangka mengendalikan dan mengawasi modernisasi peralatan militer yang dibebankan kepada PT PAL sebagai tindak lanjut dari keinginan pemerintah untuk modernisasi peralatan, menyampaikan bahwa industri pertahanan dalam negeri dialokasikan selama lima tahun sebesar Rp7,9 triliun. Anggaran itu digunakan baik oleh PT PAL, PT Pindad maupun PT DI serta industri dalam negeri lain yaitu swasta dalam rangka memasok kebutuhan TNI.

Sumber :  Jurnal

KSAL Briefing Perwira TNI AL Wilayah Timur


SURABYA:(DM) - MENGAWALI penugasan sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Madya TNI Dr. Marsetio, M.M, melaksanakan briefing kepada seluruh Perwira TNI Angkatan Laut sewilayah timur. Acara tersebut berlangsung di Gedung Serbaguna Graha Samudera (GSB) Bhumi Moro, Surabaya, Jumat (28/12).





Acara tersebut juga dihadiri oleh para Panglima Komando Utama (Pangkotama) TNI AL, para Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) di jajaran Koarmatim serta Pamen dan Pama TNI AL sewilayah timur.

Acara diawali dengan laporan kesiapan oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Curiculum Vitae atau riwayat hidup KSAL oleh Pangarmatim.

Dalam pengarahannya, Marsetio menyampaikan empat hal yang menjadi Pedoman Pembangunan TNI Agkatan Laut. Pertama, melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.

Kedua, melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah serta melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut dan melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.Menurutnya, perkembangan lingkungan strategis yang dinamis dan sulit diprediksi serta berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan tugas dan pembangunan TNI Angkatan Laut, seperti perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut Cina Selatan, penyelesaian wilayah perbatasan yang berpotensi konflik, dan situasi kondisi nasional terkait perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga perlu penyesuaian untuk menjawab kecenderungan yang terjadi.

Ketiga, kebijakan dasar pembangunan TNI Angkatan Laut diarahkan menuju kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Force (MEF) dengan mengacu pada konsep pengembangan postur ideal TNI Angkatan Laut jangka panjang. Fokus perhatian dalam mewujudkan MEF adalah peningkatan kemampuan mobilitas TNI Angkatan Laut, peningkatan kemampuan satuan tempur (striking force) dan penyiapan pasukan siaga (standby force) untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya.

"Pembangunan MEF ini diimplementasikan dalam tiga Rencana Strategis (Renstra) sampai dengan tahun 2024, diproyeksikan pada pencapaian MEF yang mencakup organisasi, personel dan alutsista sesuai dengan alokasi anggaran pertahanan,” kata Marsetio melalui siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim yang diterima Jurnal Nasional, Jumat (28/12).

Sedangkan percepatan pencapaian MEF di bidang Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista), menurut Marsetio, diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya kritis dan tidak layak pakai, serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak.

Keempat, visi TNI Angkatan Laut yaitu terwujudnya TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani. Handal berarti dengan kekuatan yang ada disertai taktik dan strategi yang kita ciptakan, mampu melaksanakan tugas pokok yang diberikan. Sedangkan disegani berarti dihormati, dicintai sekaligus ditakuti.

Adapun Misi TNI Angkatan Laut, membina kekuatan dan kemampuan TNI Angkatan Laut yang berkelanjutan secara efektif dan efisien, menjamin tegaknya kedaulatan dan hukum, keamanan wilayah laut, keutuhan wilayah NKRI serta terlaksananya diplomasi Angkatan Laut dan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

Selain itu, mewujudkan personel TNI Angkatan Laut yang bermoral, profesional dan sejahtera, mewujudkan Angkatan Laut menuju kekuatan pokok minimum atau MEF, serta menjamin terlaksananya tugas-tugas bantuan kemanusiaan dan mewujudkan organisasi TNI Angkatan Laut yang bersih dan berwibawa.

 Jurnas

Indonesia Rencananya Tambah 10 Kapal Selam

Indonesia Rencananya Tambah 10 Kapal Selam

SURABAYA:(DM) -- Modernisasi alutsista TNI dilakukan secara serius untuk menunjung kekuatan sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan TNI, khususnya matra Angkatan Laut dalam menjaga perairan Indonesia.

"Rencana strategis jangka panjang, Indonesia akan membeli 10 kapal selam," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat berkunjung ke PT PAL, Surabaya, Jumat (28/12).

Untuk tahap awal, Indonesia akan memiliki tiga kapal selam hasil kerjasama pembelian dari Korea Selatan. Dua dibuat di sana, kata dia, satu kapal selam dibuat murni anak negeri di PT PAL mulai 2016.

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia, puluhan teknisi dikirim ke Negeri Ginseng untuk mendapatkan menimba ilmu transfer teknologi.

Targetnya nanti, kata Sjafrie, sepulangnya ke Indonesia mereka memiliki kemampuan untuk merawat dan membuat kapal selam yang menjadi alutsista ampuh dalam menjaga perairan Indonesia. "Karena memelihara dan membangun kapal selam tidak beda jauh."

Pihaknya paham untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum (MEF) membutuhkan dana besar dan dilakukan dengan perencanaan matang. Meski begitu, kalau melihat cetak biru yang pemenuhan alutsista hingga 2024, maka hal itu hampir dipastikan terwujud.

Sjafrie menjelaskan, pada awal pemerintahan SBY, anggaran belanja alutsista per tahun masih Rp 500 miliar. Sekarang, dana yang digelontorkan pemerintah mencapai Rp 8 triliun. Selain untuk memasuk kebutuhan senjata operasional prajurit, langkah membeli produk senjata lokal juga untuk membantu memulihkan kejayaan industri pertahanan dalam negeri.

"PT PAL sudah bangkit dan secara khusus mendapat penyertaan modal. Tapi mereka harus menguatkan divisi kapal perang yang terkenal dengan teknologi tinggi."Sekedar catatan, sejak beberapa tahun belakangan, banyak negara sudah menawarkan produk kapal selam, beberapa diantaranya adalah Rusia yang menawarkan Project 636 Varshavyanka, dan Amur Class Submarine 950/1650, sedangkan Jerman pernah menawarkan U214.*
Sekedar catatan, sejak beberapa tahun belakangan, banyak negara sudah menawarkan produk kapal selam, beberapa diantaranya adalah Rusia yang menawarkan Project 636 Varshavyanka, dan Amur Class Submarine 950/1650, sedangkan Jerman pernah menawarkan U214.*

Sekedar catatan, sejak beberapa tahun belakangan, banyak negara sudah menawarkan produk kapal selam, beberapa diantaranya adalah Rusia yang menawarkan Project 636 Varshavyanka, dan Amur Class Submarine 950/1650, sedangkan Jerman pernah menawarkan U214.*


Sekedar catatan, sejak beberapa tahun belakangan, banyak negara sudah menawarkan produk kapal selam, beberapa diantaranya adalah Rusia yang menawarkan Project 636 Varshavyanka, dan Amur Class Submarine 950/1650, sedangkan Jerman pernah menawarkan U214.*Sumber : dunia militer

2013, PT.PAL Serahkan KCR dan 2 Buah Tug Boat Pesanan TNI-AL


Di penghujung tahun 2012, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengunjungi galangan kapal nasional PT.PAL di Surabaya Jawa timur. Wamenhan rupanya ingin mengetahui progress pembuatan kapal perang pesanan TNI-AL. Seperti diketahui, sepanjang 2012, Kementrian Pertahanan telah memesan sejumlah kapal kepada PT.PAL. Diantaranya KCR-60, Kapal Tunda, Perusak Kawal Rudal serta kerja sama pembuatan Kapal Selam dengan Korea Selatan.


Untuk KCR-60M, progresnya boleh dibilang masih pada jalurnya. Namun, melihat presentasi yang diberikan oleh PT.PAL, progresnya justru lebih cepat dari yang direncanakan. Hingga bulan November 2012, kemajuan produksi telah mencapai 43 % lebih dari semula yang direncanakan 34,7%. Jika tidak ada aral melintang, pada desember 2013, KCR-60M sudah melaut.




Namun demikian ditemukan juga sejumlah kendala dalam pembangunan KCR-60M. Yaitu,  General Arrangement yang menjadi lampiran kontrak ternyata belum memenuhi opsreq TNI AL dan baru dapat disepakati pada bulan september 2012.

Lalu pada Maret s/d mei 2012 , baru diproses persetujuan BKI (biro klasfifkasi Indonesia) untuk gambar konstruksi kapal. Dan juga adanya permasalahan daftar kebutuhan pembelian steel plate & profil yang baru dapat dikonfirmasi oleh vendor (PT.KS  dan vendor LN), dengan jadwal kedatangan di PT. PAL INDONESIA bulan November dan Desember 2012.

Selain itu disarankan juga pengadaan combat system dapat diputuskan anggarannya, sehingga proses desain platform dan combat system dilakukan bersamaan.

 
 Sementara untuk kapal tunda, justru PT.PAL akan mengalami kemunduran jadwal serah terima. Awalnya, serah terima kapal pertama akan dilakukan pada bulan april 2013, dan terpaksa mundur hingga 15 juli 2013.

Permasalahannya adalah Steel Plate yang rencana awal menggunakan material stock ,ternyata pada saat Blasting painting terdapat beberapa cacat/ pitting. Sehingga harus diganti dengan pembelian steel plate baru . Plate pengganti mulai datang pada awal  Desember 2012 secara bertahap. selain itu, terdapat pula kesulitan untuk mendapatkan tenaga Sub kontraktor.

Namun demikian, pada proyek Tug Boat ini sudah terlihat bentuk kapalnya. Bagian haluan dan dek kapal sebagian sudah selesai dibuat.


 
Sumber : ARC

Kapal Perang Pesanan Pemerintah di PAL Bakal 'Molor'

F07e60668a358ea8ced416e2a6356375
Kapal Cepeat Rudal Yang Dipesan Pemerintah (Foto: Istimewa)

itoday - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin mengungkapkan kemungkinan pesanan dua unit tugboat serta tiga unit kapal cepat rudal ke PT PAL akan mundur dari jadwal yang dimintakan. Padahal pesanan sudah dilakukan sejak dua tahun lalu dengan biaya sekitar Rp 500 miliar.

"Saya melihat prosesnya lambat karena perencanaan oleh pejabat yang lama tidak cermat. Mungkin penyelesaiannya akan meleset dari target pada 2013," kata Sjafrie saat meninjau pembuatan kedua kapal tersebut di galangan PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, Jum’at (28/12).

Meskipun demikian, dirinya tetap berharap agar target waktu pengiriman kedua kapal tersebut pada 2014 tidak meleset. Bekas Panglima Kodam Jaya itu juga menginginkan proses penuntasan kedua kapal itu tidak mempengaruhi pengiriman yang telah disepakati.


"Sebab kapal itu merupakan bagian dari proses modernisasi peralatan Tentara Nasional Indonesia," kata Sjafrie.

Selain kedua jenis kapal pesanan tersebut, Sjafrie juga meninjau kesiapan PT PAL dalam pembuatan tiga unit kapal selam Chang Bo Go yang sedang dikerjakan bersama Korea Selatan. Menurut Sjafrie, satu di antara tiga kapal selam itu nantinya akan dikerjakan di galangan kapal milik PT PAL.

"Kedatangan saya ke sini juga dalam rangka melihat persiapan pembangunan galangan kapal selam itu," ujarnya.

Direktur Utama PT PAL M. Firmansyah Arifin mengatakan, proses penggarapan tugboat dan kapal rudal cepat tidak meleset dari target. Ia optimistis pengerjaannya akan tuntas sesuai waktu. Sebab selain kontrak jangka panjang sudah di tangan, materialnya pun sudah tersedia.

"Saya memahami pernyataan Wakil Menteri Pertahanan itu sebagai cambuk bagi kami agar bekerja keras merampungkan kapal itu," kata Firmansyah.*

Sumber : itoday

Thursday, 27 December 2012

Indonesia luncurkan roket tiga digit tahun depan

Indonesia Segera Luncurkan Roket Berdaya Jangkau 900 KM

Jakarta (ANTARA News) - Indonesia siap meluncurkan roket tiga digit atau roket berdaya jangkau 100 km-900 km pada 2013 untuk memperkuat sistem persenjataan negara.

"Tahun depan kita akan mulai menguji statis maupun uji dinamis roket berdaya jangkau tiga digit," kata Asisten Deputi Menteri Riset dan Teknologi bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis Goenawan Wybiesana pada Evaluasi Akhir Tahun di Jakarta, Kamis.

Untuk tahap awal, ujarnya, lebih dulu dikembangkan roket balistik berdaya jangkau 100 km dengan kaliber 350 mm sebanyak 10-20 unit, kemudian dilanjutkan dengan roket balistik kaliber berikutnya, disusul roket kendali.


Kementerian Ristek sebagai bagian dari konsorsium roket, turut mendanai proyek tersebut sebesar Rp10-15 miliar pada 2013. Selain Kemristek, konsorsium roket beranggotakan PT Pindad, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, Lapan, BPPT, LIPI, ITB UGM, ITS, dan lainnya.

Teknologi roket, ujarnya, dibangun dari empat kemampuan yakni teknologi material, teknologi sistem kontrol, teknologi eksplosif dan propulsi serta teknologi mekatronik yang seluruhnya sudah dikuasai.

Program roket nasional, ia menerangkan, telah dimulai sejak 2005 dengan mensinergikan berbagai lembaga terkait, dilanjutkan pembuatan desain awal dan uji prototipe serta pengembangan desain pada 2010.

Pada 2011, urainya, konsorsium roket ini meluncurkan freeze prototype 1 (prototipe jadi) yang setelah dibeli Kementerian Pertahanan dinamakan R Han 122 untuk dibuat menjadi massal melalui program 1.000 roket.

"R Han 122 ini memiliki kaliber 122 mm berdaya jangkau 15 km, lalu pada tahun yang sama, daya jangkaunya R Han 122 ditingkatkan menjadi 25 km dan pada 2012 R Han ditingkatkan lagi kalibernya menjadi 200 mm dengan daya jangkau 35 km," katanya.

Sebelum program roket untuk kepentingan pertahanan negara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah lama menguasai teknologi roket untuk kepentingan riset peluncuran satelit.

Sumber : ANTARA NWES

Tiga armada TNI AL tunggu revisi Peraturan Presiden


 Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono (tengah), menyematkan tanda jabatan kepada Kepala Staf baru TNI AL, Laksamana Madya TNI Marsetio (kanan), ketika upacara sertijab di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Kamis (27/12). Marsetio menggantikan pejabat lama, Laksamana TNI Soeparno. (FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat)

 ... revisinya sedang digodok... "
Surabaya (ANTARA News) - Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, mengatakan, rencana pemekaran tiga komando armada TNI AL masih harus menunggu selesainya revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI.

Saat ini ada dua komando armada TNI AL, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Barat dan Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur. Rencananya, akan dimekarkan dengan tambahan satu lagi, yaitu Komando Armada Indonesia di Kawasan Tengah.

"Perpres 10 itu sedang dikaji kembali untuk direvisi dan Presiden juga sudah menyetujui," kata Suhartono kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan Kepala Staf TNI AL, di dermaga Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur, Surabaya, Kamis.

Laksamana TNI Marsetio menggantikan Laksamana TNI Soeparno sebagai pucuk pimpinan TNI AL. Marsetio sebelumnya adalah wakil kepala staf TNI AL dan pernah menjadi asisten operasi panglima Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur.

Menurut Suhartono, pemekaran komando armada itu merupakan bagian validasi organisasi dari program pembangunan TNI AL untuk menjadi lebih profesional, handal dan disegani.

"Nantinya akan ada seorang panglima bintang tiga yang membawahi tiga komando armada, yakni timur, tengah dan barat. Mereka akan bertanggung jawab terhadap wilayah armada laut Indonesia yang cukup besar," katanya.

Akan tetapi, Suhartono tidak merinci kapan revisi Perpres tentang organisasi TNI tersebut akan selesai. "Sekarang revisinya sedang digodok," tegasnya.

Terkait pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista), ia menjelaskan bahwa Markas Besar TNI telah mencanangkan program pencapaian kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF), termasuk di TNI AL, bisa tercapai pada 2024.

"Saya harapkan pada 2014, program MEF di TNI-AL sudah mencapai sekitar 40 persen. Cetak biru pembangunan MEF sudah disusun dan pimpinan TNI-AL harus konsisten melaksanakan itu," tambahnya.

Saat menyampaikan amanat pada upacara sertijab, Laksamana Agus Suhartono menyatakan, dinamika penugasan TNI ke depan, khususnya TNI AL akan semakin berat dan komplek.

TNI AL akan dihadapkan pada tantangan tugas pembangunan kekuatan matra laut, pemberdayaan wilayah pertahanan laut, serta penegakan hukum dan pengamanan wilayah laut yurisdiksi nasional.

"Semua itu membutuhkan kesiapsiagaan seluruh jajaran prajurit TNI AL agar mampu menjawab setiap persoalan, tantangan dan ancaman terhadap kepentingan nasional yang berkembang," kata Suhartono.

sumber:Antara News

Wednesday, 26 December 2012

Ribuan Marinir Lepas Kasal di Surabaya

(Foto: Korps Marinir)

26 Desember 2012, Surabaya: Ribuan prajurit Korps Marinir melepas Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di Kesatrian Sutedi Senaputra Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Rabu.

Pelepasan Kasal yang dilaksanakan dalam Apel Khusus itu berlangsung cukup khidmat dan dihadiri Wakasal Laksamana Madya TNI Marsetio, para pejabat teras Mabesal, para Pangkotama TNI AL, dan Ketua Umum Jalasenastri Ny. Lilik Soeparno.

Di depan ribuan prajurit Korps Marinir, Kasal yang kelahiran Surabaya itu mengatakan apa yang dialaminya saat ini mengingatkan dirinya ke peristiwa dua tahun silam, tepatnya 2 Nopember 2010.

"Pada hari itu merupakan hari yang sangat bersejarah dalam perjalanan pengabdian saya di TNI AL. Pada hari itu dengan rasa bangga, saya diangkat menjadi warga kehormatan Korps Marinir, sebuah Korps yang begitu besar, Korps dengan sejarah pengabdian yang panjang dengan penuh warna," katanya.

Ia mengemukakan pada hari itu sangat bersejarah karena menjadi warga kehormatan Korps Marinir merupakan dambaan dan impian setiap perwira Angkatan Laut.

"Hari ini, saya berdiri di hadapan para prajurit Korps Marinir untuk terakhir kalinya sebagai pemimpin TNI AL, dengan diliputi rasa haru yang mendalam, tiba saatnya di acara parade perpisahan ini, saya selaku pemimpin TNI Angkatan Laut yang sekaligus sebagai warga kehormatan mohon diri dan mohon pamit," katanya.

Secara struktural, semuanya harus berpisah tetapi secara kultural dalam ikatan keluarga Korps Marinir, tentu tidak akan pernah terpisah.

"Selama hayat masih di kandung badan, saya masih tetap sebagai keluarga besar Korps Marinir. Walaupun hanya menjadi warga kehormatan, namun saya merasa menjadi prajurit Korps Marinir sejati," katanya.

Setelah purna tugas kelak, jika Korps memanggil, maka dirinya siap memakai helm, memanggul ransel, mengangkat senjata bersama-sama dengan prajurit Korps Marinir, mendarat di pantai musuh serta mengobrak-abrik pertahanan musuh yang mengancam kedaulatan NKRI, sebagai seorang petarung yang rela mengorbankan jiwa raga demi kejayaan Tanah Air tercinta.

Orang nomor satu di TNI AL itu mengatakan selama memimpin TNI Angkatan Laut telah menyaksikan betapa membanggakan sepak terjang prajurit Korps Marinir yang senantiasa hadir di setiap palagan, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan membawa panji-panji keberhasilan, kiprah yang demikian hebat membuat gentar lawan dan bakal lawan.

"Hasil gemilang dan membanggakan tersebut tentunya tidak terlepas dari kerja keras, keikhlasan dan kebersamaan yang menjadi jatidiri Korps Marinir serta telah terpatri dalam diri prajurit baret ungu. Semuanya melahirkan keyakinan dalam diri saya bahwa Korps Marinir akan mampu menghadapi seberat apapun tantangan tugas di masa mendatang," katanya.

Dalam kesempatan itu, Laksamana TNI Soeparno menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas loyalitas, dedikasi dan pengabdian serta dukungan yang tulus selama ini.

"Sebelum kaki ini melangkah meninggalkan Ksatrian Marinir Sutedi Senaputra yang penuh wibawa ini, perkenankan saya menyampaikan ungkapan tulus dari jiwa keprajuritan yang telah terpatri selama menjadi perwira Angkatan Laut bahwa kalian adalah prajurit-prajuritku yang sungguh hebat dan mengagumkan, terima kasih atas semianya," katanya.

Setelah Apel Khusus itu usai, acara dilanjutkan dengan tradisi pelepasan. Kasal beserta Ny Lilik Soeparno didampingi Dankormar Mayor Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington dan Ny. Mediastuti Faridz Washington menuju lapangan apel untuk melaksanakan prosesi pelepasan yang diawali dengan pengalungan bunga oleh Putra-putri prajurit Marinir kepada Kasal dan Ny. Lilik Soeparno.

Selanjutnya, Kasal beserta Ny. Lilik Soeparno menaiki BTR-50 dengan dilepas oleh ribuan prajurit Korps Marinir dan Jalasenastri, yaitu melewati lorong yang dibentuk dengan menggunakan kendaraaan tempur milik Korps Marinir dengan diiringi musik dan lagu "Seraut Wajah" dari seniman legendaris Ebiet G. Ade.

Sesampainya di depan ruang VIP Menbanpur-1 Mar, Laksamana TNI Soeparno berkesempatan menuliskan pesan di prasasti, "Teruskan Perjuanganmu, Prajuritku yang gagah Perkasa, Saya Bangga pernah memimpin kalian, Jadilah prajurit Petarung yang Religius dan Humanis".

Setelah menerima cenderamata dari prajurit baret ungu, Laksamana TNI Soeparno dan keluarga berjalan kaki dilepas dengan iringan musik rebana yang melewati lorong ribuan prajurit baret ungu sampai pos penjagaan Ksatrian Sutedi Senaputra Karangpilang.

Sumber: ANTARA News

2013, Titik Penting Pencapaian Kekuatan Pokok Pertahanan

 
JAKARTA:(DM) - Sama seperti politik, tahun 2013 adalah tahun penting di bidang pertahanan. Ribuan item alat utama sistem senjata (alutsista) harus sudah hadir di Indonesia. Walaupun pengadaan alutsista tak terkait dengan keberlangsungan kabinet, namun pencapaian di tahun 2013 akan sangat menentukan pengadaan alutsista pada kabinet mendatang.

Maklum, di 2014, Indonesia tinggal menunggu kedatangan alutsista. Kontrak-kontrak pengadaan sudah harus selesai di 2013. Sambil tentu saja menutup kabinet Indonesia Bersatu jilid II dengan kado alutsista yang manis. Dan berharap, pada kabinet selanjutnya masterplan kekuatan pokok minimum (MEF) tetap dipertajam.

Membuka 2013, pemerintah menganggarkan APBN sebesar 77 triliun rupiah. Anggaran terbesar, bahkan dibandingkan untuk kepentingan pendidikan, infrastruktur, dan kesehatan. Khusus untuk alutsista, pemerintah menyisihkan 36 triliun rupiah dari anggaran itu.

"Dengan jumlah itu, pemenuhan alutsista untuk mencapai MEF bisa jadi semakin cepat," kata pemerhati militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto. Apalagi, Presiden sudah berkomitmen mengucurkan dana 156 triliun rupiah hingga 2014 di luar pos APBN.

Jika pos lain sering tersandung di DPR, tidak dengan bidang pertahanan. Komisi I DPR yang membidangi pertahanan jauh-jauh hari sudah menyetujui sederet daftar belanja alutsista yang disodorkan Kementerian Pertahanan (Kemhan). "Tinggal pemilihan spesifikasi yang lebih teknis dan sejumlah item yang masih dibubuhi bintang (masih dipertanyakan)," kata Andi.

Tanda bintang itu, sebut Andi, dibubuhi karena belum adanya spesifikasi teknis. Contohnya, pengganti pesawat Fokker 100 yang jatuh. Kemhan belum mencantumkan apakah akan menggantinya dengan pesawat angkut CN 295 hasil kerja sama Airbus Military dengan PT Dirgantara Indonesia, atau pesawat angkut buatan Brazil/Italia.

Untuk 2013, anggaran pertahanan akan lebih banyak dialokasikan untuk TNI AD. Pembelian 100 main battle tank dari Jerman memang membutuhkan anggaran yang besar. Belum lagi beberapa senjata artileri dan kendaraan angkut personel. Persentasenya, TNI AD mendapatkan anggaran 40 persen, TNI AL dan TNI AU sebanyak 50 persen, sisanya untuk Mabes TNI.

Meski demikian, Andi melihat pemenuhan alutsista yang dilakukan pemerintah masih sesuai dengan rencana strategis hingga 2024. "Memang ada beberapa yang dipercepat, seperti pengadaan Leopard, tapi tak menyimpang," ujar dia.

Dia memuji Kemhan yang akhirnya mampu membuat perencanaan jangka menengah dan panjang untuk pemenuhan MEF. "Itu artinya, kita tak lagi didikte oleh broker-broker senjata," kata Andi.

Opimistis

Panglima TNI Agus Suhartono justru optimistis pemenuhan MEF bisa lebih cepat dari yang direncanakan. "Saya berharap sebelum 2024 akan tercapai MEF," kata dia.

Menurut dia, desain MEF yang telah dibuat pemerintah telah memperhitungkan ancaman perbatasan, ancaman dalam negeri, penegakan hukum laut, dan perbantuan keamanan ke kepolisian. "Sedangkan yang tak terprediksi akan dihitung ulang," kata dia.

Namun, pencapaian kebutuhan alutsista ini bukan tanpa kritik. Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, berharap pemerintah lebih memprioritaskan pengadaan alutsista di laut dan udara. Apalagi, Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut jauh lebih besar dari daratan.

Imparsial mencatat sejumlah alutsista yang dipertanyakan transparansinya, khususnya mengenai pembelian sukhoi. Yang terbaru, adalah pembelian Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) dari Belanda.

Di luar pencapaian MEF, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ingin pertahanan Indonesia lebih berperan aktif dalam perdamaian dunia pada 2013. "Kita ingin mempererat kerja sama pada operasi militer, selain perang dan operasi penjagaan perdamaian," kata dia. Niat itu sudah sedikit terwujud dengan didirikannya Pusat Pemeliharaan Perdamaian, di Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Presiden tak melupakan kesejahteraan prajurit. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik memungkinkan pemerintah meningkatkan gaji, upah lauk-pauk, dan tunjangan bagi prajurit. "Asuransi kesehatan pada 1 Januaari 2014 akan kita berlakukan. TNI dan keluarga akan included di situ," jelas dia.

Pemerintah tak melupakan pembangunan perumahan prajurit. "Banyak perwira maupun bintara yang harus bertugas 24 jam per hari, tapi tak memiliki tempat tinggal. Di sisi lain, masih ada rumah dinas yang ditempati mereka yang sudah tidak aktif," jelasnya.

Presiden juga menyoroti perlunya dibangun sarana dan prasana di perbatasan, seperti Indonesia dengan Malaysia dan Indonesia dengan Papua Nugini, dan pulau-pulau terdepan seperti di Miangas. "Saya melihat perlu juga dibangun yang sifatnya nonmiliter, misalnya pasar, puskesmas, sekolah," kata dia.
 
Sumber :Koran Jakarta

Menuju Lepas Landas Industri Pertahanan Dalam Negeri


CN235 PT DI
JAKARTA:(DM) - Debu yang menempel di badan pesawat N-250 buatan Baharudin Jusuf Habibie mungkin sedikit-sedikit terhapus seiring menggeliatnya kembali industri kedirgantaraan dalam negeri. Pada 2012 ini, titik tolak menuju kemandirian industri strategis pertahanan dalam negeri, sudah dipacakkan pada 5 Oktober lalu. UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertepatan dengan hari ulang tahun ke-67 TNI itu.

Presiden Yudhoyono menyatakan bahwa regulasi itu merupakan oli untuk bisa licin meluncurkan berbagai produk alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri. Lahirnya UU ini dipercaya bakal mempercepat perkembangan industri pertahanan dalam negeri. Maklum, dengan keberadaan regulasi ini, persoalan laten mengenai kesulitan sinergi antar industri pertahanan, bisa terselesaikan. Apalagi, UU ini mengatur sinergi antar industri strategis maupun industri pertahanan dalam memproduksi alustsista.

Kelahiran UU Industri Pertahanan tak bisa dilepaskan dari pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) pada 2010 yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2010. Keberadaan KKIP amat menguntungkan PT Dirgantara Indonesia (DI), PT Pindad, maupun PT PAL, sebagai tiga industri pertahanan terbesar milik negara.

KKIP-lah yang berkontribusi membentuk masterplan revitalisasi industri pertahanan, kriteria industri pertahanan, kebijakan dasar pengadaan alutsista TNI dan Polri, serta verifikasi kemampuan industri pertahanan dan revitalisasi manajemen BUMN Industri Pertahanan.

KKIP dibentuk untuk mengawal pembangunan alutsista dalam negeri hingga 2029 yang dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, 2010 hingga 2014, KKIP mencanangkan empat program strategis, meliputi penetapan program revitalisasi industri pertahanan, stabilisasi dan optimalisasi industri pertahanan, penyiapan regulasi industri pertahanan dan penyiapan produk masa depan.


Pada 2012 ini, hampir semua program sudah terealisasi. Bahkan, PT DI sudah merasakan manfaatnya.


"Sebelum ada KKIP, untuk pemesanan alutsista TNI harus melalui proses tender. Kalau saat ini, pengguna (TNI) bisa menunjuk secara langsung industri yang diinginkan. Yang terpenting, kesanggupan dari PT DI untuk menerima pesanan dari TNI dan Polri," kata dia.

Sebagai bukti, pada 2011, PT DI sudah menerima pesanan tujuh unit helikopter Bell 412 EP dan sejumlah alutsista lainnya dari TNI. Bahkan, pada 2012 ini PT DI menerima pesanan pembuatan 9 unit pesawat angkut CN-295, 2 unit pesawat helikopter super puma untuk TNI AU, bahkan PT DI telah mengekspor pesawat CN-235 Maritime Patrol Aircraft (MPA).

Kemitraan Strategis

PT DI juga melakukan kemitraan strategis dengan produsen pesawat dari luar negeri, seperti Airbus Military dan Eurocopter European Aeronautic Defense Space Company (EADS). Kemitraan dengan Airbus Military akan semakin erat setelah kesepakatan produksi bersama pesawat C 212-400 versi upgrade dan C295. Pesawat yang akan dinamai NC 212 itu ditawarkan kepada pelanggan sipil serta militer, dilengkapi dengan avionik digital dan sistem autopilot terkini.

PT Pindad juga menerima banyak pesanan alutsista. Salah satu produk yang diminati adalah panser anoa 6x6 yang telah melanglang buana dan menjadi kendaraan taktis dalam misi perdamaian PBB, sedangkan PT PAL dipercaya menggarap kerja sama pembuatan tiga unit kapal selam dengan Korea Selatan.

Ada pula pembuatan kapal trimaran, yaitu kapal antiradar dengan tiga lambung asal Swedia yang dibuat perusahaan swasta di Banyuwangi. Kapal yang memiliki kemampuan minim terdeteksi radar dengan kecepatan 48 knots dan dilengkapi pelontar roket ini akan digunakan TNI AL untuk operasi khusus. Walaupun pada percobaan pertamanya, kapal ini gagal dan harus terbakar habis.

Di sektor swasta, industri pertahanan juga menggeliat, seperti pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR) C705 produksi PT Palindo Marine seharga 73 miliar rupiah yang memiliki kecepatan 30 knots. Jarak tembak sasaran rudal C705 mencapai 70 kilometer. Saat ini, satu KCR yang diberi nama KRI Clurit telah beroperasi di bawah Komando Armada RI Kawasan Barat.

Namun, keberhasilan sejumlah industri pertahanan itu masih sangat kecil dibandingkan dengan impor alutsista yang dilakukan tiga matra TNI. Saat ini sebagian besar alutsista milik TNI masih didominasi produk luar. Pesawat tempur masih didominasi nama, seperti F-16, sukhoi, dan hawk. Tank-tank pun masih didominasi produk asing. Tak terkecuali dengan kapal-kapal tempur.

Tak heran, jika Wakil Presiden Boediono pada pembukaan Indo Defence 2012 Expo dan Forum di Jakarta, Rabu (7/11), mengatakan Indonesia perlu belajar dari negara-negara yang sukses mengembangkan industri pertahanan. Di banyak negara yang sudah sukses mengembangkan industri pertahanan, mereka tidak melepaskan industri itu tumbuh sendiri.

Dia menyatakan industri pertahanan adalah salah satu dari industri berteknologi tinggi. Setiap pembuatan perencanaan dan rancangan harus diintegrasikan dengan kemampuan secara luas, termasuk perguruan tinggi. Jika tidak, industri pertahanan akan mandek.

Lahirnya UU Industri Pertahanan merupakan perkembangan baik karena akan memberikan guideline yang bisa dipegang semua pelaku. Masalahnya sekarang, bagaimana ini diterjemahkan dan direalisasikan dalam program yang lebih operasional dan konkret, selain tentunya menyangkut biaya dan kualitas produknya.

Oleh karena itu, Wapres mendorong agar kerja sama dengan industri pertahanan di luar negeri bisa dilaksanakan dengan baik. Kerja sama itu bisa memberikan keuntungan bagi kemajuan kedua industri pertahanan yang bekerja sama.

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menuturkan lahirnya UU Industri Pertahanan sangat strategis dan fundamental untuk membangkitkan kembali industri pertahanan. Adanya UU ini diyakini akan mendorong kemampuan memproduksi dan pengembangan jasa pemeliharaan dari industri pertahanan semakin berkembang.

"Ini akan memberikan dampak, di antaranya kekuatan pertahanan dan keamanan Indonesia menjadi andal. UU ini juga akan menguatkan industri pertahanan itu sendiri untuk mandiri dan memproduksi produk alutsista secara berkesinambungan," ujar dia.

Pada 2029 diharapkan industri pertahanan Indonesia sudah bisa disejajarkan dengan industri pertahanan dunia. Capaian itu mungkin akan membuat Habibie terharu. 
 
Sumber : Koran Jakarta

Kasal Lakukan Admiral Inspection


SURABAYA:(DM) -  Sehari menjelang serah terima jabatan (Sertijab) Kepala Staf Angkatan Laut dari Laksamana TNI Soeparno kepada penggantinya Laksamana Madya TNI Dr. Marsetio, MM, kedua pejabat tersebut menginspeksi kapal-kapal perang (admiral inspection) yang tengah sandar di Markas Koarmatim Ujung, Surabaya, Rabu (26/12).

Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi dilingkungan TNI AL yang dilaksanakan guna memeriksa kesiapan unsur-unsur TNI AL untuk yang terakhir kalinya, sebelum tongkat estafet kepemimpinan diserahterimakan.Tradisi ini biasanya digelar menjelang pergantian jabatan Kepala Staf Angkatan Laut maupun pada saat pergantian Panglima Komando Armada RI Kawasan. Kegiatan tersebut, selain sebagai ajang salam perpisahan dengan para prajuritnya, juga merupakan kesempatan untuk memperkenalkan pemimpin yang baru.

Dalam inspeksi laut tersebut, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno didampingi calon penggantinya Laksamana Madya TNI Dr. Marsetio, MM dengan menggunakan KAL Yudistira yang di komandani oleh Lettu Laut (P) Sukarno Efendi. Dibelakang kapal, dikawal dua kendaraan tempur air “Sea Rider” dari Satuan Komando Pasukan Katak Koarmatim. Kapal tersebut berlayar dimulai dari Dermaga A kolam Koarmatim menuju kearah selatan, dimana tengah bersandar kapal-kapal Satuan Kapal Cepat, Satuan Kapal Amfibi, Satuan Kapal Patroli, Satuan Kapal Bantu, Satuan Kapal Selam dan Satuan Kapal Eskorta. Selanjutnya kapal bergerak keluar menuju Selat Madura.


Gelar unsur yang turut dalam InspeksiLaut kali ini melibatkan sekitar 2500 orang prajurit anggota kapal perang dari berbagai tipe dan jenis yang tengah berada di Pangkalan Koarmatim. Pada saat KAL Yudistira yang ditumpangi Kepala Staf Angkatan Laut dan penggantinya melewati setiap kapal perang, terdengar bunyi pluit diiringi dengan penghormatan para ABK yang melakukan penghormatan lambung dengan berbaris di reling kapal sambil serentak meneriakkan “Jalesveva Jayamahe” secara berulang-ulang.

Setelah melaksanakan inspeksi laut, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno melalui radio telekomunikasi menyampaikan amanatnya yang dipancarkan dan diterima oleh seluruh kapal perang TNI AL yang tengah beroperasi di segenap penjuru perairan NKRI maupun internasional.


Dalam amanatnya Kasal diantaranya mengatakan, bahwa tugas dan pengabdian mulia ini akan terus berlanjut. Ke depan tugas-tugas yang lain telah menunggu, bukanlah semakin ringan dan mudah, akan tetapi justru akan semakin berat dan kompleks.

“Saya berharap kepada prajurit TNI Angkatan Laut dimanapun bertugas dan dalam kondisi apapun, saudara-saudara tetap mengedepankan sikap profesionalisme dengan didukung moralitas yang tinggi,”kata Kasal Laksamana TNI Soeparno.

Diakhir amanatnya Kasal Laksamana TNI Soeparno juga memberikan beberapa penekanan yang disampaikan kepada seluruh jajaran prajurit TNI AL salah satunya yaitu, agar selalu memelihara dan meningkatkan disiplin, dedikasi dan loyalitas yang tinggi guna menghadirkan karya, kinerja dan prestasi demi suksesnya tugas pokok TNI Angkatan Laut.

Sumber: Dispenarmatim

Tuesday, 25 December 2012

TNI AU Akan Beli Enam Hercules di Tahun 2013

Pesawat C-130H Hercules Angkatan Udara Australia yang saat ini telah dipensiunkan (photo : XAirforces)

JAKARTA:(DM) -- Mabes TNI terus mempercepat modernisasi alutsista matra udara. Setelah mendapat hibah empat unit pesawat Hercules C-130 dari Negeri Kanguru.
Rencananya tahun depan TNI AU bakal kedatangan enam pesawat Hercules jenis yang sama. “Pesawat Hercules sama didatangkan dari Australia,” kata Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono usai pelantikan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Madya Ida Bagus Putu Dunia di Lanud Halim Perdanakusuma, akhir pekan lalu.
Agus menjelaskan modernisasi alutsita TNI AU merupakan program mendesak yang harus dipenuhi. Selain mendatangkan jet tempur Sukhoi dan F-16 sebagai program lanjutan memperkuat pertahanan udara, TNI AU juga bakal kedatangan pesawat angkut CN-295 sebagai pengganti Fokker-27. “Ini sebagai tindak lanjut program memperbarui alutsista TNI AU,” katanya.
KSAU Marsekal Madya Ida Bagus Putu Dunia menyebut, peremajaan alutsista merupakan salah satu kebijakan khusus yang bakal diprioritaskannya. Mendatangkan pesawat angkut dan jet tempur adalah program lanjutan untuk bisa memenuhi minimum essential forces (kekuatan pokok minimum) alutsitas TNI AU pada 2014.
Pada tahun ini, TNI AU mendapat dana terbesar untuk pembelian alutsista mencapai 2,6 miliar dolar AS. Adapun TNI AL mendapat alokasi dana sebesar 2,1 miliar dolar AS, dan TNI AD paling kecil sebanyak 1,4 miliar dolar AS.
“Saya akan mengevaluasi apa yang perlu diperbaiki dan mempelajari lagi tentang alutsitas,” kata Ida Bagus.
“Saya,"lanjut Ida Bagus, "harus konsolidasi dan memperbaiki manajemen untuk melanjutkan program pejabat sebelumnya.”
Dalam pembukaan Rapat Kerja Teknis Logistik Modernisasi, pada awal bulan lalu, mantan KSAU Marsekal Imam Sufaat menyatakan, sesuai rencana strategis pembangunan 2010-2014, TNI AU membutuhkan sekitar 102 pesawat berbagai jenis.
Rinciannya terdiri atas pesawat tempur F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, pesawat angkut CN-295, Hercules, Boeing 737-500, Helikopter Cougar, Grob, dan pesawat latih KT-1.
 
Sumber:Republika

Kiprah BPPT di Tahun 2012




Menjelang tutup tahun, seperti sebuah perusahaan, BPPT juga mengeluarkan laporannya, atas semua pekerjaan yang telah diselesaikan di tahun 2012. Dalam catatan kali ini, terutama di bidang Hankam, BPPT menorehkan setidaknya 3 prestasi.  Dalam bidang teknologi pertahanan dan keamanan telah menghasilkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA), dimana salah satunya yaitu Puna Wulung  BPPT akan masuk jajaran Squadron TNI AU.


PUNA ini sendiri telah diujicoba dan disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan serta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Lanud Halim Perdana Kusumah, oktober lalu. Meski masih banyak kekurangan, menurut publikasi BPPT, TNI-AU tetap akan mengadopsi PUNA buatan dalam negeri ini berdampingan dengan UAV asal Philipina yang akan segera tiba.


Selain itu, BPPT juga ternyata berperan mendukung program kerja sama Indonesia-Korea Selatan  dalam Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX. Dukungan itu diwujudkan dalam uji Aerodinamika 2 model KFX/IFX (model C102 dan C2012). Uji terowongan angin itu dilaksanakan sejak mei hingga september 2012.



Lalu, MEPPO (Balai Mesin Perkakas, Teknik Produksi, dan Otomasi) BPPT juga bersama Pussenif serta Meppo mengembangkan komputer mortir balistik terpadu (KOMBAT). Alat ini mampu mempercepat waktu penghitungan penembakan mortir secara akurat, mudah dan cepat. Tahun 2013, peralatan ini diharapkan akan diproduksi di PT.Pindad.

 
Sumber :ARC

Monday, 24 December 2012

Satgas Konga XX-I Peroleh Penghargaan dan Medali dari PBB



24 Desember 2012, Kongo: Setelah satu tahun melaksanakan tugas dalam misi perdamaian di Demokratik Republik of Congo (DRC), Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-I/MONUSCO (Mission De L Organesation Des Nations Unies Pour La Stabilization en Republique Demokratique du Congo), yang di Komandani oleh Letkol Czi Sapto Widhi Nugroho akan segera berakhir pada tanggal 29 Desember 2012, dan kembali ke tanah air Indonesia.

Sungguh sangat berkesan bagi 175 prajurit TNI yang tergabung dalam Konga XX-I selama bertugas di DRC, kedekatannya dengan rakyat Kongo dan jalinan keakraban antara pasukan Garuda dengan penduduk lokal ini tidak akan dapat ditemukan pada kontingen negara lain yang sama-sama melaksanakan tugas di Negara Kongo. Hal ini dapat terwujud, karena seluruh prajurit Garuda selalu memegang teguh Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI.

Selain dekat dengan hati rakyat Kongo, pasukan Garuda juga telah menyelesaikan semua tugasnya yang diberikan oleh PBB melalui MONUSCO di bawah Komando Brigade Ituri. Keberhasilan Konga XX-I, antara lain : rehabilitasi jalan antara Dungu-Duru tahap II sepanjang 42 km; pemeliharaan jalan dan jembatan antara Dungu-Faradje sepanjang 145 km; (jalan Dungu-Ngilima 45 km tahap pengerjaan); pemeliharaan bandara dan helipad Dungu; rehabilitasi penjara; pembangunan kantor Brigade FARDC Sektor Rudia; membantu seluruh kontingen yang berada di daerah Dungu, baik sipil maupun militer; serta membantu fasilitas jalan dan jembatan bagi penduduk setempat; sampai dengan hal yang terkecil sekalipun kalau memang itu terkait dengan tugas dan pekerjaan Zeni, Pasukan Garuda akan selalu tampil yang terdepan di antara Kontingen Zeni lainnya.

Dari beberapa tugas yang dipercayakan kepada Kompi Zeni TNI Konga XX-I selalu berhasil dengan baik, maka PBB melalui MONUSCO menganugerahi Piagam dan Medali yang diserahkan oleh Komandan Brigade Ituri Brigjen Sabbhir Ul Karim (Bangladesh) kepada Kontingen Garuda yang di terima oleh Komandan Satgas Letkol Czi Sapto Widhi Nugroho, di Bumi Nusantara Camp Dungu – Kongo, Sabtu (22/12/2012).

Pada saat memberikan piagam penghargaan dan penyematan medali tersebut, PBB melalui Brigjen Sabbhir menyampaikan ucapan rasa hormat dan terimakasihnya kepada seluruh Pasukan Garuda karena selama ini bukan hanya pandai membangun jalan dan jembatan, tetapi juga telah membangun jalan dan jalinan jembatan hati rakyat Kongo dengan seluruh pasukan yang tergabung dalam Kompi Zeni TNI Konga XX-I/MONUSCO.

Lebih lanjut Komandan Brigade Ituri menyampaikan, hendaknya kontingen dari negara lain bisa mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Pasukan Garuda yang selalu berhasil dalam tugas dan dekat dengan hati rakyat Kongo. Ucapan selamat jalan untuk kembali ke tanah air Indonesia juga disampaikan oleh Brigjen Sabbhir Ul Karim, semoga selamat sampai tanah air dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, serta jadikan pengalaman ini untuk bekerja lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Sumber: PMPP News

PEMBARETAN KOPASSUS


..Bersumpah kesatuan kita
Baret Merah berjuang
Ksatria dan perwira
Cita rasa dan karsa
Majulah maju serentak
Bhayangkari negara
Prajurit Para Komando
Indonesia...
    Demikian sebagian syair yang membahana pada pagi itu ketika 122 prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) melakukan serangan dan berhasil menguasai daerah musuh di kawasan pesisir Pantai Permisan yang terletak di selatan Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (22/12). Serangan itu merupakan puncak dari rangkaian pendidikan Komando yang diselenggarakan selama tujuh bulan bagi prajurit TNI AD yang nantinya akan mengemban tugas berat sebagai prajurit Kopassus. Bak kawah candradimuka, seluruh peserta harus siap dengan berbagai bentuk latihan dan ujian, baik fisik maupun mental.
    Begitu mars Komando dan yel-yel pasukan khusus selesai dipekikkan, suasana tiba-tiba menjadi hening. Sang Komandan Jenderal Kopassus Mayjen Agus Sutomo berdiri diantara mereka dan dengan lantang bersuara "Kalian prajurit Kopassus adalah kebanggaan orang tua dan kebanggaan bangsa Idonesia". Ratusan prajurit Baret Merah itu tidak sanggup menahan haru dan bangga. Mata mereka tampak bersinar dan berkaca-kaca diantara lumuran lumpur di wajah saat dinyatakan lulus mengikuti latihan Komando,  dan tugas berat sebagai prajurit pasukan Baret Merah harus segera mereka hadapi. Sebanyak 122 orang peserta didik yang terdiri dari satu orang perwira, 22 orang bintara dan 99 orang tamtama telah mengikuti Pendidikan Komando 93 TA 2012 dan dinyatakan lulus menjadi prajurit Komando.

Sumber : Sindo

Sunday, 23 December 2012

Makara-02, Kapal Pengintai Buatan TNI AL dan Mahasiswa UI

Makara-02, prototype kerjasama TNI AL dan UI
Kapal ini memiliki dimensi 4,94 kaki x 0,73 kaki.
Saat ini TNI Angkatan Laut Indonesia (AL), bekerjasama dengan mahasiswa teknik perkapalan Universitas Indonesia (UI), sedang menjalani kerjasama dan pengembangan sebuah proyek bernama Sea Ghost Project.

Proyek ini tergolong istimewa lantaran merupakan proyek kapal perang tanpa awak. Konsep road mapnya adalah Cyber Warfare untuk pertahanan Indonesia. Kegunaannya adalah untuk melakukan pengintaian dan penyerangan terhadap para kapal penyusup. Cara pengendalian kapal ini sendiri akan menggunakan sistem teknologi komunikasi satelit dan sensor kamera.


Saat ini Sea Ghost Project telah dibuat
prototype dan diberi nama Makara-02. Kapal ini memiliki dimensi 4,94 kaki x 0,73 kaki. Prototype ini juga telah dipamerkan di stan Mabes TNI pada acara Indo Defence 2012, November lalu.

Meski belum diujicobakan sebagai kapal perang sungguhan, prototype Makara-02 sudah sering mengikuti lomba di Amerika. Tujuannya yakni untuk memperbaiki segala kekurangan yang masih dimiliki.


Para mahasiswa yang terlibat adalah, M Hary Mukti dan Aditya Meisar dari teknik perkapalan. Mereka juga dibantu Ricky (Teknik Mesin), Novika Ginanto (Teknik Elektro), Irvan JP Elliika (Teknik Elektro), serta mahasiswa Ilmu Komputer yakni M Anwar dan Ma'sum.

  Sumber : Berita Satu

Mengenal Changbogo Class Submarine Calon Penghuni Satkasel TNI-AL



Effective Reliable Safe
Sebuah Thread pengantar ke thread berikutnya.

Terlintas dalam ingatan, tahun 2007 mengenai rencana TNI-AL untuk memperkuat armada kapal selam kita, Cakra Class (U-209/1300) dengan tambahan 2-4 kapal selam lagi. Santer waktu itu kalau kapal selam yang akan diadakan adalah dari kelas Kilo Project 636/Varshavyanka buatan Rusia Terbayang betapa gagah dan gaharnya kekuatan TNI-AL kalau saja sampai dilengkapi dengan kapal selam Kilo tersebut. Berapa dahsyat efek deteren yang kita punya kalau saja kita punya kapal selam tersebut.

Namun harapan tinggal harapan, tahun telah berganti tahun, namun program pengadaan kapal selam TNI-AL makin lama makin menjadi tidak jelas. Malah dari kabar terakhir, makin kelihatan bahwa Kilo sudah semakin jauh dari harapan untuk dapat memperkuat TNI-AL. Malah yang makin santer adalah Changbogo Class buatan Korea Selatan yang memiliki kans besar untuk memperkuat kekuatan kapal selam TNI-AL.


Hal ini makin diperkuat dengan berhasilnya T-50 Golden Eagle untuk memperkuat TNI-AU mengalahkan Yak-130 yang merupakan contender yang sangat kuat di awal tender. Terlebih lobi kuat dan intens yang terus dilakukan oleh Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak dan terakhir kunjungan parlemen Korea Selatan bidang pertahanan ke Indonesia semakin memperlihatkan kemungkinan besar kearah pengadaan Chongbogo Class untuk TNI-AL.

Oleh karena itu ada baiknya sama-sama kita warga Formil review bagaimana sebenarnya kapal selam Changbogo Class dari Korea Selatan ini secara garis besarnya saja.

Secara teknis, Changbogo Class adalah lisensi dari U-209/1200 yang dibuat oleh pabrik Daewoo Shipbuilding Korea Selatan. Daewoo Shipbuilding sudah membuat 9 kapal selam sejenis untuk angkatan laut Korea Selatan. U-209 sendiri didesain untuk menghancurkan kapal selam lawan, kapal permukaan, melindungi pangkalan kawan, dan misi pengintaian. Secara umum Changbogo Class serupa dengan Atilay Class Submarine milik Turki yang memiliki penekanan pada penggunaan sistem sensor dan persenjataan buatan Jerman.

Pada saat menyelam, kapal selam ini dapat menyelam sampai kedalaman 250m. Dengan dilengkapi dengan 4 MTU mesin diesel, kapal selam ini dapat melaju dengan kecepatan maksimum 21 knots (posisi menyelam) dan 11 knots (posisi permukaan). Kapal ini dapat membawa 8 buah 533mm/21 inch torpedo di haluan dan dipersenjatai dengan total 14 torpedo atau 28 ranjau laut. Kapal selam ini juga mampu untuk beroperasi secara terus menerus selama 2 bulan dengan 40 orang kru. Di bawah ini merupakan tabel spesifikasi teknis dari Changbogo Class :

Entered service
1993

Crew\t
33 men

Diving depth (operational)
250 m

Dimensions and displacement

Length
56 m

Beam
6.2 m

Draught
5.5 m

Surfaced displacement
1 100 tons

Submerged displacement
1 285 tons

Propulsion and speed

Surfaced speed
11 knots

Submerged speed
22 knots

Diesel engines
4 x 3 810 hp

Electric motors
1 x 4 595 hp

Armament

Torpedoes
8 x 533-mm bow tubes for 14 torpedoes

Other
28 mines in place of the torpedoes

Di atas dapat kita lihat memang secara kemampuan, Changbogo Class cukup mumpuni untuk menjadi bagian dari satuan kapal selam TNI-AL. Ditambah, TNI-AL sudah cukup berpengalaman untuk dalam mengoperasikan Cakra Class yang notebene merupakan saudara sepupu dari Changbogo Class.

Satu hal positif dari pengadaan alutsista dari Korea Selatan, pihak Korea Selatan sangatlah terbuka dalam proses ToT atau Transfer of Technology . Hal ini sudah terbukti dari suksesnya ToT dari pengadaan LPD oleh PT. PAL. Sangatlah mungkin apabila Changbogo Class menjadi bagian dari TNI-AL, maka proses kemandirian alutsista Indonesia akan menjadi sangat lengkap dengan penguasaan teknologi kapal selam.

Namun demikian, patutlah diingat bahwa Changbogo Class bukanlah kapal selam dengan teknologi terbaru. Kapal selam ini merupakan kapal selam dengan teknologi tahun 80an. Maka apabila Changbogo Class menjadi bagian dari TNI-AL, maka kemampuan yang harus dimiliki haruslah mumpuni.Changbogo Class milik TNI-AL haruslah dilengkapi dengan AIP ( Air Independent Propulsion) untuk mendongkrak daya senyapnya. Sistem kontrol, kontrol senjata, navigasi, dan pengindraan haruslah sistem yang tercanggih dan dilengkapi dengan passive towed array sonar. Selain itu untuk mendongkrak deterrence-nya, TNI-AL harus melengkapi kapal selam ini dengan VLS untuk Harpoon SSM atau Yakhont.

Sumber : Kaskus

Desain Baru SPR - SS234


SPR – SS234

Nama SPR – SS234 diambil dari sistem pengkategorian jenis senjata yang dianut PINDAD, yaitu SPR (Senapan Petembak Runduk) untuk jenis senjata sniper laras panjang, dan nama SS234 diambil dari induk asal (basis) senjata ini, yaitu perkimpoian antara SS2 V4 - PARASNIPER & SS3 V4 - SHARPSHOOTER Bullpup.
SPR – SS234 ini menggunakan peluru dengan kaliber 7,62mm origin PINDAD, dengan muatan 15 butir peluru per pack magazine, dengan sistem tembak tunggal namun pembuangan selongsong peluru & sistem kokang nya otomatis (single shot firing mode) seperti halnya pistol.
Dengan firing mode demikian maka membuat mekanisme mesin senjata lebih simple & ber-efek pada perampingan (efisiensi) dimensi senjata, karena memang desain SPR – SS234 ini lebih fokus pada efisiensi bentuk (space efficiency), fungsi & ergonomic. Menggunakan sistem BULLPUP karena pada sistem ini terdapat advantage pada ukuran panjang laras senjata & material senjata juga terbuat dari logam dengan lapisan anti oksidasi.

POPOR :
Dimensi ergonomik jarak antara gagang genggam picu dengan batas akhir popor berasal dari SS2 V4 – PARASNIPER, hanya saja posisi batas akhir popor tempat sandar bahu pada SPR – SS234 ini beberapa sentimeter lebih rendah ke bawah, sehingga saat operator senjata ini membidik melalui tele dengan posisi berdiri-duduk-jongkok (tanpa bipod) maka jatuhnya sandaran popor tepat di posisi tepian dada atas.
Demikian juga dengan melekatkan bantalan karet ber-profil kapsul-bersusun berisi udara hampa pada bumper akhir popor dimaksudkan untuk kenyamanan operator senjata ini saat membidik & menembakan senjata {gambar 01}.

TELESKOP :
Berhubung SPR – SS234 ini didesain sebagai senjata kategori laras panjang tembak tepat jarak jauh (sniper), maka sudah pasti dilengkapi teleskop sebagai unit bawaan orisinil nya.
Teleskop orisinil senjata ini menggunakan unit teleskop milik SS2 V4 PARASNIPER yang sudah di-riset ulang & dimodifikasi khusus untuk keperluan tembak tepat jarak jauh dengan menitikberatkan pada sektor teknologi optik, fungsi & efisiensi bentuk, terutama pada penerapan teknologi lensa & mekanisme pengatur visual fokus jarak tembak, sehingga walupun bentuk & tampilannya tidak se-heboh teleskop senjata sniper pada umumnya namun teleskop yang melekat pada SPR - SS234 mampu memvisualkan dengan baik objek yang berjarak 2000m dari operator senjata ini {gambar 02}.
Begitu juga pada bentuk kemasan teleskop ini yang juga sudah tersentuh modifikasi di beberapa bagian spesifiknya sehingga teleskop pada senjata ini bisa berganti-ganti opsi visual seperti lensa kuning (Contrast Enchancement Vission),lensa merah (Infrared Vission)& lensa hijau (NightVission) sesuai kebutuhan.

PELINDUNG TELESKOP :
SPR – SS234 ini memang didedikasikan untuk profil infantri profesional, yang berarti walaupun sang operator nya sangat ahli mengoperasikan senjata ini untuk menembak tepat jarak jauh namun ia tetap seorang infantri yang wajib mampu bergerak cepat & taktis dalam setiap pertempuran.
Terinspirasi dari senjata FN F2000 buatan Belgia, oleh karena itu desain SPR – SS234 ini juga dilengkapi pelindung teleskop yang pastinya berfungsi untuk melindungi teleskop, terutama dari benturan-benturan apabila operator senjata ini sedang dalam situasi mobilitas tinggi dalam sebuah pertempuran sengit {gambar 03}.
Pelindung teleskop ini terbuat dari logam yang sama dengan material kemasan senjata. Terpasang orisinil pada SPR – SS234 namun dapat dengan mudah untuk dilepas & dipasang lagi, karena pemasangannya menggunakan sistem Slide Mounting and Lock (selipkan,dorong & kunci).
Penelitian anatomi organ dalam ilmu kedokteran menyatakan bahwa kondisi retina mata tiap manusia berbeda-beda termasuk kemampuan fungsi penglihatannya. Pernyataan tersebut sangat mendukung bila dirunut pada sebuah filosofi yang mengatakan bahwa seorang penembak jitu jarak jauh memiliki setelan pribadi pada unit bidik di senjata yang dioperasikannya. Kedua hal itu lah yang memotivasi pemasangan pelindung teleskop pada desain SPR – SS234, mengingat pentingnya setelan pada unit bidik senjata bagi tiap operator nya.

PEREDAM SUARA (Silencer) :
Untuk memenuhi kriteria Stealh (siluman), maka SPR – SS234 juga dilengkapi unit silencer yang juga merupakan part orisinil nya {gambar 04}.
Didesain khusus sehingga mampu dengan sangat efektif meredam suara ledakan dari tiap tembakan yang dihasilkan senjata ini.
Silencer pada ujung laras senjata terpasang dengan sistem derat halus.

BIPOD :
Bipod pada SPR – SS234 terpasang orisinil bawaan, karena bukan hanya dudukan poros kosong pada senjata yang bisa meng-aplikasikan bipod sembarang melainkan bipod pada senjata ini sudah didesain utuh secara mekanis (compact) dengan bagian bonggol pangku senjata yang menganut sistem rel pipa & buka payung, yaitu saat bagian spesifik dari bonggol pangku senjata didorong +/-10cm ke depan sampai batas kuncinya, maka seiring dengan itu juga secara otomatis kedua tungkai bipod yang sedang menempel pada senjata akan bergerak terbuka membentuk huruf “A”, seperti halnya saat kita membuka payung {gambar 05} dan begitu juga untuk melipatnya dengan melakukan gerakan sebaliknya. Mekanismenya menggunakan sistem susunan roda gigi dengan semua materialnya yang terbuat dari logam antikarat, kecuali tungkai bipod yang terbuat dari bahan carbon.
Tipe tiap tungkai pada bipod adalah teleskopik dengan tabung segitiga. Pengunci setelan ketinggian tiap tungkai ada di ujung tabung bagian bawah dengan menggunakan sistem klip jepit sederhana.
Pada tabung bagian atas terdapat 5 titik cekungan sejajar berjarak masing-masing +/-8cm sebagai tempat jatuhnya pin berbentuk bola kecil dari klip jepit pada tabung bawah, sehingga bipod pada SPR – SS234 memiliki 4 setelan ketinggian dalam menopang senjata saat posisi tembak runduk {gambar 06}.
Mekanisme tadi juga termasuk susunan poros-poros vertical & horizontal yang memungkinkan senjata yang sedang bertumpu pada bipod tetap mampu bergerak rotasi sampai 30* ke kiri & kanan dari titik jam 12:00, juga 30* menunduk & mendongak.Sehingga bipod pada SPR – SS234 memiliki 4 setelan ketinggian dalam menopang senjata saat posisi tembak runduk.


Sumber : Kaskus