Proses evakuasi penumpang pesawat AirAsia
yang jatuh di Selat Karimata melibatkan empat grup atau satuan elite.
Mereka terdiri dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Batalyon Intai
Amfibi (Taifib), Komando Pasukan Katak (Kopaska), dan Basarnas Special
Group (BSG).
Empat grup elite itu harus menyelam di kedalaman 25
meter sampai 30 meter di lokasi ditemukan pesawat AirAsia dengan nomor
penerbangan QZ8501, perairan Selat Karimata, Kabupaten Kotawaringin
Barat, Kalimantan Barat.
Disebut grup elite karena personel
masing-masing kelompok itu adalah orang-orang pilihan atau terbaik dari
yang terbaik. Mereka dilatih khusus untuk situasi yang tak biasa dan
tidak dapat dilakukan kebanyakan orang. Mereka tidak hanya kuat secara
fisik tetapi juga mental dan intelektual.
Berikut ini profil singkat masing-masing grup itu:
KopaskaKomando
Pasukan Katak (Kopaska) dibentuk oleh Presiden Sukarno untuk mendukung
kampanye militer di Irian Jaya (kini Papua) 31 Maret 1962.
Setiap
personel Kopaska memiliki kemampuan peledakan/demolisi bawah air
termasuk sabotase/penyerangan rahasia ke kapal lawan dan sabotase
pangkalan musuh. Mereka juga bisa melakukan penghancuran instalasi bawah
air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi
yang lebih besar serta antiteror di laut.
Kopaska diperkirakan
berjumlah 300 personel. Tapi data itu tidak valid karena Kopaska
mempunyai tingkat kerahasian yang tinggi dalam hal personel dan
operasi). Kopaska ada dua grup, yaitu satu grup di Armada Barat di
Jakarta, dan satu grup di Armada Timur di Surabaya.
Pendidikan
awal Kopaska adalah indoktrinasi dan gemblengan fisik. Keahlian utama
Kopaska adalah menyelam dan bertempur di bawah air. Kemampuan bawah air
inilah kesaktian utama para manusia katak. Sesuai namanya, Kopaska
adalah biang segala metode pertempuran yang berunsur air.
Semua
pasukan khusus Angkatab Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang
mendalami ilmu tempur bawah air pasti akan berurusan dengan Kopaska.
Untuk
menjadi anggota pasukan katak, harus mempunyai kemampuan di atas
rata–rata dan bisa bergerak secara individual. Standard yang tinggi,
pengalaman bertugas di kapal perang dan inteligensia di atas rata–rata
adalah syarat mutlak seorang prajurit Kopaska.
Rentang penugasan
Kopaska cukup panjang. Dimulai tahun 1962, operasi infiltrasi, sabotase,
pengamanan KRI, operasi tempur bawah air dan mempersiapkan daerah
pendaratan, hingga menjebol kapal induk Belanda Karel Doorman dengan
torpedo berjiwa. Segelintir pasukan katak jemput bola di terusan Suez
dan terusan Panama untuk menghancurkan Karel Doorman.
Di masa
Dwikora, Kopaska ditugasi menyusup ke Singapura untuk menghancurkan
beberapa target penting. Bahkan operasi pembersihan ranjau yang harus
dilakoni Kopaska adalah dari Sabang sampai Sulawesi.
Kopaska
punya slogan: “Kopaska tidak takut salah, tidak takut kalah, tidak takut
jatuh, tidak takut mati. Takut mati, mati saja".
DenjakaDenjaka
adalah satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir
TNI Angkatan Laut. Anggota Denjaka dididik dalam suatu pendidikan yang
disebut Penanggulangan Teror Aspek Laut (PTAL), yang memang dikhususkan
untuk satuan antiteror walau mereka juga bisa dioperasikan di mana saja,
terutama antiteror aspek laut.
Denjaka memiliki tugas pokok
membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di daerah
pantai serta kemampuan klandestin (operasi rahasia) aspek laut.
Pola
rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah
sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi
Intai Amfibi. Satuan khusus itu dapat digerakkan menuju sasaran baik
lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara.
Prajurit Denjaka
dituntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan
dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa
kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Di samping itu
juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut
dan vertikal dari udara.
Aktivitas Denjaka bersifat rahasia dan
sangat jarang dipublikasikan. Tapi mereka dikenal sangat tangguh di
medan operasi. Kemampuan Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga
berperan sebagai satuan intelijen tempur yang andal.
Denjaka
mampu bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka
juga memiliki keterampilan yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud
(setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. Ada yang menganggap
kemampuan satu pasukan Denjaka setara dengan sepuluh prajurit TNI
biasa.
Setiap prajurit Denjaka memiliki kualifikasi Taifib dan
Paska, pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan
berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik
penetrasi rahasia, darat, laut dan udara.
Selain itu juga
menguasai taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di
laut, kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek
vital di laut, penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek
laut.
Personel Denjaka juga menguasai pengetahuan tentang
terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan
kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan
interogasi.
TaifibBatalyon Intai Amfibi
atau disingkat Yontaifib adalah satuan elite dalam Korps Marinir seperti
Kopassus dalam jajaran TNI Angkatan Darat. Satuan ini dahulu dikenal
dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi).
Untuk menjadi
anggota Yontaifib, calon diseleksi dari prajurit marinir yang memenuhi
persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal
dua tahun. Salah satu program latihan bagi siswa pendidikan intai amfibi
adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh tiga
kilometer.
Dari satuan ini kemudian direkrut lagi prajurit terbaik untuk masuk ke Detasemen Jala Mengkara, pasukan elite TNI Angkatan Laut.
Yontaifib
mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina
kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta tugas-tugas
operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi,
operasi oleh satuan tugas TNI Angkatan Laut atau tugas-tugas operasi
lainnya.
Personel Taifib mempunyai kemampuan melaksanakan tugas
secara sendiri dari induk pasukan. Artinya, seorang prajurit Taifib
mampu melaksanakan survival secara tim maupun perorangan, mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan mampu mengatasi tekanan
mental di daerah penugasan.
Setiap Taifib juga memiliki kemampuan
infiltrasi dan eksfiltrasi ke atau dari daerah musuh melalui media,
antara lain, berenang, menyelam, serta salah satu kemampuan bawah air
atau
combat swimmer melalui peluncur torpedo kapal selam.
BSGBasarnas
Special Group (BSG) adalah semacam pasukan khusus/elite yang dimiliki
Badan SAR Nasional (Basarnas). Mereka adalah personel-personel terpilih
yang dilatih khusus untuk kemampuan
search and rescue.
Mereka
juga dilatih keterampilan terjun payung seperti militer sehingga mampu
menjalankan tugas di medan sulit yang hanya bisa dijangkau dengan teknik
terjun payung. Personel BSG bisa lebih cepat dan tanggap dalam
melakukan upaya pertolongan korban bencana alam atau kecelakaan.
BSG
merupakan pasukan khusus Basarnas yang siap bereaksi cepat. Mereka
segera menindaklanjuti panggilan telepon darurat di nomor 115.
Kemampuan
dan kualifikasi mereka di atas rata-rata dan siap membantu korban di
lokasi bencana di darat, laut dan udara. BSG terdiri 60 personel. Mereka
diambil dari anggota pilihan di setiap kantor SAR di daerah dan dididik
khusus dengan kemampuan lebih.
BSG dibentuk sejak kasus jatuhnya
pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Jawa Barat, pada 2012. Bermula dari
medan pencarian yang berat, minim biaya dan sumber daya muncul ide
membentuk BSG. Tim ini seperti Kopassus milik TNI Angkatan Darat,
Kopaskhas milik TNI Angkatan Laut, atau Kopaska milik TNI Angkatan Laut,
yang dipersiapkan sedemikian rupa untuk bisa menolong korban dengan
hasil maksimal dan biaya minimal.(
VIVAnews)