Pages

Saturday 13 October 2012

Pasukan katak TNI AL Uji Peralatan Tempur Di Perairan Banjarmasin

Uji peralatan tempur kendaraan air yang dimiliki pasukan katak TNI AL dalam melaksanakan tugas khusus yang tergabung dalam Komando Tugas gabungan amfibi Latihan Armada Jaya XXXI/2012 saat berada di perairan sekitar Pulau Sebuku Banjarmasin (photo : Pelita)
PASUKAN katak TNI AL yang tergabung dalam latihan Armada Jaya XXXI/2012 melaksanakan kegiatan uji coba peralatan tempur kendaraan air dalam rangka mendukung keberhasilan tugas khusus pada saat tahap latihan Umum di perairan sebelah utara Pulau Sebuku Banjarmasin.
Latihan pasukan katak tersebut dilaksanakan saat dua kapal penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712  bersama dengan unsur kapal peran  angkut pasukan  menempati posisi lego  jangkar.
Dengan diagram serbuan di daerah latihan umum pada saat seluruh unsur kapal perang RI yang tergabung dalam unsur Komando  tugas gabungan Ambifi melaksanakan latihan umum dan uji komunikasi  serta melaksanakan  bekal umum logistik dan bahan bakar.
“Uji peralatan tempur kendaraan air tersebut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan  kesiapan pasukan katak TNI AL dalam rangka pelaksanaan tugas khusus pada saat on board di kapal perang penyapu ranjau yang tergabung dalam  Komando Tugas Gabungan Amfibii dalam rangka pendaratan pasukan pendarat marinir di perairan Kalimantan Timur,” ujar Kepala Dispenarmabar, Lekol Laut (KH) Agus Cahyono, Sabtu (13/10/2012).
 Sumber : Pelita

Lanud Rusmin Nuryadin Home Base Satu Skuadron F-16 Hibah


F-16 A/B Fighting Falcon TNI AU dari Lanud Iswahjudi. TNI AU akan mengoperasikan 34 unit F-16 A/B/C/D mulai 2014, dibagi menjadi dua skuadron. (Foto: Dispenau)

13 Oktober 2012, Jakarta: Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda Bagus Puruhito mengatakan TNI AU akan membentuk skuadron khusus penampung pesawat F-16 hibah dari Amerika Serikat. Skuadron kelak akan ditempatkan di Pangkalan Udara Rusmin Nuryadin, Pekanbaru, Riau.

"Sementara ini akan segera dibangun dulu hanggarnya di sana (Pekan Baru). Dan pesawatnya (F-16) akan mulai datang (dari Amerika Serikat) tahun 2014 nanti sebanyak 24 unit secara bertahap," kata Bagus di Pangkalan Udara Husein Sasteranegara, Bandung, Sabtu 13 Oktober 2012.

Meski di Pekanbaru, Bagus melanjutkan, ke-24 pesawat hibah eks-Angkatan Udara Amerika Serikat itu tak akan disatukan dengan skuadron yang sudah ada di Lanud Rusmin yakni skuadron 12 yang diperkuat pesawat Hawk 200.

"Skuadron untuk F-16 nanti berdiri sendiri, terpisah dari skuadron 12. Nama skuadronnya nanti tentu tergantung Kepala Staf Angkatan Udara," katanya.

Bagus menjelaskan, penempatan F-16 di Pekanbaru tak lepas dari strategi modernisasi teknologi alutsista TNI-AU. Selain juga untuk perimbangan kekuatan di wilayah, supaya lebih berimbang. "Dengan belanja banyak alutsista baru kan (negeri) tetangga juga mikir (memperhitungkan kekuatan Indonesia)," kata dia.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelumnya mengatakan, hibah 24 pesawat F-16 eks Amerika Serikat tersebut akan menambah jumlah kekuatan F-16 Indonesia yang sudah memiliki 10 unit F-16. "Jadi nanti akan ada dua skuadron (F-16). Salah satu skuadron berisi 16 pesawat," katanya Maret lalu.

Sumber: TEMPO

Thursday 11 October 2012

PUNA Segera Diproduksi Massal Untuk Memenuhi Kebutuhan Pertahanan

 
 
JAKARTA-(IDB) : Keberhasilan uji coba pesawat Unimaned Aerial Vechile (UAV) atau Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), memukau para pengunjung acara tersebut.

Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menuturkan, nantinya akan dibangun sebuah Skuadron PUNA guna pengamanan daerah perbatasan.

"Mulai saat ini, kita akan menyetop penelitian dan pengembangan pesawat PUNA dan kita akan memasuki pembuatan pesawat secara massal yang nantinya untuk memenuhi kebutuhan TNI, dengan membangun Skuadron PUNA," kata Purnomo, kepada wartawan, di Base Ops Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2012).

Menurutnya, pembuatan pesawat PUNA secara masal ini nantinya akan diserahkan kepada PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk memproduksinya secara besar.

"Tentunya BPPT tidak bisa membuat secara massal, nantinya kami akan serahkan pembuatan kepada PT DI," tuturnya.

Purnomo menjelaskan, kebutuhan Pesawat PUNA untuk TNI Angkatan Udara (AU) harus memperhatikan kebutuhan dari TNI sendiri. Pasalnya, pembangunan Skuadron PUNA ini untuk tahap awal hanya untuk pengintaian saja.

Kedepannya, kata dia, PUNA buatan dalam negeri ini akan digunakan perang dan dipersenjatai, atau menggantikan pesawat tempur yang disebut dengan Unmaned Combat Aerial Vehicle (UCAV).

"Banyak manfaat dari pesawat ini, sebagai bombing, dan juga pesawat target," imbuhnya.

Purnomo mengatakan, produksi dalam negeri memang agak mahal harganya. Namun, dalam pemenuhan Alutsista TNI harus dicari harga yang ekonomis.
Sumber : Okezone

Tuesday 9 October 2012

Embarkasi Marinir dan Ranpur dari LST dan LPD


(Foto: Dispenarmabar)

9 Oktober 2012, Surabaya: Pasukan pendarat Marinir melaksnakan kegiatan embarkasi pasukan dan tank amfibi serta kendaraan tempur marinir di sejumlah KRI jenis Angkut pasukan Landing ship tank dan di kapal Markas Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) KRI Banjarmasin-592, Selasa (9/10/2012).

KRI jenis angkut pasukan yang dilibatkan dalam unsur tugas Angkut Komando Tugas Gabungan Amfibi dibawah Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib) yang dijabat oleh Pangarmabar Laksda TNI Sadiman .S.E.

Kapal jenis angkut pasukan tersebut KRI jenis Angkut pasukan KRI Teluk Mandar -514, KRI Teluk Ratai-509, KRI Teluk Sampit -515,KRI Celukan Bawang-532, KRI Teluk Sibolga-536 dan dan kapal markas KRI Banjarmasin-592.

Sedangkan Unsur Tugas Bantu dilibatkan KRI Arun- 903,KRI Soeharso-990 dan sejumlah unsur penyapu ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712 dan KRI Teluk Sibolga-536 ditugaskan sebagai satuan aju dalam lintas laut manuver lapangan Komando Tugas gabungan Amfibi menuju Perairan Kalimantan Timur.

Sementara itu di Pangkalan Angkatan Laut Ujung Surabaya dilaksanakan kegiatan peran tempur bahaya udara yang dilaksnakan oleh seluruh unsur yang disimulasikan mendapat serangan udara.

Sumber: Dispenarmabar

Parlemen Dukung Pencairan Anggaran Alutsista


MLRS Astros II Mk 6 akan memperkuat satuan kavaleri TNI AD.

9 Oktober 2012, Jakarta: DPR berkomitmen mendukung pencairan dana on top (dana yang tak diambil dari APBN, tapi langsung dianggarkan Bappenas) untuk penguatan alat utama sistem senjata (alutsista). Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengajukan dana on top pada 2013 sebesar 18,3 triliun rupiah.

"Asalkan untuk kepentingan alutsista, kami prinsipnya no problem. Apalagi itu sudah diprogram hingga 2014 mendatang," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, di Jakarta, Senin (8/10). Permintaan pengajuan dana itu masih dibahas di Badan Anggaran DPR. "Kami di Komisi I tinggal memastikan, kalau ada penyesuaian dana on top dari Banggar, penyesuaiannya berapa?" kata Tubagus.

Total dana on top alutsista yang dianggarkan pemerintah dari 2010 hingga 2014 sebesar 57 triliun rupiah. Dana itu sebagai tambahan untuk memenuhi kekuatan pokok minimal (minimum essential forces) untuk periode lima tahun itu sebesar 156 triliun rupiah. Dana itu terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 sebesar 99 triliun rupiah dan dana on top sebesar 57 triliun rupiah.

Kemhan menargetkan bisa mengadakan 45 jenis alutsista dari anggaran tersebut untuk Mabes TNI, TNI AD, TNI AU, dan TNI AL. Jumlah itu setara dengan 30 persen kekuatan MEF. Adapun MEF sendiri ditarget tercapai pada 2024 mendatang. Sebanyak 14 jenis alutsista di antaranya diperuntukkan bagi TNI AU, yang terdiri dari lima jenis pesawat tempur, tiga jenis pesawat angkut, dua jenis helikopter, dua jenis pesawat latih, serta beberapa jenis pesawat tanpa awak dan alutsista udara lain di luar radar.

Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, justru sedikit pesimistis semua dana on top bisa cair pada 2014. "Kementerian Pertahanan seharusnya mengajukan dana on top pada 2013 lebih besar lagi karena dana tersisa masih besar. Minimal diajukan 22 triliun rupiah agar bisa terserap maksimal," kata Mahfudz.

Menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, optimistis dana on top bisa maksimal dipergunakan hingga 2014 mendatang. "Hingga 2013 sudah cair 29 triliun rupiah. Sisanya saya optimistis bisa dicairkan pada 2014 mendatang," kata Purnomo.

Adapun rincian dana on top yang sudah cair, antara lain hingga 2012 ini keluar sebesar 17 triliun rupiah, lalu pada 2013 diajukan sebanyak dua kali masing-masing sebesar 6 trilun rupiah. Sisanya sebesar 28 triliun rupiah akan dicairkan pada 2014. "Kita upayakan untuk bisa cair semua," ujar Purnomo.

Dengan demikian, target mencapai 30 persen kekuatan MEF pada 2014 bisa tercapai. Menhan bahkan optimistis bisa melampaui target MEF hingga 40 persen di masa akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Ini karena kita banyak ditawarkan alutsista hibah dari negara lain," kata dia. Hibah 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat dinilai sangat signifikan menggenjot target pemenuhan MEF.

Sumber: Koran Jakarta

Legislator Harapkan Inhan Serap Tenaga Terdidik


Senapan serbu produksi PT. PINDAD digunakan oleh Kopassus. (Foto: Berita HanKam)

9 Oktober 2012, Jakarta: Anggota Komisi I dari Fraksi PKS Al Muzzammil Yusuf berharap agar UU Industri Pertahanan mampu menyerap tenaga kerja terdidik sehingga pengangguran bisa berkurang dan tidak terjadi brain drain.

Dalam siaran persnya, Selasa (9/10), Muzzammil mengatakan, harapan PKS dari UU ini di antaranya adalah agar industri pertahanan dapat maju dan mandiri sehingga mampu menyerap tenaga kerja terdidik dalam negeri dalam jumlah besar. "Fungsi industri pertahanan untuk menyerap tenaga kerja sudah tercantum dalam UU ini pada Pasal 4 huruf c," ujarnya.

Berdasarkan data BPS, hingga Februari 2012, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 6,32 persen dengan jumlah total penganggur mencapai 7,6 juta orang. Untuk TPT tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana, masing-masing 7,5 persen dan 6,95 persen dari angka pengangguran.

"PKS berharap setelah dilakukan revitalisasi terhadap industri pertahanan, pengangguran terdidik dapat terserap sekitar 5-10 persen. Ini penting agar tidak terjadi brain drain di mana SDM terbaik bangsa ini lebih memilih bekerja di luar negeri dibandingkan di dalam negeri," harap politisi asal Lampung ini.

Kata Muzzammil, pasca disahkannya UU ini, setiap industri pertahanan harus memiliki roadmap jangka pendek, menengah, dan panjang yang komprehensif dalam menyerap tenaga kerja dalam negeri yang berkualitas. "Ini peluang bagi SDM terbaik bangsa Indonesia untuk terlibat dalam membuat alat peralatan pertahanan dan keamanan yang canggih melalui industri pertahanan baik di BUMN maupun swasta," ujarnya.

Muzzammil berharap suatu saat akan ada alutsista yang canggih buatan anak bangsa yang digunakan untuk membangun kekuatan pertahanan Indonesia dan membuat negara lain bangga dengan kualitas SDM Indonesia. "Untuk itu, PKS berharap pemerintah melalui Komite Kebijakan Industri Pertahanan dapat serius mewujudkan kemandirian dan kemajuan industri pertahanan dalam negeri."

Sumber: Jurnal Parlemen  &Berita HanKam

PT Palindo Segera Serahkan KCR 40 Ketiga


Peresmian KRI Kujang KCR 40 kedua produksi PT. Palindo. (Foto: DMC)

9 Oktober 2012, Batam: TNI Angkatan Laut segera mendapatkan kembali satu unit Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 M dari industri galangan kapal PT Palindo Marine, Batam.

"KCR yang ketiga ini tinggal tahap 'finishing' saja. Pekan lalu sudah diluncurkan' dan akhir tahun ini mungkin bisa diserahterimakan," kata Managing Director PT Palindo Marine Harmanto saat menerima kunjungan rombongan Puskom Publik Kemhan dan wartawan di pabrik PT Palindo Marine, Batam, Selasa.

Kapal itu merupakan salah satu dari empat KCR yang telah dipesan pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) dari PT Palindo Marine. Sebelumnya dua unit kapal lainnya telah diserahterimakan, yakni KRI Celurit-641 dan KRI Kujang-642.

Menurut dia, kapal ketiga ini sudah berada di galangan kapal dan akan menjalani penyempurnaan. Setelah penyempurnaan, akan dilakukan pengujian di laut.

Sambil menyelesaikan kapal ketiga, lanjut Harmanto, pihaknya juga sudah mulai tahapan pengerjaan kapal keempat, dimana semua kapal lengkap, kecuali persenjataannya.

Di tempat yang sama, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin menuturkan, pemerintah akan membeli total sekitar 35 KCR untuk memenuhi kebutuhan sesuai program pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF).

"Sejauh ini baru empat yang kita pesan. Indonesia butuh kapal-kapal jenis ini untuk pengamanan wilayah laut, terutama di kawasan barat," ujarnya.

Hartind yang juga menjabat staf ahli Menhan juga mengatakan, perairan wilayah barat sangat cocok untuk kapal-kapal kecil seperti ini (panjang di bawah 100 meter) karena perairannya dangkal.

"Kalau di timur, kita butuh kapal-kapal besar yang panjangnya di atas 100 meter, dimana Kemhan telah memesan kepada PT PAL Surabaya. Kita juga punya program Korvet Nasional," tuturnya.

Komandan Satgas KCR-40 dan PC-43 TNI Angkatan Laut Kolonel Nurwahyudi menambahkan, butuh waktu sekitar 12 bulan untuk merampungkan satu unit KCR terhitung sejak penandatanganan kontrak. "Nanti sebelum diserahterimakan ada uji kelaikan laut dulu oleh TNI Angkatan Laut," katanya.

Sumber: Republika

12 Penerbang Mengikuti Pendidikan Konversi Super Tucano


enhan, Purnomo Yusgiantoro berada di depan pesawat Super Tucano seusai menyerahkan pesawat itu di Skadron 21, Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jatimr, Senin (17/9). Pesawat Super Tucano tersebut dipesan TNI AU dari pabriknya di Brazil, dan pesawat selanjutnya akan dikirim secara bertahap untuk melengkapi kebutuhan skadron udara dengan jumlah 16 pesawat. FOTO ANTARA/Ari Bowo Sucipto/Koz/Spt/12)

9 Oktober 2012, Malang: Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh Malang Marsekal Pertama (Marsma) TNI Gutomo kemarin melantik 12 penerbang peserta pendidikan konversi. Mereka disiapkan menjadi penerbang khusus pesawat tempur Super Tucano.

Menurut Gutomo, pesawat super tucano merupakan tanggung jawab bersama di Lanud Abdulrachman Saleh baik dari sisi perawatan maupun operasional. Jadi, dibutuhkan tenaga terampil, terlatih, dan bertanggung jawab untuk mengelolanya. “Empat unit pesawat yang sudah ada. Ini tentunya bisa dimaksimalkan untuk latihan bersama,”ujarnya.

Dia berharap, pendidikan konversi pendidikan ini mampu membangun sumber daya manusia yang andal di lingkungan Skadron Udara 21. Sebab para penerbang ini adalah kekuatan TNI AU di masa mendatang, demi menjaga keutuhan NKRI.

Tes Urine

Sementara itu, kemarin ratusan penerbang di Lanud AbdulrachmanSalehMalangmenjalani tes urine. Tes digelar mendadak seusai apel pagi. Menurut Kepala Rumah Sakit Lanud Abdulrachman Saleh Letkol Kes Muklis, tes ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya penyalahgunaan narkoba di korps penerbang.

Dia mengatakan, tes semacam ini sebenarnya sudah rutin digelar, khususnya bagi penerbang yang akan bertugas.“Narkoba sangat berbahaya. Sudah ditemukan penerbang sipil yang mengkonsumsinya. Karena itu kam harus melakukan antisipasi,”tegasnya.

Hasil tes ini akan diketahui dalam 6-8 hari ke depan.Saat ini seluruh urine penerbang yang dikumpulkan masih diuji di laboratorium rumah sakit Lanud Abdulrachman Saleh. Penerbang yang diketahui posisitif mengonsumsi narkoba akan disanksi sesuai peraturan.

Sumber: SINDO

KASAL Tinjau Gelar Pasukan Latihan Armada Jaya 2012


(Foto: Dispenarmatim)

8 Oktober 2012, Surabaya: Dalam rangka Geladi Lapangan Latihan Armada Jaya XXXI/2012, telah dilaksanakan Gelar Pasukan yang diikuti oleh seluruh unsur dan personel yang terlibat dalam latihan di Komando Armada RI Kawasan Timur. Gelar pasukan dipimpin langsung Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, selaku Pemimpin Umum Latihan Armada Jaya XXXI/2012 di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Senin (8/10).

Kegiatan tersebut dihadiri pejabat Mabesal, para Pangkotama TNI Angkatan Laut, Direktur Latihan Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Seskoal, Komandan Kogasgabfib Laksamana Muda TNI Sadiman (Pangarmabar) serta para pejabat latihan Armada Jaya XXXI/2012 lainnya.

Dalam amanat Kasal Laksamana TNI Soeparno diantaranya mengatakan, bahwa keberhasilan pelaksanaan latihan ini sangat tergantung dari kesiapan operasi yang sudah direncanakan. Namun tentunya tuntutan untuk tetap menyesuaikan dengan berbagai perubahan yang terjadi sebagai dampak perkembangan situasi dan kondisi di lapangan, tetap harus mampu diantisipasi serta diwaspadai, khususnya yang berkaitan dengan penembakan senjata strategis dihadapkan kepada perubahan kondisi alam.

Fungsi komando dan pengendalian harus tegas serta melalui proses pengambilan keputusan yang cermat, cepat dan akurat dalam menyelesaikan segala permasalahan yang berkembang di lapangan. Demikian pula acuan keselamatan dan keamanan diatas segala-galanya, harus menjadi pedoman dalam berbagai kegiatan latihan. “Hal ini selain menyangkut keamanan material, juga keselamatan personel tetap menjadi hal yang utama untuk dilakukan,”tegas Kasal.

Untuk diketahui, bahwa pada tahap manuver lapangan Latihan Armada Jaya XXXI ini dimulai tanggal 9 hingga 22 Oktober. Kekuatan yang dikerahkan meliputi 5.500 personel, 35 kapal perang dari berbagai jenis (Kapal Selam, Perusak Kawal Rudal, Kapal Cepat Rudal, Perusak Kawal, Angkut Tank, Buru Ranjau, Kapal Tanker dan Kapal Bantu Tunda), 6 pesawat udara, 1 Batalyon Tim Pendarat Marinir beserta 93 kendaraan tempur Pasukan Pendarat.

Dalam latihan ini beberapa kapal akan melaksanakan uji coba penembakan peluru kendali, seperti rudal Yakhont, rudal Exocet MM 40, rudal C-802 serta penembakan Torpedo Sut dengan sasaran kapal permukaan. Manuver lapangan digelar mulai Laut Jawa, hingga puncaknya dilaksanakan operasi amfibi berupa pendaratan Pasukan Pendarat Marinir di Sanggatta, Kalimantan Timur.

Sumber: Dispenarmatim

TNI AL Minta Bahan KCR Siluman Diganti


KRI Klewang sebelum ditarik ke laut. (Foto: North Boat Sea)

8 Oktober 2012, Surabaya: TNI AL tetap akan melanjutkan pemesanan kapal cepat rudal canggih setipe dengan KRI Klewang yang terbakar dan meleleh belum lama ini.

Hal ini ditegaskan Kasal Laksamana TNI Soeparno usai gelar pasukan Latihan Armada Jaya, di Koarmatim, Ujung, Senin (8/10/2012).

"Kita akan evaluasi, namun secara garis besar kita tidak akan memesan yang sama dalam arti bahan yang sama,” jelas Soeparno.

Kontrak pembuatan kapal kata Soeparno juga akan dievaluasi lagi, namun bukan berarti pemesanan dibatalkan. Sebenarnya kata Soeparno TNI AL memesan empat kapal cepat rudal. Namun setelah ada kejadian terbakar dan tidak bisa diatasi kontrak akan dievaluasi lagi, terutama bahan pembuatan kapal yang tidak sama dengan kapal yang terbakar. Kapal yang terbakar itu belum diserahkan ke TNI AL.

“Kalau kita memesan kapal dengan bahan yang sama dan masyarakat tahu terbakar dan tidak bisa diatasi, apa kata dunia,” ujarnya.

Sebelumnya KRI Klewang-625 yang dipesan TNI AL dari galangan kapal PT Lundin Industry Invest, Banyuwangi, Jawa Timur, terbakar di Pangkalan Angkatan Laut Banyuwangi pada 28 September 2012.

Kapal yang diperkenalkan pada 31 Agustus 2012 itu statusnya masih dalam tahap uji coba. Kapal perang dengan harga sekitar Rp 114 miliar dan dilengkapi senjata rudal itu, memiliki keunggulan tidak terdeteksi oleh radar musuh dan cocok digunakan untuk kegiatan patroli di wilayah perairan Indonesia.

Sumber: Surya

Monday 8 October 2012

TNI AD Modernisasi Alutsista


MRLS Astros II Mk 6 produksi Avibras, Brazil dipilih TNI AD untuk memodernisasi alutsista satuan kavaleri. Pihak pabrikan membawa dua unit Astros dalam pameran Alutsista TNI AD 2012 di Lapangan Monas. (Foto: Berita HanKam)

8 Oktober 2012, Jakarta: Modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negara sudah menjadi komitmen bersama pemerintah dan DPR.

Bahkan, realisasi untuk tujuan itu pun sudah ada dengan menaikkan anggaran pertahanan hingga lebih 77 triliun rupiah. Khusus di lingkungan TNI AD, modernisasi alutsista sudah direncanakan. Bahkan dalam waktu dekat ini, TNI AD berencana memesan alutsista dari negara Eropa, di antaranya Jerman dan Prancis.

Beberapa prototipe alutsista yang terbaru itu, di antaranya multiple launcher rocket system (MLRS) Astros II dan meriam 155 mm Caesar, juga alat-alat lainnya, diperlihatkan dalam pameran alutsista TNI di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Sabtu (6/10). Penegasan tersebut dikemukakan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Pramono Edhie Wibowo, di sela-sela pameran.

Dalam pameran yang dibuka oleh Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, itu pengunjung yang berasal dari kalangan masyarakat umum diperbolehkan melihat dari dekat, berfoto, bahkan mencoba menaiki sebagian besar alutsista yang dipamerkan. Pramono mengatakan dalam rangka memperingati ulang tahun ke-67 TNI, khusus TNI AD ingin melaporkan diri peralatan apa saja yang digunakan dan akan digunakan dalam waktu segera oleh TNI AD. Pramono Edhie menyatakan melalui pameran ini, dia juga ingin memberikan pertanggungjawabannya selaku KSAD yang diberi amanat oleh Presiden dan rakyat untuk melakukan segala upaya dalam menjaga keutuhan bangsa.

Selain itu, lanjut Pramono Edhie, pihaknya berkenan menerima koreksi dari masyarakat setelah mereka melihat alutsista yang dipamerkan tersebut.

"Masyarakat bisa menilai sendiri melalui pameran ini, apakah kami melakukan langkah yang efi sien ataukah hanya menghabiskan anggaran yang dipungut dari pajak mereka. Setelah acara ini, saya berharap masyarakat semakin mengerti bahwa peralatan TNI AD seperti ini sehingga saya mohon dukung terus kepentingan untuk melengkapi alutsista AD sehingga akhirnya kami siap menjaga kedaulatan RI," papar Pramono.

Teknologi Militer

Sementara itu, melalui Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang), Mabes TNI memperkenalkan sejumlah hasil teknologi alutsista yang berhasil mereka ciptakan, di antaranya senapan mesin multilaras (gatling gun) dan monitor serangan panas (heat stroke monitor).

Kepala Subdinas Materiil Utama TNI AD, Kolonel (Kav) Rihananto, saat ditemui Sabtu, mengatakan pengembangan teknologi dilakukan untuk memenuhi minimum essential force, yakni suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh TNI AD dengan batas minimum yang bisa digunakan untuk pelaksanaan tugas pokok dari TNI AD, baik masalah operasi perang maupun selain perang. Gatling gun diciptakan Dislitbang TNI-AD untuk digunakan oleh satuan-satuan manuver dalam rangka penyerangan maupun pertahanan diri.

"Karena memiliki kemampuan daya tembak besar, dilihat dari segi amunisi yang dimuntahkan itu banyak sekali, yaitu antara 3.000–3.500, maka ini akan cocok menjadi aplikasi dari kecabangan lain di TNI AD," ujar dia.

Sumber: Koran Jakarta

TNI AL Akan Bangun Lanal di Pantai Selatan Jabar


Kapal patroli KRI Warakas. (Foto" Ivan Meshkov)

8 Oktober 2012, Bandung: TNI Angkatan Laut (AL) berencana membangun pangkalan laut skala B di kawasan pesisir Pantai Selatan Jawa Barat.

Komandan Lanal Bandung Kolonel Laut (P) Iswan Sutiswan mengatakan kehadiran pangkalan laut di wilayah selatan sudah sangat mendesak terkait banyaknya persoalan di perairan tersebut.

“Pembangunan belum akan dimulai. Saat ini baru dicari tempat-tempat strategis di daerah tersebut,” kata Iswan di Bandung.

Pangkalan laut itu sendiri kemungkinan akan berstandar pada type B yang nantinya akan didukung oleh dermaga dan tempat perawatan alutsita TNI AL. Pembangunan pangkalan menurutnya direncanakan akan dilakukan secara bertahap dari type C ke B.

“Tidak menutup kemungkinan menjadi type A. nanti yang memimpin setingkat kolonel,” katanya.

Dengan pangkalan type tersebut menurut Iswan, di masa mendatang kerawanan wilayah laut selatan Jabar bisa ditakar TNI AL. “[Selatan Jabar] Ke depan kayak apa? Sekarang selatan tidak terpantau, ke depan bakal rawan seluruhnya. Kita jangan berpikir sekarang ini, tapi 10-20 tahun akan makin rawan perairan di sana,” katanya.

Menurut Iswan, persoalan penyelundupan seperti manusia, ikan dan barang-barang terlarang sudah makin banyak melewati laut selatan. Dalam perencanaan yang sudah disusun TNI AL pangkalan laut akan merata dibangun sepanjang wilayah Pantai Selatan Jabar.

“Bukan hanya di Pangandaran [Ciamis] tapi di tiap titik akan ada,” katanya.

TNI AL memandang keberadaan pangkalan laut di pantai selatan Jabar sepanjang 500 kilometer sudah menjadi kebutuhan mengingat untuk wilayah sepanjang itu pos yang ada masih terbatas.

“Sementara pos di wilayah tersebut Cuma ada dua, Pangandaran dan Pelabuhan Ratu, sub-sub pos pun sangat terbatas,” katanya.

Menurutnya perairan paling rawan terdapat di Sukabumi dan Ciamis. Iswan menuturkan, pelaku kriminal saat ini menganggap daerah pantai selatan aman untuk melakukan hal-hal kejahatan. Hal ini terjadi karena sampai saat ini belum terpantau oleh pemerintah daerah dan aparat keamanan.

Persoalan kurangnya pemantauan juga terjadi karena minimnya kapal patroli yang dimiliki TNI AL. “Kita punya alat utama terbatas juga, wilayah rawan banyak. Ke depan, dimana prioritas rawan, akan dikerahkan di sana, dan perlu ada kerjasama antara TNI-Polri,” katanya.

Sumber: Bisnis Jabar

Mistral Komodo Akan Memperkuat Arhanud 2014


Ranpur Komodo dipersenjatai rudal Mistral akan diserahkan ke TNI AD pada 2014. (Foto: Berita HanKam)

6 Oktober 2012, Jakarta: Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI AD akan dipersenjatai rudal Mistral buatan Perancis pada 2014. Mistral telah digunakan TNI AL untuk melindungi kapal perang dari serangan udara.

Mistral dipasang di ranpur Komodo produksi PT. PINDAD. Sistem rudal Mistral yang dibeli oleh TNI AD dari tipe Atlas, dimana penembakan rudal dilakukan oleh seorang prajurit yang duduk di sistem peluncur dan dibantu tiga prajurit.

Sistem peluncur dapat dicopot dari ranpur, jika medan operasi tidak dapat dijangkau oleh ranpur pembawa sistem peluncur.

Sistem peluncur rudal Mistral. (Foto: Berita HanKam)

Peluncuran rudal dipandu oleh radar MCP, dimana mampu mendeteksi sasaran awal 30 km dan menangkap 20 sasaran pada waktu bersamaan. Radar dirancang berkemampuan anti-jamming, penindaan teman atau musuh dan dapat dioperasikan siang dan malam di segala medan serta cuaca. Radar MCP dioperasikan oleh tiga prajurit.

Rudal Mistral mempunyai jarak tembak effektif 6,2 km dan ketinggian 4 km. Kecepatan rudal mencapai 2,5 mach dan diklaim probabilitas melumat sasaran hingga 97%.

Arhanud akan juga dipersenjatai rudal Starstreak jarak tembak effektifnya lebih jauh dari Mistral. Kedua jenis rudal ini akan menggantikan peran rudal RBS-70 dan Rapier dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Sumber : Berita Hankam

Astros II Mk 6 MLRS Multi Kaliber Siap Perkuat Armed TNI



Avibras Astros II Mk 6 (all photos : Defense Studies)

Pada tanggal 5 Oktober lalu bertepatan dengan HUT TNI yang ke-67 dilangsungkan parade militer dan defile dimana publik dapat melihat tampilnya dua kendaraan peluncur roket multi laras baru buatan Brazil.  Kendaraan ini telah didatangkan ke Jakarta melalui bandara Halim Perdana Kusumah yang selanjutnya dipamerkan di lapangan Monas.

Kendaraan buatan Avibras Aerospacial Brazil ini mempunyai nama ASTROS (Area Saturation Rocket System), diproduksi pertama kali pada tahun 1983 dan terus dikembangkan sampai sekarang. Serie yang dipilih Indonesia adalah dari tipe II dan generasi ke-6 (Astros II Mk 6). Sistem senjata ini mempunyai jangkauan jarak tembak hingga 85 kilometer.


Dengan anggaran senilai 405 juta dolar dan pola pembelian secara G to G maka TNI AD bisa mendapatkan 2 1/3 batalyon atau 42 unit peluncur roket multi laras sekaligus multi kaliber Astros II Mk 6. Pilihan terhadap Astros ini akan membawa lompatan yang besar pada kemampuan batalyon roket TNI AD, sebelumnya TNI AD mengoperasikan peluncur roket M-51 kaliber 130mm buatan Cekoslowakia yang mempunyai jarak jangkau tembakan 8km.

Ada 4 tipe roket/munisi yang siap digunakan untuk Astros II, masing-masing S-30, S-40, S-60, dan S-80. Dalam tahap awal munisi yang akan digunakan oleh TNI AD adalah S-80 yang mempunyai kaliber 300 mm dan jangkauan tembak hingga 85 km. Daya hancur yang ditimbulkan dari 1 munisi saja adalah area seluas 400mx550m, bisa dibayangkan daya hancur yang ditimbulkan jika 1 kendaraan Astros dapat membawa 4 munisi tersebut. Tipe S-80 ini terdiri dari 52 submunisi tipe tandan/cluster anti personil dan anti material dengan kecepatan tembak salvo 16 detik. Tiap submunisi memiliki radius efektif 52m dan daya tembus baja hingga 200mm serta dilengkapi alat penghancur sendiri (self destruction device).


Selain munisi tipe tersebut, untuk sarana latihan akan menggunakan munisi SS-09 berkaliber 70mm dan jangkauan tembak maksimal 10km dengan jumlah laras 32 buah. Penggunaan munisi latihan ini akan lebih praktis karena pada prakteknya akan muncul kesulitan untuk mencari lokasi latihan yang steril dari penduduk dengan jarak paling tidak 100 km.

Sistem pengisian ulang (reloading) munisi Astros ini sangatlah mudah, untuk satu set munisi yang dibawa oleh satu kendaraan Astros hanya dibutuhkan waktu 8 hingga 12 menit saja.
Astros MLRS menggunakan platform kendaraan Tatra 6x6 yang telah dimodifikasi dengan penggunaan pelat baja sehingga awak kabinnya terlindung dari  tembakan hingga kaliber 7,62mm. Kendaraan ini juga dilengkapi dengan pelontar tabir asap dan senapan mesin berat kaliber 12,7mm. Kendaraan munisi dan bengkel lapangan dapat juga difungsikan sebagai peluncur roket (interchangeable) karena di dalam kabinnya telah dilengkapi dengan komputer penembakan. Kendaraan peluncur roket itu sendiri dioperasikan oleh empat orang.


Berat kosong kendaraan ini hanya 24 ton, bahkan dengan ukuran panjang 9,9m, lebar 2,8m, dan tinggi 3,2m memungkinkan Astros untuk dapat dengan mudah diangkut oleh pesawat sekelas C-130 Hercules, hal ini akan memudahkan Astros untuk disebar di daerah konflik yang lokasinya relatif jauh dari markasnya. Kendaraan Astros ini juga dapat dipacu hingga kecepatan 100 km/jam dengan daya jelajah hingga 600km.

Belum jelas kendaraan apa saja yang akan dibeli menyertai Astros MLRS ini, yang jelas dalam sistem Astros II secara lengkap terdiri dari beberapa kendaraan : Universal Multiple Launcher (AV-LMU), Ammunition Supply Vehicle (AV-RMD), Command and Control Vehicle/Fire Control Unit (AV-VCC), Optional Electronic Fire Control Unit (AV-UCF), dan Mobile Workshops (untuk perbaikan di lapangan).

Astros II beserta kendaraan pendukungnya (photo : Avibras)
Negara lain di kawasan yang mengoperasikan Astros MLRS adalah Malaysia, berbeda dengan Indonesia tipe yang dimiliki Malaysia adalah serie Astros II Mk 5. Malaysia pada tahun 2000 telah membeli Astros pada batch pertama sebanyak 18 unit dan diikuti dengan pesanan lanjutan pada batch kedua sebanyak 18 unit.

Pembelian Astros MLRS ini akan melengkapi modernisasi alutsista TNI AD yang akan tampil semakin gahar dengan alutsista lainnya yang cukup mumpuni yaitu Caesar SPH 155mm, MBT Leopard dan heli serang Apache.

Sumber : Defense Studies

Senjata SS2-V4 Andalan Baru Prajurit Kostrad




Varian senapan SS2 (image : Pindad)

Mojokerto - Modernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI terus dikembangkan. Kali ini, sejata jenis SS2-V4 menjadi kebanggaan Kostrad TNI AD. Senapan serbu ini dapat membunuh musuh dengan sekali tembakan.
Senapan Serbu 2 Varian 4 atau SS2-V4 bakal menjadi senjata andalan Kostrad. Yang berkesempatan pertamakali memanggul senjata seberat 3,1 Kg ini adalah Yonif Linud 503 Kostrad TNI AD. Senjata ini dapat digunakan di segala medan.
Dibandingkan dengan senapan generasi sebelumnya, SS1-V4, yang jarak tembaknya hanya 400 meter, beberapa kelebihannya SS2-V4 adalah, bisa menembak sasaran maksimum 500 meter masih sangat akurat.
Selain itu, para prajurit Kostrad bisa menembak sasaran dengan tepat karena senjata pabrikan PT Pindad ini menggunakan teleskop. Jika automatic diaktifkan, 15 detik bisa memuntahkan 30 butir peluru dalam magazine ke arah sasaran.
Ditemui di Markas Batalyon, Komandan Yonif Linud 503 Kostrad, Letkol Inf. Teguh Pudji mengatakan, rencana senjata ini akan digunakan untuk tugas di perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Atambua NTT pada Januari 2013 mendatang.
"Memang senjata baru ini baru diberikan langsung dari Mabes TNI ke Yonif Linud 503. Semua Batalyon belum memiliki senapan serbu ini," ujarnya kepada detiksurabaya.com di Lapangan Tembak Mayangkara, Minggu (7/10/2012) siang.
Rencananya, sekitar 650 prajurit Yonif Linud 503 Kostrad yang bertugas ke Atambua NTT akan menggukan senjata ini untuk menjaga keutuhan NKRI. "Semoga Alutsista TNI semakin maju untuk mengaja kedaulatan NKRI," pungkasnya.
Sumber : Detik

Sunday 7 October 2012

USS Cowpens Bersandar di Tanjung Priok


USS Cowpens kapal perang jenis cruiser kelas Ticonderoga kembali ke pangkalannya di Yokosuka, Jepang setelah melakukan tugas patroli rutin. (Foto: U.S. Navy/MC3 Class Charles Oki)

7 Oktober 2012, Jakarta: Kapal jenis Cruiser dari Angkatan Laut Amerika Serikat USS Cowpens (CG-63) tiba di dermaga 103 Tanjung Priok, Jakrta utara disambut dengan upacara militer dari Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal ) III, Minggu (7/10).

Kapal perang USS Cowpens yang mempunyai panjang 173, lebar 16,8 dengan bobot 9,600 ton memiliki persenjataan cukup lengkap antara lain memiliki RGM-84 Harpoon Missile, Torpedo Tube MK 32, Phalanx CIWS Blok 1B, meriam caliber 12,7 mm dan 25 mm mk 38 serta Tomahawk  BGM-109 dan ASROC Rum-139A.

Kedatangan kapal yang berpangkalan di Yokusoda, Jepang ke Indonesia ini dalam rangka hubungan persahabatan serta untuk lebih mempererat kerjasama antara Angakatan Laut Amerika Serikat (US Navy) dengan TNI Angkatan Laut. Kapal perang yang dapat melaju dengan kecepatan 32 knot ini dilengkapi pula dengan hellikopter.

Selama di Jakarta kapal perang dengan komandannya Capt. Thomas C. Disy beserta 400 ABK diantaranya 33 perwira, ini akan melaksanakan kegiatan selain mengadakan kunjungan kehormatan ke pejabat TNI Angkatan laut juga akan melaksanakan kegiatan santai olahraga bersama yang diisi dengan pertandingan sepak bola dan bola volley dengan parajurit Lantamal III.

Sumber: Pos Kota

TNI AD Masih Mengkaji Jenis Helikopter Serang yang Akan Dibeli


Bell 412EP helikopter terbaru TNI AD. Helikopter dibuat di PT IPTN berdasarkan lisensi dari Bell Textron. Dibagian bawah hidung helikopter dipasang FLIR. Bentuk Bell 412EP mirip Bell 205 yang juga dioperasikan TNI AD. Perbedaan mencolok bilah rotor Bell 205 berjumlah 2 buah, sedangkan Bell 412EP 4 buah. (Foto: Berita HanKam)

7 Oktober 2012, Jakarta: Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) belum memastikan jenis helikopter serang yang bakal dibeli. Pasalnya, mereka harus melakukan kajian terlebih dahulu mengenai jenis yang cocok dengan kebutuhan.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menjelaskan, sekarang ini pihaknya sedang mempelajari jenis helikopter serang apa yang tepat untuk dibeli.“Ada banyak yang menjadi acuan, di antaranya ketersediaan anggaran,” katanya seusai pembukaan pameran alat utama sistem senjata (alutsista) di Monas, Jakarta, kemarin.

Faktor kemampuan anggaran ini memegang kendali besar dalam penentuan pilihan. Bahkan, bisa saja pilihan berubah setelah ditentukan jika ternyata anggaran tidak mencukupi. Dicontohkan Pramono, jika hasil kajian kebutuhan menghendaki TNI AD membeli helikopter serang jenis Apache, belum tentu hal itu lantas dipenuhi. “Kalau terlalu mahal, ya bagaimana. Tentu kami akan turunkan grade-nya agar sesuai dengan anggaran,”sebut dia.

Selain Apache produksi Amerika Serikat, ada cukup banyak jenis helikopter serang seperti Black Hawk dan Super Cobra. Ada pula produk dari Eurocopter. “Kami masih mengkaji semuanya, mana yang sesuai,”tuturnya. Bahkan, TNI AD juga berencana menggunakan helikopter buatan PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan Eurocopter. Namun, ini untuk helikopter pengganti Bolcow.

Meski begitu, mantan Pangkostrad itu menegaskan bahwa TNI AD tidak akan membeli alutsista murahan. Sekalipun mencari yang harganya tidak mahal, dia menjamin itu adalah produk yang berkualitas. Alutsista yang dibeli juga harus dipastikan cocok dengan kemampuan pengguna, baik menyangkut pengoperasiannya maupun pemeliharaan dan perawatan.

Dia menganalogikan pengadaan sepeda motor untuk Babinsa. “Buat apa beli barang murah tapi setelah setahun dipakai tidak dapat digunakan lagi. Setelah rusak kita tidak bisa memperbaiki karena spare part tidak ada,” imbuhnya.

Sementara itu, Mabes TNI menyerahkan sepenuhnya proses penentuan pilihan jenis helikopter serbu ini kepada TNI AD selaku pemakainya. “Di dalam konteks pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) memang ada heli serang yang mau dibeli TNI AD. Heli serang itu bermacam-macam (jenisnya), saya serahkan sepenuhnya kepada TNI AD untuk mengkaji dan menentukan pilihannya,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.

Dia menambahkan,Indonesia sekarang ini memang membutuhkan keberadaan helikopter jenis ini. Helikopter ini bisa digunakan untuk antigerilya atau counter insurgency.“Jadi, memang kita masih memerlukan helikopter tersebut,” ujarnya. Sebenarnya saat ini TNI AD sudah memiliki helikopter jenis serupa, yakni Mi-35P dari Rusia. Namun jumlahnya masih terbatas.

Sumber: SINDO