Pages

Saturday, 16 May 2015

Dana Proyek Kapal Selam Nyangkut di Kemenkeu

Jakarta – Kementerian Pertahanan punya program pengembangan kapal selama secara mandiri di dalam negeri. Program ini merupakan kelanjutan dari pembelian kapal selam kelas U 209 dari Korea Selatan.

Sebanyak 2 unit pertama akan diproduksi oleh Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan kemudian 1 unit berikutnya dikembangkan dan diproduksi pada fasilitas milik PT PAL Indonesia di Surabaya Jawa Timur. Lantas sudah sejauh mana perkembangan mega proyek strategis ini?

Direktur Utama PAL, M. Firmansyah Arifin menjelaskan persiapan program pengembangan kapal selama lokal ini terus berjalan. PAL telah mengirimkan 100 mekanik dan insinyur perkapalan ke Korea Selatan untuk mengikuti program Transfer of Technology (TOT).

Sejalan dengan pengiriman tenaga ahli ke Korsel, BUMN bidang perkapalan ini sedang membangun fasilitas bengkel dan alat produksi kapal selam di Surabaya.

“Total insinyur dan mekanik yang akan dikirim ada 206 orang, tapi yang sudah dikirim baru 100 orang. Pengiriman 100 orang dibiayai oleh PAL,” kata Firmansyah saat berbincang dengan detikFinance, Jumat (15/4/2015).

Firmansyah mengakui pengembangan kapal selam di tanah air mundur dari jadwal. Rencana awal ialah produksi dimulai pada pertengahan 2015 tapi molor hingga awal 2016.

Alasannya adalah dana yang diperoleh dari Penyertaan Modal Negara (PMN) belum cair. Dana PMN senilai Rp 1,5 triliun masih tertahan di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meskipun usulan sudah disejui sejak tahun lalu.

Padahal dana tersebut sangat dibutuhkan untuk membangun fasilitas kapal selama dan program pengiriman tenaga ahli Indonesia ke Korsel.

“PMN sudah disetujui tahun lalu, prosesnya hampir jalan dan semua sudah dilewati yakni mulai DPR, sampai terakhir sudah harmonisasi antar kementerian. Posisi sekarang yang dicoba dipantau ada di Kemenkeu. Lagi mandeg di sana. Kalau disetujui rute selanjutnya ialah Mensesneg untuk diajukan ke presiden kemudian terbit PP,” ujarnya.

Untuk sementara waktu, biaya pengiriman tenaga ahli masih sanggup ditanggung perseroan sedangkan pembangunan fasilitas yang dilakukan oleh BUMN konstruksi. Firmansyah menjelaskan PAL harus merogeh kocek internal karena tidak ingin kehilangan momentum yang sangat strategis meskipun dana yang dikeluarkan seharusnya untuk aktivitas bisnis lainnya.

Kapal selam type 209/1200 AIP Yunani
Kapal selam type 209/1200 AIP Yunani

“Ada kerjasama dengan BUMN atas arahan menteri BUMN. Gedung workshop-nya dibangun oleh perusahaan karya. Dibangunnya dengan skema tangki project. Mereka bangun fasilitas gedung workshop dahulu nanti dibayar saat selesai,” jelasnya.

Sebetulnya kebutuhan dana PMN paling mendesak ialah untuk mendatangkan peralatan produksi kapal selama dari luar negeri. Proses pemesanan sudah dilakukan namun belum bisa dikirim karena masih menunggu pembayaran.

“Selain bengkel butuh beli alat untuk produksi dari luar negeri. Ini harus dibayar. Barangnya belum datang tapi sudah pesan. Kalau kita sudah kasih uang muka, mereka kirim,” sebutnya.

Bila produksi kapal selama dimulai tahun 2016 di Surabaya, maka PAL akan mengirimkan kapal selam karya putra-putri Indonesia yang pertama ini kepada pemesannya, TNI AL, mulai tahun 2020.
“Proses produksi memakan waktu 4 tahun. Kalau kapal selama pertama yang di Korsel sudah dibuat mulai tahun 2012,” jelasnya.

Bila semua telah selesai, TNI AL akan memiliki 5 unit kapal selam, 3 unit baru dan 2 unit lama. Firmansyah menjelaskan Indonesia bakal menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mampu memproduksi kapal selam lokal. Selain kapal selam, PAL telah mampu memproduksi beberapa tipe kapal perang.

“Di ASEAN belum ada yang bisa produksi kapal selam sendiri maka kita tidak boleh kehilangan momentum. Mereka punya tapi hanya sebatas beli,” ujarnya.(Detik.com)

TNI Siapkan Dua Jenderal untuk KPK

panglima-2
Jakarta – Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan sudah memilih dua nama anak buahnya yang terbaik untuk ditempatkan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dua orang anak buahnya itu akan menjadi Sekretaris Jenderal dan pengawas internal.

“Jadi 1 sekjen dan 1 pengawas internal. Brigjen,” ujar Moeldoko di Istana Kepresidenan, Jumat (15/5/2015).

Keduanya berasal dari TNI Angkatan Darat. Untuk posisi Sekjen, kata Moeldoko, dipilih seorang perwira yang memiliki kemampuan manajerial. Sementara untuk posisi pengawas internal, dipilih perwira yang bertugas sebagai Polisi Militer.

Jenderal Moeldoko mengaku belum mengetahui kapan kedua orang itu akan aktif bertugas di KPK. “Masih konfirmasi, tapi sudah kami siapkan,” ucap dia.

Bukan penyidik
Lebih lanjut, Moeldoko juga menuturkan bahwa kerja sama TNI dan KPK bukanlah untuk menjadikan penyidik TNI untuk KPK. Menurut dia, tidak ada pembicaraan soal itu dalam pertemuannya dengan Ketua sementara KPK Taufiequrrachman Ruki.

“Enggak, bukan penyidik. Saya nggak ada pembicaraan penyidik. Saya bingung berita dari mana itu,” ujar Moeldoko.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu berpendapat, militer bekerja sesuai dengan undang-undang dan juga batas kemampuan. “Kalau TNI enggak bisa jadi penyidik, masa dipaksakan,” kata dia. (Kompas.com)

Friday, 15 May 2015

AS Siapkan Bomber B-1 di Australia untuk Urusan Laut China Selatan atau Mengusik Asia Tenggara

image
AS memperkuat aset militer di seluruh Asia, dengan basis Australia menjadi tuan rumah beberapa senjata strategis yang paling tangguh.

Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan pembom jarak jauh B-1 Amerika ditempatkan di Australia sebagai pencegah apa yang digambarkan sebagai “efek destabilisasi” China di wilayah tersebut.

Langkah ini merupakan bagian dari rencana pemerintahan Obama untuk “menegaskan kebebasan navigasi” di Laut Cina Selatan.

Kementerian luar negeri China menyatakan “keprihatinan serius” dan juru bicaranya mengatakan negara akan “tegas menegakkan kedaulatan teritorial”.

Asisten Menteri Pertahanan AS, David Shear berbicara tentang rencana tersebut dalam sidang Kongres.

“Kami akan menempatkan aset angkatan udara tambahan di Australia serta pembom B-1 dan pesawat pengintai,” katanya.

Juru bicara Menteri Pertahanan Australia Kevin Andrews mengatakan departemennya “aware atas komentar yang dibuat seorang pejabat AS di Kongres semalam”.

“Pemerintah AS telah menghubungi kami “to advise” bahwa pejabat itu salah bicara,” kata pernyataan itu.

Angkatan udara Amerika mengatakan B-1 bomber adalah tulang punggung kekuatan pembom jarak jauhnya.

Pesawat ini mampu mengirim dengan cepat 84 bom seberat 227 kilogram setiap bomnya untuk “melawan musuh, di manapun di dunia, setiap saat” dan saat ini sedang digunakan untuk menyerang ISIS di Irak.

Dalam dengar pendapat dengan Kongres AS tentang Laut China Selatan, David Shear mengatakan, bahwa penyebaran aset pesawat ke Australia termasuk melipatkandakan jumlah marinir AS di Darwin, yang saat ini mulai meninggalkan basis mereka di Jepang.

“Kami akan menggerakkan jumlah Marinir yang signifikan ke Hawaii, Guam dan Australia,” katanya.

“Jadi kita akan memiliki kehadiran yang sangat kuat, postur lanjutan sangat kuat di seluruh wilayah untuk komitmen bagi sekutu kami, untuk melindungi dan bekerja dengan mitra kami dan untuk terus memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.

“Hal ini sekaligus mendukung diplomasi kami di China Laut China Selatan.”
image
Senat AS dari komite hubungan luar negeri mengundang dengar pendapat dengan pemerintah AS, untuk mengatasi kekhawatiran tentang terus menerusnya konstruksi daratan buatan oleh China di Laut Cina Selatan termasuk landasan pacu.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan perilaku China sedang membuat efek destabilisasi di kawasan tersebut.

Kantor berita China Xinhua mengatakan kepada duta besar AS, bahwa Washington tidak punya hak apapun untuk campur tangan dalam kegiatan yang sah itu, yang dilakukan di Laut Cina Selatan. Mereka mendesak pihak terkait untuk menyelesaikan sengketa melalui saluran diplomatik.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan dalam konferensi pers di Beijing, bahwa negaranya “sangat prihatin”.

“Kami pikir Amerika Serikat harus mengeluarkan klarifikasi mengenai hal ini. China selalu menjunjung tinggi kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan tapi kebebasan navigasi tentu tidak berarti bahwa kapal militer asing dan pesawat dapat memasuki perairan teritorial negara lain atau wilayah udara dengan sesuka hati , “dia berkata.

“China dengan tegas akan menegakkan kedaulatan teritorialnya.

“Kami menuntut pembicaraan yang relevan dan bertindak hati-hati dan tidak mengambil tindakan yang berisiko atau provokatif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional.”

Menteri Luar Negeri John Kerry melakukan pertemuan dengan pemimpin China Xi Jinping akhir pekan ini.

Senator dari Republik, Bob Corker berpendapat Amerika tidak melakukan tindakan yang cukup untuk mencegah China, dan sekutu Amerika kini mempertanyakan kredibilitas Washington.

“Saya pikir kita pihak yang membayar harganya karena tidak ada orang yang melihat aktivitas yang nyata untuk hal ini dan mereka benar-benar mendapatkan dan tidak membayar apa-apa,” katanya.
image
Perjanjian pertahanan Australia dengan AS tidak menyebutkan “peningkatan kerjasama pesawat”. Fokus kegiatan ini adalah “kunjungan untuk latihan dan pelatihan”.

Tidak ada penrnyataan secara khusus menyebutkan pembom B-1 ditempatkan di Australia sebagai pencegah untuk klaim teritorial China atau sebagai basis dan operasional yang siap untuk menanggapi tindakan China di Laut China Selatan.

Seorang juru bicara Pentagon mengatakan kepada ABC, bomber kelas berat telah dikerahkan ke Australia di masa lalu, termasuk kunjungan B52 Desember lalu. Namun mereka digunakan untuk latihan.

Berkenaan dengan pembom B-1, meskipun wakil menteri pertahanan AS mengatakan penyebarannya sedang disiapkan, namun juru bicara Pentagon mengatakan “spesifikasi kerjasama postur pertahanan masa depan dengan Australia, belum diselesaikan”.

Postur Bomber B-1:
Memiliki payload internal yang terbesar dari setiap bomber yang ada saat ini.
Mampu mengirim dengan cepat 84 bom 227-kilogram/bom.
Ditujukan untuk kecepatan tinggi, ketinggian rendah misi penetrasi
Masuk layanan pada tahun 1986 ke Angkatan Udara Amerika Serikat sebagai bomber nuklir.
Tidak lagi dipersenjatai dengan senjata nuklir, tetapi mampu membawa peluncur rudal jelajah dan rudal serangan jarak pendek.
(JKGR)

Berhasil Luncurkan RX-450


Peluncuran RX-450
Lapan berhasil meluncurkan roket RX-450. Peluncuran berlangsung di Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Jawa Barat, Rabu (13/5). RX 450 merupakan roket sonda yang mempunyai diameter 450 mm yang dapat digunakan untuk mengukur parameter atmosfer.

Roket ini direncanakan mampu mencapai ketinggian dan jangkauan maksimum berturut-turut sebesar 44 km dan 129 km jika ditembakkan pada sudut elevasi 70 derajat. Roket RX 450 merupakan bagian dari roket bertingkat yang akan digunakan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Uji terbang roket ini merupakan bagian dari tahapan dalam penguasaan roket RPS yang direncanakan dapat membawa muatan 50 kg ke orbit rendah.

Pada uji terbang roket RX 450 tersebut motor roket dapat berfungsi dengan baik untuk membawa terbang roket. Beberapa hal masih harus terus dilakukan untuk memperoleh hasil terbang yang maksimal.

Setelah peluncuran RX-450, Lapan berencana untuk menuju peluncuran berikutnya yaitu RX-550 dan roket berdiameter yang lebih besar. Hasil peluncuran tersebut menjadikan motivasi bagi Lapan untuk lebih maju dalam peningkatan dan pengembangan teknologi antariksa khususnya roket.

Peluncuran disaksikan oleh Kepala Lapan Prof. Thomas Djamaluddin, Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Dr. Rika Andiarti beserta pejabat struktural dan para peneliti Lapan, perwakilan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, serta PT Pindad.(Lapan)

<iframe width="420" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/D9cHxla7SD0" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Metode Pemberian Nama Senjata Rusia?


Pesawat: Nama Perancang, Fungsi, dan Modifikasi
Secara historis, pesawat Rusia selalu diberi nama sama seperti nama perancangnya, atau setidaknya biro desain yang merancang pesawat tersebut, dengan tambahan angka yang mengindikasikan nomor kode proyek. Sebagai tambahan, nomor unik biasanya disematkan di belakang nama pesawat tempur, pesawat serang, atau pesawat pencegat, meski ada juga pengecualian seperti pada pesawat pengebom Tupolev Tu-95 atau pesawat kargo Antonov An-125.


Ambil contoh Su-27, “Su” adalah singkatan dari brio desain yang merancang pesawat tersebut, Sukhoi, dan 27 adalah nomor proyek pesawat itu.

Nomor juga kadang diikuti dengan huruf lain. Ada huruf “S” yang mengindikasikan bahwa pesawat tersebut adalah produk serial. Ada pula huruf “M”, yang berarti “modernisasi” atau pengembangan dari pesawat tersebut. Huruf "M" biasanya dapat diikuti dengan nomor serial modifikasi, Su-27SM3 contohnya.

Kemudian, ada huruf “K,” yang berarti “komersil”, artinya produk tersebut diekspor. Huruf “UB” adalah kependekan dari Uchebno-Boevoi yang berarti “latihan tempur” dan huruf “P” berarti pesawat tersebut merupakan versi “pencegat” (perekhvatchik).
Sukhoi Su-35S. Angkatan Udara Rusia dijadwalkan menerima 48 pesawat Su-35S sebelum akhir 2015. Sumber: Sukhoi.org
Ketika pesawat pengebom ataupun pesawat tempur dilengkapi dengan kemampuan tempur baru, maka namanya pun akan berganti. Misalnya, pesawat pengebom yang dibuat berdasarkan rancangan Su-27 diberi nama Su-34 dan pesawat generasi ke-4++, yang dibuat berdasarkan pesawat yang sama diberi nama Su-35.
 
Artileri dan Misil: Bingkisan untuk Musuh
Artileri juga memiliki kode nama khusus. Semua artileri yang berawalan “9K” merupakan misil tembak dan roket (shoots missiles and rockets/MLRS), semua yang berawalan “2C” berarti senapan otomatis, “2A” berarti senapan dan meriam tembak, sementara “2B” digunakan untuk mortar dan peluncur roket.
SAM S-400 Triumf. Foto: Olga Sokolova
 
Penamaan senjata misil dan pertahanan cenderung lebih rumit. Senjata ini bekerja di bawah sistem, dan nama untuk mesin tertentu secara spesifik kerap dibuat dalam indeks khusus, yang tak banyak diketahui publik. Sistem pertahanan udara S-300 terdiri dari radar pengintai, stasiun pelacak dan iluminasi target, beragam misil, mesin pengisi daya, dan lain-lain. Untuk S-300 dan S-400, angka setelah “S” mengindikasikan jangkauan maksmimal senjata.

Tapi, nama juga kadang diberikan berdasarkan parameter lain. Sebagai contoh, nama diberikan sesuai julukan yang kerap diasosiasikan dengan senjata tersebut, seperti Jarum (Igla) dan Panah (Strela), dua tipe MANPADS (Man-Portable Air Defense System) yang berbeda. Selain itu, pengembang meluncurkan nama lain yang mudah diingat, biasanya nama “bunga”, seperti Peony, Hyacinth, Tulip, dan Chrysanthemum.

Senjata: Semua Hanya Masalah Waktu
Di luar biro desain dan pabrik yang merancangnya, tank selalu menyandang nama berawalan "T". Angka di belakangnya menunjukan tahun ketika mesin tersebut telah siap dikirim ke angkatan bersenjata. T-72 bergabung dengan militer Rusia pada tahun 1973, sementara T-64 dan T-62 beroperasi sejak awal 1960-an. Sebelum memasuki masa bakti, kendaraan lapis baja hanya disebut “objek” dengan tambahan indeks pabrik. Jadi, tank Rusia terbaru, Armata, saat ini masih menyandang nama “Objek 148”. Namun setelah diterima oleh angkatan bersenjata, tank tersebut akan diberi nama “T-14”, karena prototipe tank pertama kali didemonstrasikan di hadapan militer pada tahun 2014.
Tank Armata T-14. Sumber: Mil.ru
 
Huruf yang berada di belakang angka sama seperti pada pesawat, hanya saja karena banyaknya modifikasi, selain menggunakan huruf “M”, ada pula hasil modifikasi yang disematkan huruf “A” dan “B”, atau menggunakan huruf “Y” untuk modernisasi global. Sebagai tambahan, huruf “K” menandakan kendaraan tersebut merupakan tank komando, dan huruf “C” menandakan kendaraan tersebut adalah komoditas ekspor.

Namun, ada pengecualian. Tank terlaris di dunia sepanjang 2001-2010, T-90, mendapat nama baru secara acak dari Kremlin. Pada dasarnya, tank ini merupakan versi modernisasi dari T-72 dan seharusnya menyandang nama T-72BU. (RBTH)

LATIHAN KESIAPAN TAHUN 2015 DIPERAIRAN BALIKPAPAN

    
    
Balikpapan 12 Mei 2015.  Komando Armada RI Kawasan Timur  (Koarmatim) Menggelar Latihan  Kesiapantahun 2015 yang digelar diperairan Balikpapan Kalimantan Timur. Latihan inibertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta menguji kesiapanoperasional Koarmatim dan jajarannya dalam menghadapi tugas penanggulangan aksi teror untuk mewujudkan keamanan di laut dan dalam rangka terwujudnya kesiapanoperasional Koarmatim yang tinggi.

Adapun skenario latihan yaitu  adanya kelompok pengganggu keamanan yang  beraksi di daerah Sulawesi, kemudian mereka melarikan diri dan membajak kapal di Selat Makassar. Dalam latihan manuver lapangan kesiapanpengendalian anti teror kali ini disimulasikan telah terjadi pembajakan oleh sekelompok pembajakyang telah menguasai MT Permina II yang saat ini diperankan oleh KRI Makasar – 590 pada posisi perairan Balikpapan.

Dengan adanya informasi tersebut, Pangarmatim menerima Taklimat Rencana Operasi menjadi Perintah Operasi oleh Panglima TNI.Berdasarkan Taklimat tersebut Pangarmatim memerintahkan Satuan Komando Pasukan Katak dan unsur-unsur gelar yang sedang melaksanakan patroli di perairan Balikpapan untuk melaksanakan shadowing dan penindakan.

Usai Pelaksanaan Latihan Wakil Komandan Komando dan pendidikan latihan (Kodiklat) Mabes TNI  Brigjen TNI  Heronimus Guru,menjelaskan dalam  keterangan persnya dalam latihan ini bisa berjalan dengan baik dan paling tidak dapat terintegrasi antara TNI dan Polri serta peran serta pemerintah, instansi terkait dan wadan Kodiklat TNI juga sangat menghargai partisipasi dari seluruh satuan yang ada di Kalimantan Timur.

Selain itu juga meberikan apresiasi kepada Pangarmatim dan jajaranya yang telah terpanggil untuk turut serta berperan aktif dalam keamanan diwilayah perairan yuridiksi Nasional yang bertugas pokok sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang TNI No.34 tahun 2004.

  Peserta latihan kesiapan melibatkanunsur KRI diantaranya KRI Makassar, KRI Kihajar Dewantara, KRI Keris, KRIBirang,Combat Boat, empat Sea Rider,satu pesawat Cassa, satu Hely Bell dan  satu Hely Bolco dari Skadron 400 Juanda, limaTim Satuan Komando Pasukan Katak Koarmatim serta didukung dari personil Lanal Balikpapandan seluruh personil KRI yang terlibat.

 Selain itu  yang tergabung dalam  latihan ini  melibatkan pemerintah Kalimantan Timur meliputi personil dari Kodam VI Mulawarman, Polda Kaltim, Pol Airud,  Dinas Kesehatan, serta dari Dinas Kesehatan, Tim Basarnas, Tim DVI, Taruna Tanggap Bencana (Tagana) dibawah  Dinas Sosial Kalimanatan Timur.

Usai pelaksanaan latihandilsnjutksnParade kendaraan dan sailing passyang diikuti dari beberapa KRI diantaranya KRI Kihajar Dewantara, KRI Keris, KRIBirang serta didukung dari  dua kapal dari Satpol Airud, Tugboat, PatkamlaLanal Balikpapan.

Hadir dalam LatihanKesiapanOperasional Koarmatim Dirlat Kodiklat TNI Brigjen TNI Surawahadi, Komandan Puslat Kodiklat TNI Marsma TNI Wahyudi Sumarwoto beserta tim dari Kodiklat, Komandan Lantamal VI Makasar Laksma TNI Rudito, H.P, Asops  Pangarmatim Kolonel Laut (P) Maman Firmansah, Komandan Satgas latihan  Kolonel Laut (P) Suhartono, Komandan Lanal  Balikpapan Kolonel Laut  (P) Ariantyo Condrowibowo, Komandan Satuan Pasukan Katak Koarmatim Pejabat dari TNI dan  Muspida dan Muspika Kalimantan Timur yang hadir  serta instansi terkait.

Usai pelaksanaan latihan Wadan Kodiklat TNI meberikan cinderamata kepada Komandan Lanal Balikpapan Kolonel Laut(P) Ariantyo Condrowibowo dan kepada GMPelindo area 4 Balikpapan, sekaligus dilaksanakan Upacara penutupan yang dipimpin langsung oleh Wadan Kodiklat TNI dan bertindak sebagai Komandan Upacara  Komandan Satgas latihan  Kolonel Suhartono serta dilanjutkan penyerahan piagam dari perwakilan peserta latihan.(lanalbalikpapan)
F-18 mengisi bahan bakar ke KC-135 USAF
F-18 mengisi bahan bakar ke KC-135 USAF

Shepard Smith mengatakan, kini Angkatan Udara AS adalah kekuatan yang terkecil yang ada dalam beberapa dekade. Bahkan, anggaran pertahanan AS telah menurun lebih dari $ 85 miliar sejak 2009, sementara Rusia dan China dilaporkan terus membangun militer mereka.

Awal tahun ini, sejumlah pejabat pertahanan memperingatkan Kongres bahwa AS bisa kehilangan superioritas udara nya.

Kepala Staf Angkatan Udara AS Jenderal Mark Welsh III membenarkan laporan Shepard Smith, bahwa seperti itulah keadaannya saat ini.

“Kesenjangan kemampuan antara Angkatan Udara kita dengan angkatan udara lainnya semakin mengecil,” Welsh menjelaskan. “Anda tidak bisa berdiam diri dalam masalah ini. Jika angkatan udara tidak berada di depan kurva teknologi, mereka akan gagal pada akhirnya.”
Masa kejayaan USAF: jet tempur F-18, F-15, F-16 dan F-14 terbang bersamaan, 22 Oktober 2002
Masa kejayaan USAF: jet tempur F-18, F-15, F-16 dan F-14 terbang bersamaan, 22 Oktober 2002

Jenderal Welsh menjelaskan bahwa jet tempur F-35 yang baru, akan membantu AS tetap berada di depan kurva dalam bersaing dengan negara-negara lain.

Dia mengatakan pesawat yang digunakan AS saat ini tidak cukup kuat untuk bersaing dengan jet tempur baru China dan Rusia.

“Jika kita bisa memenangkan pertarungan peralatan di masa depan … itu akan lebih baik dari apa pun yang kita miliki saat ini,” Welsh menyatakan. “Keberadaan F-35 terus memberikan keunggulan kemampuan di pihak kita, yang mana hal itu harus tetap dijaga”.(JKGR)

Banyak Alasan Angkatan Udara Indonesia Inginkan Su-35?

Mengapa Angkatan Udara Indonesia Inginkan Su-35?
Pesawat Su-35 Super Flanker, yang diincar oleh AU Indonesia, tentu saja lebih canggih. Sukhoi mengklasifikasikannya sebagai pesawat generasi ke-4++, yang berada tepat di bawah pesawat siluman generasi kelima. Foto: Sukhoi.org
Angkatan Udara Indonesia hendak mengganti pesawat tempur F-5 buatan AS yang sudah usang dengan pesawat tempur terbaru Rusia Su-35 Super Flanker. Namun, pemerintah Indonesia belum bisa mengambil langkah pasti karena AS juga menawarkan jet F-16 dan jet F-18 mereka pada AU Indonesia.


Saat ini, armada pesawat tempur Indonesia terdiri dari pesawat AS F-16 dan pesawat Rusia Su-27 dan Su-30. Fakta bahwa pesawat AS bersekutu dengan pesawat Rusia di militer Indonesia adalah hal yang menarik. “Indonesia mengincar pesawat Rusia karena mereka memang membutuhkannya,” tulis Defense Industry Daily (DID). Pesawat tempur AU Indonesia, yakni 12 buah F-16A/B dan 16 buah F-5E/F, menghadapi masalah perawatan karena AS memberlakukan embargo terhadap Indonesia.

Embargo tersebut diberikan setelah Australia mulai campur tangan dalam konflik Timor Timur, dan AS menuduh Indonesia melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Untuk mengatasi masalah akibat embargo AS, pada 2003 Indonesia menandatangani kontrak senilai 192 juta dolar AS dengan Rusia untuk memasok pesawat tempur multiperan Sukhoi melalui Rosoboronexport. Kehadiran pesawat tempur Rusia membuat Indonesia memiliki kapabilitas tempur yang setara dengan para tetangganya, termasuk Tiongkok dan Australia.

Empat tahun kemudian, dalam pameran aviasi MAKS 2007 di Moskow, Indonesia dan Rusia menandatangani kontrak lanjutan senilai 300 juta dolar AS untuk pasokan Sukhoi Flankers. Menariknya, kala itu Indonesia tetap membeli perangkat militer Rusia meski Indonesia telah memiliki kerja sama tertutup dengan Washington. “Itu membuktikan, bahwa pembelian tersebut tak merefleksikan orientasi geopolitik Indonesia. Itu murni disebabkan oleh ketertarikan Indonesia terhadap pesawat Sukhoi,” kata pengamat hubungan internasional Martin Sieff dari UPI.
 
 
Berdasarkan informasi dari DID, baik Su-27 SK maupun Su-30 milik Indonesia yang saat ini masih beroperasi, sama-sama memiliki kombinasi karakter Sukhoi Flanker terkait jangkauan jarak yang jauh, muatan besar, dan kinerja udara yang dapat mengimbangi semua pesawat tempur Amerika kecuali F-22A Raptor. Dengan kapabilitas tersebut, serta kebijakan Rusia yang tidak pernah mencampur-adukan situasi politik dengan penjualan senjata, mendorong Indonesia untuk berbalik pada Rusia dan menjadikan Rusia sebagai pemasok senjata.

Infografis Perbandingan Spesifikasi Teknis Su-35S dan F-22
 
Kedatangan Sukhoi telah menggenapkan keganjilan di panggung Asia Pasifik. Pilot Australia, yang menyatakan diri tergabung dalam pasukan canggih dengan menerbangkan F-18 Hornets, kini harus berhadapan dengan Flanker yang lebih unggul hampir di semua aspek. Menurut keterangan Air Power Australia, “Akusisi pesawat tempur Rusia Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK oleh negara-negara yang ada di wilayah kami menunjukan bahwa F/A-18A/B/F telah ketinggalan jaman berbagai aspek kunci.”

Lompatan Teknologi Maju 

Pesawat Su-35 Super Flanker, yang diincar oleh AU Indonesia, tentu saja lebih canggih. Sukhoi mengklasifikasikannya sebagai pesawat generasi ke-4++, yang berada tepat di bawah pesawat siluman generasi kelima. Dibandingkan dengan F-16 dan F-18, yang berbasis teknologi tahun 1970-an, Su-35 baru saja masuk dalam perbendaharaan senjata AU Rusia. Tiongkok juga telah menandatangani kontrak senilai miliaran dolar untuk memperoleh 24 buah Super Flanker dan para pilot Tiongkok telah datang ke Rusia untuk menjalani pelatihan.

Berdasarkan informasi dari Air Force Technology, Su-35 memiliki kemampuan manuver yang tinggi (+9g) dengan sudut penyerangan tinggi, dan dilengkapi dengan sistem senjata canggih yang membuat pesawat ini memiliki kemampuan tempur yang luar biasa. Kecepatan maksimum pesawat ini mencapai 2.390 kilometer per jam atau Mach 2,25.

Majalah tersebut menyebutkan bahwa Su-35 mampu mengangkut sejumlah misil udara-ke-udara, udara-ke-permukaan, dan misil antikapal. Pesawat juga dapat dipersenjatai dengan beragam bom terarah, dan sensornya mampu mendeteksi serta melacak hingga 30 target udara dengan radar cross section (RCS) dalam radius 400 kilometer menggunakan moda lacak-dan-pindai.

Dalam laporan Aviation Week dari Paris Air Show 2013, pakar aviasi legendaris Bill Sweetman menuliskan bahwa kelincahan yang dipamerkan oleh Sukhoi Su-35 berakar dari konsep Rusia yang mementingkan jangkauan pendek serta pertempuran udara berkecepatan rendah.

“Pesawat ini dilengkapi dengan tiga sumbu dorong vektor (three-axis thrust-vectoring) dan memiliki kontrol penerbangan dan tenaga pendorong yang terintegrasi seluruhnya, menampilkan manuver yang tak tertandingi oleh pesawat tempur manapun,” tulis Sweetman.

Sweetman juga mengutip pilot kepala penguji Sukhoi Sergey Bogdan, “Sebagian besar pesawat tempur yang kami miliki saat ini memiliki dorongan vektor. Su-30MKI dan MKM dapat memamerkan manuver tersebut. Hal yang membedakan pesawat ini adalah ia memiliki lebih banyak dorongan, jadi saat menampilkan manuver, ia dapat tetap berdiri kokoh, dan setelah pembakaran dimulai, pesawat dapat mempertahankan penerbangan hingga 120-140 kilometer per jam.”

Penekanan “kemampuan manuver super” berlawanan dengan doktrin pertempuran udara Barat, yang lebih menekankan kecepatan tinggi, menghindari “peleburan” lamban dan taktik hemat energi. Namun menurut Bogdan, kemampuan manuver super merupakan aspek yang sangat penting.

“Pertempuran udara klasik dimulai pada kecepatan tinggi, namun jika Anda melewatkan tembakan pertama, dan kemungkinanannya besar karena ada manuver untuk menghindari misil, pertempuran akan berlangsung lebih lama,” kata Bogdan. “Setelah bermanuver, pesawat akan berada di kecepatan rendah, namun kedua pesawat akan berada di posisi di mana mereka tak bisa menembak. Kemampuan manuver super membuat pesawat dapat berbalik dalam tiga detik dan kembali menembak.”

Terkait hemat energi, Bogdan mencatat, “Teori pertempuran udara selalu berevolusi. Pada 1940-an dan 1950-an, prioritas utama adalah ketinggian, lalu kecepatan, kemudian manuver, dan persenjataan. Lalu pada generasi ketiga dan keempat, urutannya berubah menjadi kecepatan, ketinggian, baru manuver. Kemampuan manuver super ditambahkan. Itu ibarat pisau di saku tentara.”

Meski tak memiliki kemampuan siluman, pesawat Su-35 bisa 'menghilang', tak terlihat di radar musuh, pada beberapa kondisi tertentu. Sweetman menjelaskan, perubahan kecepatan yang berlangsung acak dapat membuat merusak radar. Manuver tersebut sangat berguna bagi Su-35S karena pilot dapat menerbangkan pesawat ke segala arah.

Pembuktian di Masa Depan

Australia berencana membeli 72 buah pesawat tempur siluman F-35 pada akhir dekade ini, sehingga Indonesia harus mengambil langkah penyeimbang. Pesawat Rusia T-50 mungkin merupakan kandidat paling ideal, namun untuk sementara Su-35 dapat dijadikan pertahanan dalam menghadapi ancaman F-35.

Dave Majumdar dari National Interest menyebutkan bahwa AU Amerika—yang paham betul mengenai F-35—pecaya bahwa Su-35 dapat menjadi ancaman serius bagi jet terbaru Amerika. F-35 dibuat sebagai pesawat penyerang dan tak memiliki kapabilitas kecepatan atau ketinggian seperti Su-35 atau F-22. “Kemampuan pesawat Sukhoi untuk terbang tinggi dan cepat merupakan masalah utama yang kami hadapi, termasuk untuk F-35,” terang pihak militer Amerika.
Menurut Majumdar, sebagai pesawat tempur superior Su-35 memiliki kombinasi kemampuan terbang tinggi dan kecepatannya yang luar biasa.

“Su-35 dapat meluncurkan senjata dari kecepatan supersoniknya, yakni sekitar Mach 1,5 pada ketinggian lebih dari 45 ribu kaki. Sementara F-35 secara umum akan beroperasi pada ketinggian 30 ribu kaki dengan kecepatan sekitar Mach 0,9.”

Sergey Ptichkin dari Rossiyskaya Gazeta menyebutkan, Su-35S hampir identik dengan T-50 dalam aspek perlengkapan elektronik, sistem kontrol, dan persenjataan. “Sehingga, semua pilot yang mampu mengendalikan Su-35 dapat dengan mudah mengendalikan pesawat tempur klasik generasi kelima berteknologi siluman, T-50,” kata Ptichkin.

Dengan belajar mengendalikan Su-35, pilot Indonesia kelak telah siap saat harus menerbangkan pesawat siluman generasi kelima pada dekade mendatang.

Tak Ada Ikatan

Argumen yang paling mendukung bagi Indonesia untuk membeli pesawat Rusia adalah, tak seperti negara adidaya lain, Moskow tak pernah memberi embargo akibat sebuah konflik. Selain itu, tindakan menjual senjata untuk sebuah negara namun kemudian menghentikan pasokan pada saat perang ibarat "menusuk dari belakang". Embargo AS pada krisis Timor Timur jelas ditujukan demi keuntungan Australia. Pada konflik Indonesia-Australia di masa depan, hasilnya mungkin tak akan berbeda jauh. Pemimpin politik Indonesia harus mempertimbangkan masak-masak saat mereka hendak mengambil keputusan untuk membeli pesawat tempur.(RBTH)


Latihan Bersama Pilot Andal
Pada Oktober 2013, India setuju untuk melatih AU Indonesia dalam mengoperasikan armada pesawat tempur Sukhoi. Berdasarkan kesepakatan ini, yang disetujui saat kunjungan Menteri Pertahanan India ke Jakarta, India dan Indonesia akan bekerja sama dalam bidang pelatihan, bantuan teknis, serta pasokan suku cadang.

Di masa lalu, Indonesia memiliki kesepakatan dengan Tiongkok untuk melatih pilot mereka dan menyediakan dukungan teknis untuk armada Flanker-nya. Namun, Indonesia kini berbalik arah pada India, karena melihat AU India ialah mentor ideal. AU India memiliki reputasi dunia sebagai pasukan tempur unggul setelah mengalahkan pasukan Amerika dalam sejumlah latihan udara Cope India. Selain itu, dalam tiga perang pada tahun 1965, 1971, dan 1999, India berhasil mengalahkan pasukan Pakistan.

Dengan kata lain, dukungan tersedia dengan mudah di wilayah Asia, jika Indonesia memutuskan untuk memperbesar armada Flanker-nya.

TNI AL berencana kembangkan "TMC" di laut

TNI AL berencana kembangkan
Foto udara antrean kapal sebelum masuk pelabuhan di kawasan laut bagian utara Jakarta, Minggu.
 
Surabaya  - Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksma TNI Manahan Simorangkir, saat meresmikan Media Center Dispen Koarmatim di Surabaya, Rabu, mengatakan rencana pembentukan TMC seperti yang dimiliki Polri memang ada, dan masih terus dikembangkan.

"Arah ke sana memang ada, sebab tujuan kita adalah untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat kita sendiri atau internasional. Contoh seperti di Selat Malaka, Selat Sunda atau di tempat yang traffick-nya padat atau berbahaya adanya perompakan dan kecelakaan navigasi, perlu sekali adanya semacam TMC," ucapnya.

Terkait rencana itu pula, Manahan mengaku pernah salah satu "vendor" atau penjual alat/jaringan komunikasi menawarkan kepada TNI AL sebuah alat canggih yang bisa digunakan untuk siaran langsung, namun masih dalam penjajakan.

"Rencana itu memang ada, namun prioritas kami saat ini masih melengkapi peralatan dan mengembangkan yang ada. Tentunya, setiap informasi yang akan dikeluarkan juga harus dipilah, mana yang untuk publik dan mana yang merupakan rahasia negara," katanya.

Ia mengatakan, upaya yang dilakukan saat ini adalah mengembangkan keberadaan media center untuk Dispen Koarmatim dan beberapa jajaran lainnya, sehingga bisa terintegrasi dan melaksanakan monitoring terkait pemberitaan mengenai Angkatan Laut.

"Awal pengembangan media center karena pesatnya media saat ini, sehingga menuntut penyesuaian dan peningkatan jajaran penerangan TNI Angkatan Laut dalam rangka membangun opini dan merebut hati dan pikiran rakyat agar mendukung tugas TNI AL," katanya.

Ia berharap, dengan adanya pengembangan teknologi di bidang penerangan dapat membentuk lingkungan informasi yang sesuai dengan kepentingan TNI AL, sehingga mendukung tugas-tugas TNI AL. (Antara)

Peta NKRI 2015

Google Map Peta Indonesia dan negara-negara di sekitarnya.

BOGOR,
Badan Informasi Geospasial (BIG) bersama tim teknis antar-kementerian/lembaga yang terdiri dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dittop TNI AD, Dishidros TNI AL, serta Disurpotrud TNI AU telah menyepakati penyusunan revisi peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 2015.

Dalam revisi peta NKRI edisi tahun 2015 tersebut terdapat sejumlah pembaharuan yang mencolok, seperti revisi perbatasan dengan negara tetangga dan perubahan atau penambahan toponimi batas administrasi. Untuk perbatasan dengan negara tetangga, terdapat revisi berupa tambahan batas laut teritorial yang telah disepakati pada September 2014 antara Indonesia dan Singapura, serta perubahan batas landas kontinen.

Selain itu, kesepakatan juga mencakup persetujuan perubahan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan Filipina, batas wilayah darat Indonesia dengan Timor Leste, dan perubahan tempat tulisan Laut Natuna di dalam peta.

Kepala Badan Informasi Geospasial Priyadi Kardono menjelaskan, proses revisi peta NKRI sudah dilakukan beberapa kali, termasuk untuk hal-hal yang awalnya belum terpikirkan, dan kini mulai diperbaiki. Sejumlah kementerian ataupun lembaga terkait ikut mengidentifikasi perubahan peta tersebut.

"Sebelumnya, kami sudah melakukan rapat evaluasi. Semoga pengesahan peta NKRI terbaru ini, yang ditandatangani para pejabat dari perwakilan kementerian ataupun lembaga terkait, bisa menjadi sejarah," ucap Priyadi, Selasa (12/5/2015).

Priyadi menambahkan, proses revisi dari peta NKRI terdahulu perlu dilakukan, mengingat bumi yang terus mengalami pergerakan pada keraknya, serta perkembangan wilayah administrasi Indonesia, baik secara nasional maupun internasional.

"Misalnya, terkait batas wilayah yang setiap tahunnya mengalami perkembangan, terutama bila ada daerah yang baru terbentuk, otomatis akan ada perubahan pada batas administrasinya. Adapun untuk lingkup internasional, contohnya terkait perbatasan dengan negara tetangga Indonesia yang telah disahkan melalui perundingan-perundingan," paparnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, proses revisi perubahan nama daerah atau penambahan kata dan huruf dalam peta perlu melalui kesepakatan bersama. Sebab, peta NKRI 2015 ini nantinya akan dipergunakan oleh semua orang di seluruh Indonesia.

"Nama-nama pulau harus disesuaikan dengan hasil verifikasi dan pembakuan. Karena itu, data dan informasi yang terkandung di dalamnya harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan," kata Priyadi.

Peta NKRI edisi 2015 merupakan revisi peta dari tahun sebelumnya yang menggambarkan wilayah kedaulatan NKRI, meliputi wilayah darat dan laut, baik berupa laut teritorial, perairan kepulauan dan perairan pedalaman, serta hak berdaulat Indonesia di Zona Tambahan, ZEE, dan landas kontinen. (Kompas)

Wamenhan Jepang Bahas Tranfer Teknologi Peralatan Pertahanan

Jakarta, Disela-sela kunjungannya ke Indonesia, Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Jepang Mr. Hideshi Takuchi melakukan kunjungan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Letjen TNI Ediwan Prabowo, S.Ip, Senin (11/5), di kantor Sekjen Kemhan Jakarta. Selama melakukan kunjungan kepada Sekjen Kemhan, ada beberapa poin yang menjadi pembicaraan kedua pejabat Kemhan masing-masing negara tersebut diantaranya yaitu mengenai perjanjian antara Indonesia – Jepang dalam transfer teknologi peralatan pertahanan.

Selain itu, pertemuan informal antara Menteri Pertahanan ASEAN dengan Menteri Pertahanan Jepang serta kebijakan keamanan maritim Indonesia dan hubungan antara Indonesia -Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan juga menjadi topik pembicaraan kedua pejabat Kemhan RI dan Kemhan Jepang tersebut.

Dalam kesempatan tersebut Wamenhan Jepang didampingi Staf Divisi Kebijakan Internasional, Kemhan Jepang Ms. Yuko Seki, Atase Pertahanan Jepang untuk Indonesia Capt. Hiroshi Komiya dan Asisten Athan Jepang untuk Indonesia Ms. Kimiko Okita. Sementara itu Sekjen Kemhan didampingi Dirjen Strahan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, M.B.A dan Diranstra Ditjen Strahan Marsma TNI M. Sofiudin.   

Sebelumnya pada hari yang sama, Wamenhan Jepang juga melakukan pertemuan dengan Sekjen ASEAN di Sekretariat ASEAN dan Dubes Amerika Serikat di Kedubes Amerika, Jakarta.(DMC)

Korut Uji Coba 'Roket Pintar'

Korut melakukan uji coba roket terbaru di tempat yang tidak disebutkan - AFP / KNS / KCNA
Korut melakukan uji coba roket terbaru di tempat yang tidak disebutkan - AFP / KNS / KCNA
 Pyongyang: Korea Utara menguji coba roket "pintar" dengan ketepatan super tinggi untuk dipasang di semua kapal angkatan laut. Ini merupakan bukti terbaru Pyongyang meningkatkan teknologi misilnya. Demikian dilaporkan kantor berita KCNA, Sabtu (7/2/2015).

Uji coba roket dilakukan armada Timur Laut Korut di bawah pengawasan sang pemimpin besar Kim Jong-un.

"Roket dengan presisi ultra tinggi diluncurkan dari sebuah kapal. Roket pintar ini dapat membidik, melacak dan mengenai kapal musuh dengan tepat," lapor KCNA, yang tidak menyebut kapan dan dimana latihan terbaru Korut dilaksanakan.

"Roket terbaru ini akan dipasang di seluruh angkatan laut Korut dalam waktu dekat," sambungnya.

Puas dengan pengembangan roket terbaru, KCNA melaporkan Kim meminta peningkatan produksi senjata taktis yang jauh lebih kuat.

Korut terus mengembangkan teknologi misil dan roket, walau PBB dan komunitas internasional menjatuhkan sanksi berat.(Metrotvnews)

TNI AL Butuh 500 Kapal Patroli

Tangkal Narkoba, TNI AL Butuh 500 Kapal Patroli
Dankomar Mayjen TNI Marinir A Faridz Washington melakukan salam komando dengan Laksmana TNI Ade Supandi dalam Upacara pengukuhan dan pengangkatan Laksmana TNI Ade Supandi sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir TNI AL di Lapangan Apel Kesatrian Marinir Hartono, Cilandak, Jakarta, 2 April 2015.


Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengatakan bukan hal yang mudah untuk memberantas penyelundupan narkoba di perairan Indonesia. Musababnya, wilayah perairan Indonesia sangat luas dan memiliki ribuan pulau kecil.

"Garis pantai Indonesia saja sepanjang lebih dari 81 ribu kilometer. Belum lagi ribuan dermaga 'tikus' yang bisa dimanfaatkan penyelundupan narkoba," kata Ade kepada wartawan di Markas Besar TNI, Jakarta, Rabu, 13 Mei 2015.

Sayangnya, kata Ade, luas wilayah Indonesia itu tak diimbangi dengan armada kapal patroli yang mencukupi. Walhasil, penyelundupan barang-barang ilegal dari luar negeri banyak yang tak terpantau oleh instansi yang menjaga wilayah laut, termasuk TNI AL.

"Misalnya narkoba dari utara, seperti India dan Malaysia, mudah masuk ke Sumatera Barat, bisa juga ke Kepulauan Riau dan Natuna yang banyak sekali pulaunya," ujarnya.

Berdasarkan kajian TNI AL, setidaknya Angkatan Laut memerlukan 500 unit kapal patroli untuk membentengi wilayah laut Indonesia. Dengan begitu, setiap 30 mil laut disiagakan satu unit kapal patroli. Kapal patroli tersebut berukuran panjang 60 meter dengan senjata tak terlalu berat. "Karena untuk patroli saja, bukan untuk perang," kata Ade.

Saat ini jumlah kapal patroli TNI AL tak lebih dari 40 unit. Bahkan Ade menilai jumlah keseluruhan kapal perang TNI AL masih dirasa kurang. Sesuai program modernisasi alat utama sistem persenjataan, TNI AL akan mempunyai 151 kapal perang berbagai jenis hingga 2024. "Untuk kapal patroli sesuai rencana akan ada 44 unit," ujar Ade.

Sebagai solusi kekurangan armada kapal, TNI AL akan menggandeng seluruh instansi yang memiliki kapal patroli, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Keamanan Laut, serta Polisi Air dan Udara. Selain itu, pelaksanaan operasi patroli gabungan harus efektif dan efisien. "Sebelum operasi harus menghimpun data intelijen, jadi sudah tahu sasaran yang akan ditangkap," kata Ade.  (TEMPO.CO)

Jokowi Bohong Tentang Tunjangan Kinerja TNI

Hasil gambar untuk Jokowi Tak Tepati Janji Tunjangan Kinerja TNI
JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menagih janji Presiden Joko Widodo menaikkan tunjangan kinerja 50% yang disampaikan saat apel Dandim dan Danrem se-Indonesia di Pangkalanbun 7 Desember 2014.

"Bapak presiden akan menaikkan tunjangan kinerja jadi 50%, tetapi bapak Presiden tidak menepati janji. Saya ngerti karena ada berbagai pertimbangan jadi dari 50% menjadi 56%. Kami atas nama seluruh prajurit dan keluarga besar Angkatan Darat kami bangga," katanya saat pidato Groundbreaking RS Moh Ridwan Meuraksa Pinang Ranti Jakarta, Rabu (13/5/2015).

Gatot menambahkan, atas nama prajurit Angkatan Darat, 13 panglima, 44 komandan Korem, 350 komandan Kodim dan calon komandan Kodim, 106 Danyon dann Danyon senjata bantuan, 6170 prajurit mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi.

"Kami sadar apabila kondisi ekonomi meningkat pasti akan ditingkatkan semuanya baik alutsista maupun kesejahteraan, kami berjanji akan bersama dengan Polri dan komponen masyarakat lain untuk wujudkan Indonesia aman sehingga pembangunan bisa berjalan semestinya," kata Gatot.

Di hadapan Presiden, Gatot juga berjanji bahwa petinggi TNI AD setingkat Dan Yon Panglima, Dandim, Danrem dan Pangkostrad siap menerima arahan dari panglima tertinggi.

"Tidak lebih dari tiga hari apa yang disampaikan bapak panglima presiden akan sampai ke seluruh prajurit," jelasnya. (Kabar24.com)

Wednesday, 13 May 2015

Kendaraan Tempur Pars 4×4 FNSS


image
FNSS Turki meluncurkan kendaraan tempur lapis baja Pars 4×4 di pameran pertahanan IDEF 2015, Istanbul, Turki pada tanggal 5 Mei 2015.

Kendaraan 4×4 ini pertama kalinya dikembangkan oleh FNSS yang dirancang sebagai komponen roda bersifat Anti-Tank, untuk pasukan Angkatan Darat Turki. Kendaraan ini dilindungi terhadap serangan kimia, biologi, radiologi, dan ancaman nuklir (CBRN).

Pars 4×4 menawarkan kemampuan amfibi tanpa persiapan, dan didisain dengan tinggi 1,9 meter untuk memiliki profil yang rendah dan mampu melakukan pengintaian -pejabat FNSS mengatakan kendaraan ini memiliki paket volume internal yang lebih besar dari kndaraan sejenis. Kendaraan tempur ini memiliki panjang 5 meter dan lebar 2,5 meter.

Kendaraan yang ditampilkan di IDEF dipersenjatai dengan turret Aselsan SARP remote control (RCT) yang dilengkapi senapan mesin Browning H2 12,7 mm.

Pejabat perusahaan mengatakan 4×4 Pars juga dapat dipersenjatai dengan berbagai pilihan turret tanpa awak yang berbeda, termasuk dipersenjatai dengan RCT senjata anti-tank berpandu (ATGW) atau RCT bersenjata dengan meriam otomatis 20 mm atau 25 mm.

FNSS mengatakan bahwa 4×4 Pars dirancang untuk memberikan perlindungan yang baik terhadap ancaman balistik, ranjau dan improvisasi device peledak (IED). Tingkat perlindungan bisa ditambah berdasarkan kebutuhan pelanggan. Demikian pula mesin kendaraan, opsional berdasarkan kebutuhan, seperti tingkat armor yang diperlukan (mempengaruhi bobot kendaraan), yang secara standar Pars 4×4 akan didukung oleh mesin diesel 25-30 HP /ton berat kendaraan.

Meskipun berat kendaraan akan tergantung pada paket yang armor yang dibutuhkan pelanggan, Pars 4×4 dirancang untuk bisa diangkut dengan helikopter Boeing CH-47 Chinook, atau pesawat sayap tetap, Lockheed Martin C-130H Hercules ke atas.

Pars 4×4 membawa hingga lima awak yang dirancang dengan dua konfigurasi, yakni dua pintu dan lima pintu.

Kendaraan yang dipajang di IDEF 2015 berbentuk konfigurasi lima pintu. Kendaraan ini juga dilengkapi dengan fully independent double wishbone suspension system, sistem sepenuhnya independen double wishbone suspensi, rem hidro-pneumatik, central tyre inflation system, dan run-flat tyres.

Fitur Pars 4×4 all-wheel offroad drive, dengan kendaraan dapat beralih menjadi dua roda penggerak ketika berada di jalan yang mulus. Dua baling-baling directional di bagian belakang menyediakan kecepatan maksimum 8 km/jam ketika bergerak di air. (JKGR)

untuk Memperkuat Teknologi Alutsista BPPT Dipercaya TNI AL

BPPT bersama TNI AL kembali memperpanjang kerja sama yang dituangkan dalam penandatanganan piagam kesepakatan bersama BPPT dan TNI AL di UPT Balai Pengkajian dan Penerapan Hidrodinamika (BPPH-BPPT) di kompleks Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Selasa (12/5).
BPPT bersama TNI AL kembali memperpanjang kerja sama yang dituangkan dalam penandatanganan piagam kesepakatan bersama BPPT dan TNI AL di UPT Balai Pengkajian dan Penerapan Hidrodinamika (BPPH-BPPT) di kompleks Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Selasa (12/5).

Surabaya - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dipercaya untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI Angkatan Laut (AL) dengan mendesain kapal cepat rudal, patroli dan teknologi pertahanan lainnya.

Untuk itulah, BPPT bersama TNI AL kembali memperpanjang kerja sama yang dituangkan dalam penandatanganan piagam kesepakatan bersama BPPT dan TNI AL di UPT Balai Pengkajian dan Penerapan Hidrodinamika (BPPH-BPPT) di kompleks Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Selasa (12/5).

Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan, piagam kesepakatan bersama ini merupakan payung hukum kerja sama BPPT dan TNI AL yang telah terjalin baik selama ini.

"Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitas program kerja sama pada masa mendatang," katanya.

Unggul menjelaskan, beberapa kerja sama dengan TNI AL serta pihak lain yang telah terjalin antara lain rancang bangun dan rekayasa kapal rawa (swamp boat), rancang bangun dan rekayasa battery kapal selam, desain kapal selam mini dan pengujian rekayasa alat peralatan pertahanan dan keamanan matra laut.

Terkait alutsista yang mendesak, kata Unggul, segera diproduksi adalah kapal cepat rudal 60 meter dan 28 meter untuk kebutuhan patroli. BPPT dipercaya untuk mendukung pengembangan alutsista karena BPPT satu-satu lembaga riset dan pengembangan di Indonesia yang bergerak dalam teknologi pertahanan.

Di samping itu BPPT juga memiliki BPPH dengan alat paling lengkap seAsia Tenggara yang dibangun atas jasa BJ Habibie. Di balai tersebut dapat dilakukan simulasi gelombang untuk mengetahui perlu atau tidaknya revisi desain.

"Desain terkait kerja sama dimulai tahun ini. Anggaran kita untuk hankam Rp 5 miliar. Jika ada APBN perubahan bisa kita tambahkan," ucap Unggul.

Sejalan dengan itu, selama empat tahun ke depan, Bappenas menjanjikan kuncuran anggaran Rp 1 triliun kepada BPPT untuk meningkatkan kemampuan desain kapal cepat, rudal, kapal selam, pesawat tanpa awak (drone), medium tank dan propelan untuk pengisian peluru.

"Alutsista dapat porsi anggaran besar. TNI AL ingin banyak pakai alutsista dari industri dalam negeri untuk menghindari ketergantungan," ujarnya.

Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, mengungkapkan, Indonesia butuh alutsista yang dipenuhi industri pertahanan dalam negeri, termasuk universitas dan badan litbang.

Ia memandang teknologi yang dibuat BPPT ini untuk mengembangkan industri perkapalan. Desain dites jika sudah sesuai kebutuhan maka akan masuk galangan kapal yang memproduksi kapal.

"Desain dengan kenyataan harus benar jika betul merupakan hasil inovasi. Kemudian dipakai untuk bangun kapal kapal sejenis, karena kita butuh standarisasi," ucapnya.

Sejauh ini lanjutnya, desain teknologi pertahanan BPPT ada yang sudah dibuat oleh PT PAL. "Kita kerja sama untuk optimalkan bukan hanya kapal tapi rudal, kapal selam nantinya juga industri komponen," tuturnya.

Ia memandang alutsista dan teknologi pertahanan sangat perlu didukung tingkat kandungan dalam negeri. Dengan membuat sendiri akan mempermudah kebutuhan, tidak perlu membeli ke luar negeri. Indonesia pun mandiri dalam alutsista.(Berita Satu)

Satgas Kizi TNI di Afrika terima Ranpur Anoa

Satgas Kizi TNI di Afrika terima Ranpur Anoa
Puspen TNI/Puspen TNI
Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-A/Minusca Menerima Kendaraan Tempur (Ranpur) Anoa jenis V2 6x6 buatan Pindad dan kendaraan alat berat lainnya yang telah tiba di Camp Garuda, Bangui, Afrika, Senin (11/5/2015). 

 (Afrika, 11 Mei 2015). Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXVII-A/Minusca (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in the Central African Republic) yang sedang melaksanakan tugas sebagai peacekeepers misi PBB di Central African Republic (CAR), Afrika, menerima bantuan Kendaraan Tempur (Ranpur) Anoa jenis V2 6x6 buatan Pindad dan kendaraan alat berat lainnya yang telah tiba di Camp Garuda, Bangui, Afrika, Senin (11/5/2015).

Menurut Dansatgas Kizi TNI Letkol Czi Alfius Navirinda K., ke-4 (empat) unit Ranpur Anoa jenis V2 6x6 buatan PT. Pindad yang datang beserta tambahan beberapa unit barang re-supply lainnya untuk kebutuhan Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XXXVII-A/Minusca telah tiba di CAR Afrika setelah menempuh perjalanan laut selama 30 hari dari Indonesia. (Tribun)

Indonesia harus antisipasi perang asimetris

Indonesia harus antisipasi perang asimetris
Menhan, Ryamizard Ryacudu 
 
Yogyakarta  - "Kunci keberhasilan dalam perang asimetris adalah keunggulan teknologi informasi dan komunikasi," kata Menteri Pertahanan, Jenderal TNI (Purnawirawan) Ryamizard Ryacudu, di Kampus Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta, Senin.

Ryacudu katakan itu dalam pembukaan Cyber Defence Competition (CDC) 2015. Dia mengatakan, dengan perangkat yang unggul dan ketersediaan SDM yang andal dan berkualitas, Indonesia diharapkan mampu menangani berbagai ancaman yang berdimensi siber.

"Saya berharap CDC dapat dijadikan momentum langkah awal untuk meningkatkan keahlian dan profesionalisme peserta dalam bidangnya," katanya.

Sejak lama negara tidak lagi menjadi aktor peperangan atau pertempuran. Yang kemudian berkembang adalah peperangan (walau tidak dideklarasikan resmi) antara negara melawan aktor non negara alias gerakan dan jaringan. 

Inilah yang lalu melahirkan konsep baru perang, perang asimetris, di mana pihak-pihak yang berhadapan tidak dalam posisi sebanding dalam berbagai aspeknya. 

"Saya berharap CDC dapat dijadikan momentum langkah awal untuk meningkatkan keahlian dan profesionalisme peserta dalam bidangnya," katanya.

Ketua Panitia CDC 2015, Brigadir Jenderal TNI Jumadi, mengatakan, kompetisi itu wadah positif menggali dan mencari SDM yang memiliki keahlian dalam bidang pertahanan siber, membangun jejaring siber, dan membangun potensi pertahanan siber.

Kali ini, peserta sebanyak 36 tim terdiri atas 16 tim kategori umum, lima tim kategori pelajar, dan 15 tim dari TNI. Tim sebanyak itu merupakan hasil seleksi dari 206 tim pada babak penyisihan.

"Materi lomba meliputi forensik, uji penetrasi, pertahanan jaringan komputer, capture the flag," katanya. (Antara)

Tuesday, 12 May 2015

Dorong Stabilitas Laut China Selatan

Indonesia dorong stabilitas Laut China Selatan
Dokumentasi kapal nelayan China yang berlayar di sekitar Kepulauan Spratly, yang juga diklaim Taiwan, Filipina, Vietnam, dan Malaysia, serta Brunei Darussalam. (AFP)
... akan terus, dengan berbagai pendekatan dan forum, hampir semua forum kita gunakan agar kita semua menampilkan kepentingan bersama. Kepentingan bersama itu adalah stabilitas...
Jakarta- Wakil Menteri Luar Negeri, AM Fachir, menegaskan, Indonesia akan terus berupaya mendorong pencapaian stabilitas di wilayah Laut China Selatan melalui berbagai pendekatan.

"Kita akan terus, dengan berbagai pendekatan dan forum, hampir semua forum kita gunakan agar kita semua menampilkan kepentingan bersama. Kepentingan bersama itu adalah stabilitas," kata Fachir, di Jakarta, Senin.

Pernyataan tersebut dia sampaikan seusai membuka acara seminar bertema Maritime Fulcrum and Foreign Policy, di Kementerian Luar Negeri, Jakarta.

Menurut dia, Indonesia akan terus berusaha mencegah konflik dalam sengketa Laut China Selatan. China yang memiliki anggaran pertahanan gigantis dan industri pertahanan mandiri mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan. 

Bahkan mereka mereklamasi dan membangun fasilitas pertahanan di beberapa pulau di Laut China Selatan, yang memicu protes keras dari negara pengklaim lain. 

Pada sisi lain, empat negara ASEAN, yaitu Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan Malaysia, juga mengajukan klaim serupa. Negara pengklaim itu juga ditambah Taiwan. 

Salah satu instrumen yang aktif disuarakan Indonesia untuk meredam potensi konflik adalah semua negara pengklaim patuh pada tata perilaku (Code of Conduct) yang tengah disusun.

Selain itu, Fachir juga menegaskan Indonesia akan terus berusaha menciptakan stabilitas di wilayah Laut China Selatan yang sedang memanas.

"Dengan berbagai pendekatan dan forum, baik internasional maupun workshop seperti ini, Indonesia akan terus menyampaikan bahwa konflik bukanlah suatu solusi," ujar dia.

Pemerintah Indonesia melalui KTT ASEAN terus mendorong penyelesaian kesepakatan tata perilaku itu untuk mengatasi sengketa Laut China Selatan.

"Indonesia terus mendorong upaya perdamaian di Laut China Selatan. Salah satu upaya yang didorong Indonesia adalah penyelesaian kesepakatan Code of Conduct, Tiongkok-ASEAN," kata Direktur Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri, I Gusti Agung Wesake Puja.

Tata perilaku penanganan sengketa Laut China Selatan, menurut Puja, perlu segera diselesaikan dan disepakati guna menjaga stabilitas kawasan.

"Konsensus yang dicapai selama pembahasan Laut China Selatan di KTT ASEAN, kita akan terus menjaga stabilitas di Laut China Selatan dengan cara Code of Conduct dapat dipercepat penyelesaiannya," kata dia.

Puja mengatakan bahwa ada beberapa negara yang menyampaikan keprihatinan terhadap proses yang sedang dilakukan negara tertentu yang berkaitan dengan reklamasi di Laut China Selatan.

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah Indonesia mendorong semua pihak yang terlibat dalam sengketa di Laut China Selatan untuk dapat menahan diri.

Presiden Jokowi pada KTT ASEAN menekankan kepentingan komitmen menjaga dan meningkatkan stabilitas di kawasan, yang merupakan modal bagi pembangunan yang berkelanjutan.  (Antara)

Ke Amerika Serikat, Menhan Tingkatkan Kerjasama Pertahanan

Hasil gambar untuk Ke Amerika Serikat, Menhan Tingkatkan Kerjasama Pertahanan


Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu akan melaksanakan kunjungan ke Amerika Serikat, sebagai upaya meningkatkan kerjasama bidang pertahanan kedua negara. Mengawali kunker yang dimulai tanggal 7 sampai 15 Mei 2015 tersebut, Menhan akan melakukan pertemuan dengan United States Pacific Command (USPACOM) Commander, Admiral Samuel J. Locklear, dilanjutkan pertemuan dengan United States Army Pacific (USARPAC) Commander, General Vincent K. Brooks di Hawaii.

Sejumlah agenda yang akan dibicarakan dalam pertemuan tersebut, diantaranya penanganan isu-isu strategis regional tentang merebaknya ancaman nyata yang dihadapi tidak saja oleh Indonesia tetapi juga bangsa-bangsa di dunia, diantaranya terorisme, bencana alam (gempa bumi, erupsi gunung berapi dan tsunami), bencana akibat kelengahan manusia, pelanggaran perbatasan serta wabah penyakit seperti flu burung, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Middle East Respiratory Syndrome (MERS) serta ebola.

Topik lain yang akan dibicarakan adalah penanganan masalah Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan pejuang asing (foreign terrorist fighters) yang tidak hanya mengancam keamanan dan stabilitas regional Timur Tengah saja, tetapi juga dapat meluas ke masyarakat sipil dunia.

Usai melakukan pertemuan di Hawaii, Menhan akan melanjutkan lawatannya ke Washington D.C untuk melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua Menhan akan membahas upaya-upaya dalam peningkatan kerjasama pertahanan yang telah berjalan, termasuk kerjasama sektor keamanan maritim.  

Kerjasama bidang pertahanan RI dan AS selama ini telah terjalin dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari upaya peningkatan profesionalisme prajurit Angkatan Bersenjata kedua negara, dimana selama ini telah tergelar 200 jenis latihan bersama yang berbeda dan juga setiap tahunnya TNI mengirimkan personel 300 orang lebih ke Amerika Serikat terutama ke USPACOM, untuk mengikuti pelatihan militer dalam kerangka kerjasama Army to Army, Navy to Navy serta Airman to Airman.
Demikian Siaran Pers Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan(Menhan)