Panglima
TNI Jenderal TNI Moeldoko (kiri) dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti
(kanan) berpose bersama sejumlah anggota TNI dan Polisi usai memberikan
pengarahan di Kupang, sebelum berangkat ke perbatasan RI-Timoo Leste di
Atambua, 7 Mei 2015.
"Sudah hampir sepuluh tahun tidak pernah dikasih tugas. Kami jadi haus berperang," kata bintara peleton ini saat sesi tanya-jawab seusai pengarahan dari Jenderal Moeldoko bersama Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti di Markas Yonif 700/Rider, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 11 Mei.
Selama ini, Darwis mengatakan, memang tetap ada penugasan, tapi tidak menyeluruh. Hanya ada beberapa rekannya yang memperoleh misi mengikuti operasi pasukan perdamaian di luar negeri. Darwis menghendaki agar semua pasukan di batalyonnya turut diutus menjalankan sebuah operasi.
Menanggapi permintaan anak buahnya itu, Moeldoko mengaku adalah hal yang wajar bila prajurit ingin menjalankan tugas. Terlebih, para prajurit terus berlatih. Toh, pemilihan pasukan yang mengikuti operasi mesti dipertimbangkan secara matang. Pihaknya tentu memilih pasukan yang mempunyai banyak prestasi.
Moeldoko yang pernah sepuluh tahun bertugas di Yonif 700/Rider, mengaku memahami keinginan dan antusiasme anak buahnya. Ia akan mengusahakan memberikan penugasan kepada prajurit yang berada di bekas tempat kerjanya. Dirinya mengetahui bahwa pembinaan pada batalyon ini juga amat bagus.
Moeldoko mengakui penugasan memang berkurang mengingat situasi dan kondisi keamanan kian baik. Tak lagi ada aksi Gerakan Aceh Merdeka dan aktivitas serupa lain yang mengancam keutuhan NKRI. "Yang ada, operasi teritorial pengamanan perbatasan atau dikirim ke luar negeri sebagai pasukan perdamaian," katanya.(Tempo)