Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan pembom jarak jauh B-1 Amerika ditempatkan di Australia sebagai pencegah apa yang digambarkan sebagai “efek destabilisasi” China di wilayah tersebut.
Langkah ini merupakan bagian dari rencana pemerintahan Obama untuk “menegaskan kebebasan navigasi” di Laut Cina Selatan.
Kementerian luar negeri China menyatakan “keprihatinan serius” dan juru bicaranya mengatakan negara akan “tegas menegakkan kedaulatan teritorial”.
Asisten Menteri Pertahanan AS, David Shear berbicara tentang rencana tersebut dalam sidang Kongres.
“Kami akan menempatkan aset angkatan udara tambahan di Australia serta pembom B-1 dan pesawat pengintai,” katanya.
Juru bicara Menteri Pertahanan Australia Kevin Andrews mengatakan departemennya “aware atas komentar yang dibuat seorang pejabat AS di Kongres semalam”.
“Pemerintah AS telah menghubungi kami “to advise” bahwa pejabat itu salah bicara,” kata pernyataan itu.
Angkatan udara Amerika mengatakan B-1 bomber adalah tulang punggung kekuatan pembom jarak jauhnya.
Pesawat ini mampu mengirim dengan cepat 84 bom seberat 227 kilogram setiap bomnya untuk “melawan musuh, di manapun di dunia, setiap saat” dan saat ini sedang digunakan untuk menyerang ISIS di Irak.
Dalam dengar pendapat dengan Kongres AS tentang Laut China Selatan, David Shear mengatakan, bahwa penyebaran aset pesawat ke Australia termasuk melipatkandakan jumlah marinir AS di Darwin, yang saat ini mulai meninggalkan basis mereka di Jepang.
“Kami akan menggerakkan jumlah Marinir yang signifikan ke Hawaii, Guam dan Australia,” katanya.
“Jadi kita akan memiliki kehadiran yang sangat kuat, postur lanjutan sangat kuat di seluruh wilayah untuk komitmen bagi sekutu kami, untuk melindungi dan bekerja dengan mitra kami dan untuk terus memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.
“Hal ini sekaligus mendukung diplomasi kami di China Laut China Selatan.”
Senat AS dari komite hubungan luar negeri mengundang dengar pendapat dengan pemerintah AS, untuk mengatasi kekhawatiran tentang terus menerusnya konstruksi daratan buatan oleh China di Laut Cina Selatan termasuk landasan pacu.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan perilaku China sedang membuat efek destabilisasi di kawasan tersebut.
Kantor berita China Xinhua mengatakan kepada duta besar AS, bahwa Washington tidak punya hak apapun untuk campur tangan dalam kegiatan yang sah itu, yang dilakukan di Laut Cina Selatan. Mereka mendesak pihak terkait untuk menyelesaikan sengketa melalui saluran diplomatik.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan dalam konferensi pers di Beijing, bahwa negaranya “sangat prihatin”.
“Kami pikir Amerika Serikat harus mengeluarkan klarifikasi mengenai hal ini. China selalu menjunjung tinggi kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan tapi kebebasan navigasi tentu tidak berarti bahwa kapal militer asing dan pesawat dapat memasuki perairan teritorial negara lain atau wilayah udara dengan sesuka hati , “dia berkata.
“China dengan tegas akan menegakkan kedaulatan teritorialnya.
“Kami menuntut pembicaraan yang relevan dan bertindak hati-hati dan tidak mengambil tindakan yang berisiko atau provokatif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional.”
Menteri Luar Negeri John Kerry melakukan pertemuan dengan pemimpin China Xi Jinping akhir pekan ini.
Senator dari Republik, Bob Corker berpendapat Amerika tidak melakukan tindakan yang cukup untuk mencegah China, dan sekutu Amerika kini mempertanyakan kredibilitas Washington.
“Saya pikir kita pihak yang membayar harganya karena tidak ada orang yang melihat aktivitas yang nyata untuk hal ini dan mereka benar-benar mendapatkan dan tidak membayar apa-apa,” katanya.
Tidak ada penrnyataan secara khusus menyebutkan pembom B-1 ditempatkan di Australia sebagai pencegah untuk klaim teritorial China atau sebagai basis dan operasional yang siap untuk menanggapi tindakan China di Laut China Selatan.
Seorang juru bicara Pentagon mengatakan kepada ABC, bomber kelas berat telah dikerahkan ke Australia di masa lalu, termasuk kunjungan B52 Desember lalu. Namun mereka digunakan untuk latihan.
Berkenaan dengan pembom B-1, meskipun wakil menteri pertahanan AS mengatakan penyebarannya sedang disiapkan, namun juru bicara Pentagon mengatakan “spesifikasi kerjasama postur pertahanan masa depan dengan Australia, belum diselesaikan”.
Postur Bomber B-1:
Memiliki payload internal yang terbesar dari setiap bomber yang ada saat ini.
Mampu mengirim dengan cepat 84 bom 227-kilogram/bom.
Ditujukan untuk kecepatan tinggi, ketinggian rendah misi penetrasi
Masuk layanan pada tahun 1986 ke Angkatan Udara Amerika Serikat sebagai bomber nuklir.
Tidak lagi dipersenjatai dengan senjata nuklir, tetapi mampu membawa peluncur rudal jelajah dan rudal serangan jarak pendek.
(JKGR)