JAKARTA-Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan
industri pertahanan nasional sudah mampu memproduksi alutsista
berkualitas untuk menunjuang aktivitas TNI dan Polri.
Pemerintah akan memprioritaskan pembelian alutsista dari dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap produksi impor. Alutsista yang belum bisa diproduksi di dalam negeri akan dibeli dengan persyaratan alih teknologi ke industri nasional.
Ryamizard juga mendorong industri nasional memproduksi alutsista yang efektif memerangi prioritas ancaman Indonesia, yaitu penanggulangan bencana alam dan pengamanan maritim.
Alutsista Indonesia harus bisa digunakan dalam upaya tanggap bencana seperti pencarian dan evakuasi korban hingga rekonstruksi yang dikerjakan oleh TNI. Selain itu, alutista juga harus efektif mengembangkan kemampuan pengawasan wilayah laut Indonesia.
Menhan yang bertindak sebagai Ketua Harian Komite Kebijakan Industri Pertahanan Nasional mengatakan pembelian peralatan seperti masker, alat berat, dan kendaraan pengangkut alat berat akan diutamakan.
“Pemerintah mendukung optimalisasi penggunaan produk dalam negeri kemudian menaikkan omzet permintaan kira-kira 30%—40%,” kata Ryamizard dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Selasa (30/12/2014).
Direktur Utama PT Pindad (Persero) Silmy Karim mengatakan saat ini Pindad mampu meraih omset sekitar Rp2 triliun dari penjualan produksi senjata, panser, dan amunisi. Kapasitas produksi Pindad, jelasnya, bisa ditingkatkan hingga omzet mencapai Rp4 triliun.
Dia mengatakan pembelian alutsista produksi dalam negeri terbukti lebih efisien dari impor alutsista. Panser Anoa produksi Pindad, misalnya, bisa dijual seharga Rp9 miliar atau jauh lebih murah dari harga panser produksi Perancis senilai Rp16 miliar.
Produksi Pindad juga mendorong produksi industri dasar domestik, terutama dari produksi baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Pabrik KS dan KS-Posco sekarang sudah menyediakan baja ukuran besar yang digunakan dalam produksi panser dan kapal tempur.
“Anoa mulai produksi ke-31 sudah menggunakan plat baja KS, begitu juga untuk kapal laut dibutuhkan plat baja ukuran tidak standar. Saya mendapat update sudah bisa diproduksi KS-Posco,” kata Silmy.(Bisnis.com)
Pemerintah akan memprioritaskan pembelian alutsista dari dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap produksi impor. Alutsista yang belum bisa diproduksi di dalam negeri akan dibeli dengan persyaratan alih teknologi ke industri nasional.
Ryamizard juga mendorong industri nasional memproduksi alutsista yang efektif memerangi prioritas ancaman Indonesia, yaitu penanggulangan bencana alam dan pengamanan maritim.
Alutsista Indonesia harus bisa digunakan dalam upaya tanggap bencana seperti pencarian dan evakuasi korban hingga rekonstruksi yang dikerjakan oleh TNI. Selain itu, alutista juga harus efektif mengembangkan kemampuan pengawasan wilayah laut Indonesia.
Menhan yang bertindak sebagai Ketua Harian Komite Kebijakan Industri Pertahanan Nasional mengatakan pembelian peralatan seperti masker, alat berat, dan kendaraan pengangkut alat berat akan diutamakan.
“Pemerintah mendukung optimalisasi penggunaan produk dalam negeri kemudian menaikkan omzet permintaan kira-kira 30%—40%,” kata Ryamizard dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Selasa (30/12/2014).
Direktur Utama PT Pindad (Persero) Silmy Karim mengatakan saat ini Pindad mampu meraih omset sekitar Rp2 triliun dari penjualan produksi senjata, panser, dan amunisi. Kapasitas produksi Pindad, jelasnya, bisa ditingkatkan hingga omzet mencapai Rp4 triliun.
Dia mengatakan pembelian alutsista produksi dalam negeri terbukti lebih efisien dari impor alutsista. Panser Anoa produksi Pindad, misalnya, bisa dijual seharga Rp9 miliar atau jauh lebih murah dari harga panser produksi Perancis senilai Rp16 miliar.
Produksi Pindad juga mendorong produksi industri dasar domestik, terutama dari produksi baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Pabrik KS dan KS-Posco sekarang sudah menyediakan baja ukuran besar yang digunakan dalam produksi panser dan kapal tempur.
“Anoa mulai produksi ke-31 sudah menggunakan plat baja KS, begitu juga untuk kapal laut dibutuhkan plat baja ukuran tidak standar. Saya mendapat update sudah bisa diproduksi KS-Posco,” kata Silmy.(Bisnis.com)