Jakarta TNI
AU akan terus melengkapi alat utama sistem senjata (alutsista) yang
dimilikinya. Setelah selesai, kelengkapan alutsista TNI AU akan
diperlihatkan kepada publik pada hari ulang tahun TNI, 5 Oktober 2014.
"Sampai saat ini, kami mengajukan kelengkapan, mulai dari pesawat T 50, F16, Hercules sebagai pesawat angkut dari Australia. Kemudian pesawat latih kami menunggu dari Jerman, heli Cougar akan digunakan Combat SAR, dan Supertucano akan menjadi satu skuadron," kata Kepala Staf TNI AU (Kasau), Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, pada latihan perang Angkasa Yudha 2013 di Landasan Udara Ranai, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu.
Lebih jauh, Kasau menuturkan pada tahun 2014, pimpinan TNI AU akan memperlihatkan dan mempertanggungjawabkan semua peralatan baru tersebut kepada masyarakat. Semua alutsista yang baru dengan kondisi terbaik, yang memperkuat jajaran TNI AU, akan dapat dilihat secara langsung oleh rakyat.
Saat ditanya mengenai penambahan alutsista untuk TNI AU, Putu Dunia menyerahkan kepada pihak Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang menjadi penentu kebijakan dalam pembelian alutsista. "Penambahan alusista, itu kebijakan Kemhan, tapi kami akan ada tim yang melihat lagi MEF (Minimum Essensial Force) yang sudah ada dan akan kami sempurnakan. Apa yang sudah jadi kebijakan, ya berlanjut. Ke depan, kami tunggu keputusan dari Menhan," kata Kasau.
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantioro, mengatakan Indonesia membutuhkan sedikitnya 34 radar untuk bisa menunjang pengawasan TNI AU dalam menjaga wilayah udara Indonesia. "Jadi, radar TNI AU itu radar primer. Kalau sekunder itu untuk keperluan komersiil. Sementara ini mereka bekerja sama dengan baik," kata Menhan.
Untuk sekarang, prioritas penambahan radar dipusatkan di bagian timur Indonesia. Hal itu dilakukan agar pengawasan arus penerbangan di wilayah tersebut bisa dilakukan secara maksimal. "Wilayah barat sebagian sudah terpenuhi. Kalau wilayah timur, ya bertahap. Untuk rencana strategis (renstra) pertama, ada empat yang harus dipenuhi," tutur Purnomo.
Meski begitu, ujar Menhan, pemenuhan radar yang kurang tersebut akan dilakukan secara bertahap. Selain bertahap, pemenuhan radar tersebut menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Badan Perencanaan Pembangunan nasional (Bappenas). "Untuk renstra pertama sampai 2014 ini, kami rencana membeli empat radar, harganya total 150 juta dollar AS," papar dia.
Sementara itu, Komandan Satuan Radar 212 Lanud Ranai, Mayor (Lek) Feri, mengatakan radar yang terpasang di Lanud Ranai jangkauannya bisa mencapai 540 km. Aktivitas radar tersebut juga sangat baik untuk mengintai arus penerbangan yang melewati udara di Natuna. Jangkauan radar ini bisa sampai Kucing, wilayah Malaysia. Radar di Lanud Ranai ini dijaga 47 personel.
Prajurit Andal
Dalam kesempatan itu, Kasau mengungkapkan rasa puas dan bahagianya atas suksesnya latihan puncak Angkasa Yudha 2013. Menurut dia, latihan itu ditujukan untuk mencetak prajurit yang andal.
"Perlu diketahui, ke depan, saya ingin punya tentara yang kuat untuk menembak di darat dan di laut. Sebab nanti ancaman sasaran juga di laut. Jadi kami latih prajurit yang bisa tembak di laut," ujar Kasau terkait latihan pengeboman di laut.
Meski merasa puas, Kasau menjelaskan TNI AU masih akan mengevaluasi hasil latihan puncak Angkasa Yudha 2013. "Beberapa hal perlu kita evaluasi, seperti operasi medikal udara. Saya rasa perlu tambahan pesawat di mana doktrin yang kami lakukan hanya turunkan pasukan, peralatan, dan seleksi korban," kata Kasau.
Sebenarnya, dalam operasi itu, lanjut Kasau, hampir 40 persen personel yang terlibat operasi bisa menjadi korban dan 10 persen korban harus segera dievakuasi. "Jadi, pertama, pesawat SAR itu harus membawa korban yang terlihat nyata. Nah tim dari pesawat belakangnya baru membikin rumah sakit dan menyeleksi yang sakit," lanjut dia. fdl/P-3
"Sampai saat ini, kami mengajukan kelengkapan, mulai dari pesawat T 50, F16, Hercules sebagai pesawat angkut dari Australia. Kemudian pesawat latih kami menunggu dari Jerman, heli Cougar akan digunakan Combat SAR, dan Supertucano akan menjadi satu skuadron," kata Kepala Staf TNI AU (Kasau), Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, pada latihan perang Angkasa Yudha 2013 di Landasan Udara Ranai, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu.
Lebih jauh, Kasau menuturkan pada tahun 2014, pimpinan TNI AU akan memperlihatkan dan mempertanggungjawabkan semua peralatan baru tersebut kepada masyarakat. Semua alutsista yang baru dengan kondisi terbaik, yang memperkuat jajaran TNI AU, akan dapat dilihat secara langsung oleh rakyat.
Saat ditanya mengenai penambahan alutsista untuk TNI AU, Putu Dunia menyerahkan kepada pihak Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang menjadi penentu kebijakan dalam pembelian alutsista. "Penambahan alusista, itu kebijakan Kemhan, tapi kami akan ada tim yang melihat lagi MEF (Minimum Essensial Force) yang sudah ada dan akan kami sempurnakan. Apa yang sudah jadi kebijakan, ya berlanjut. Ke depan, kami tunggu keputusan dari Menhan," kata Kasau.
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantioro, mengatakan Indonesia membutuhkan sedikitnya 34 radar untuk bisa menunjang pengawasan TNI AU dalam menjaga wilayah udara Indonesia. "Jadi, radar TNI AU itu radar primer. Kalau sekunder itu untuk keperluan komersiil. Sementara ini mereka bekerja sama dengan baik," kata Menhan.
Untuk sekarang, prioritas penambahan radar dipusatkan di bagian timur Indonesia. Hal itu dilakukan agar pengawasan arus penerbangan di wilayah tersebut bisa dilakukan secara maksimal. "Wilayah barat sebagian sudah terpenuhi. Kalau wilayah timur, ya bertahap. Untuk rencana strategis (renstra) pertama, ada empat yang harus dipenuhi," tutur Purnomo.
Meski begitu, ujar Menhan, pemenuhan radar yang kurang tersebut akan dilakukan secara bertahap. Selain bertahap, pemenuhan radar tersebut menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Badan Perencanaan Pembangunan nasional (Bappenas). "Untuk renstra pertama sampai 2014 ini, kami rencana membeli empat radar, harganya total 150 juta dollar AS," papar dia.
Sementara itu, Komandan Satuan Radar 212 Lanud Ranai, Mayor (Lek) Feri, mengatakan radar yang terpasang di Lanud Ranai jangkauannya bisa mencapai 540 km. Aktivitas radar tersebut juga sangat baik untuk mengintai arus penerbangan yang melewati udara di Natuna. Jangkauan radar ini bisa sampai Kucing, wilayah Malaysia. Radar di Lanud Ranai ini dijaga 47 personel.
Prajurit Andal
Dalam kesempatan itu, Kasau mengungkapkan rasa puas dan bahagianya atas suksesnya latihan puncak Angkasa Yudha 2013. Menurut dia, latihan itu ditujukan untuk mencetak prajurit yang andal.
"Perlu diketahui, ke depan, saya ingin punya tentara yang kuat untuk menembak di darat dan di laut. Sebab nanti ancaman sasaran juga di laut. Jadi kami latih prajurit yang bisa tembak di laut," ujar Kasau terkait latihan pengeboman di laut.
Meski merasa puas, Kasau menjelaskan TNI AU masih akan mengevaluasi hasil latihan puncak Angkasa Yudha 2013. "Beberapa hal perlu kita evaluasi, seperti operasi medikal udara. Saya rasa perlu tambahan pesawat di mana doktrin yang kami lakukan hanya turunkan pasukan, peralatan, dan seleksi korban," kata Kasau.
Sebenarnya, dalam operasi itu, lanjut Kasau, hampir 40 persen personel yang terlibat operasi bisa menjadi korban dan 10 persen korban harus segera dievakuasi. "Jadi, pertama, pesawat SAR itu harus membawa korban yang terlihat nyata. Nah tim dari pesawat belakangnya baru membikin rumah sakit dan menyeleksi yang sakit," lanjut dia. fdl/P-3
kORAN JAKARTA