TNI AL memiliki pengalaman dalam proses penyelamatan dan pengangkatan badan kapal perang memakai “balon-balon pengapung” sebagaimana akan diterapkan pada KRI Teluk Peleng-535 itu. KRI Teluk Peleng-535 diketahui sandar di dermaga itu pada posisi “badan keempat”, Senin pagi lalu (18/11). Saat dia sandar dan telah selesai bermanuver untuk proses merapat, kapal perang buatan Jerman Timur pada 1978 itu langsung “diikat” di titik-titik tambat.
“Sebetulnya, merapat dan ditambat di posisi ‘badan kedua, ketiga, atau keempat’ seperti itu sudah sering dilaksanakan. Itu biasa terjadi dan sejauh ini tidak ada masalah. Kami tengah mengkaji sebab-musabab kebocoran lambung di buritan kapal itu,” kata Surapati.
Kebocoran kapal perang pendarat amfibi itu ada di bagian buritan, di ruang pembangkit daya listrik, di kompartemen mesin kapal. Dari titik itulah kemudian petugas jaga kapal menemukan genangan air pada saat mereka patroli rutin pada Senin petang.
“Dugaan sementara kami, mungkin di perairan ‘kolam’ dermaga itu terdapat bekas-bekas tiang besi yang besar. Kondisi perairan pada saat itu surut dan perairan cukup bergolak terkait cuaca, sehingga kapal-kapal seolah diombang-ambingkan, walau sudah diikat di tambatan dermaga,” kata dia.
Kemungkinan kedua, kata dia, benturan terjadi pada titik-titik rampa yang memang mungkin terjadi pada bagian penyambungnya.
Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, dalam keterangan langsungnya, secara terpisah, menyatakan, “Ini masalah teknis sekali dan menjadi tanggung jawab komandan kapal.”
KRI Teluk Peleng dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur pada 1978 untuk Angkatan Laut Jerman Timur dengan nomor lambung 632. Kapal berjenis Frosch-I/Type 108 ini kemudian dibeli pemerintah untuk TNI AL dan masuk armada pada 1993.
Kapal-kapal perang ini termasuk dalam paket pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. KRI Teluk Peleng-535 adalah kapal pendarat bagi pasukan Korps Marinir TNI AL dan juga sebagai kapal pengangkut logistik.
Termasuk dalam kelas Teluk Gilimanuk bersama KRI Peleng-53, antara lain KRI Teluk Gilimanuk-531, KRI Teluk Celukan Bawang-532, KRI Teluk Cendrawasih-533, KRI Teluk Berau-534, KRI Teluk Sibolga-536, KRI Teluk Manado-537, KRI Teluk Hading-538, KRI Teluk Parigi-539, KRI Teluk Lampung-540, KRI Teluk Jakarta-541, KRI Teluk Sangkulirang-542, KRI Teluk Cirebon-543, dan KRI Teluk Sabang-544. (AntaraNews / Unggul Tri Ratomo)
jakarta greater