Tepat pukul 00.47 WIB tanggal 8 Juni 2013 pesawat B777-300ER maskapai Emirates Airline nomor penerbangan EK 359 lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan tujuan Dubai, Uni Emirat Arab. Di deretan bangku nomor 17 abc dan 18 abc duduk enam orang Instruktur Penerbang Lanud Adisutjipto, Yogyakarta yang akan terbang menuju Jerman dalam rangka pelatihan terbang dengan pesawat Grob --pengganti pesawat latih AS-202 Bravo yang saat ini digunakan oleh TNI AU.
Tim kecil tersebut dipimpin oleh Komandan Skadron Pendidikan 101 Letkol Pnb Andi Wijanarko dan terdiri dari Mayor Pnb Onesmus GRA, Mayor Pnb Sri Raharjo, Mayor Pnb Putu Sucahyadi, Mayor Pnb Marcell, dan Mayor Pnb Frando Marpaung. Tim akan trasit di Dubai sebelum berangkat menuju Jerman. Perjalanan dari Jakarta menuju Dubai menempuh jarak 6.598 km dicapai dalam waktu sekitar delapan jam. Pukul 08.07 WIB atau 05.07 waktu setempat, pesawat mendarat di Dubai dan tim transit selama empat jam di Dubai.
Penerbangan berikutnya menuju Munich menggunakan A380 Emirates Airline nomor penerbangan EK 049. Berangkat pukul 12.08 WIB atau 09.09 waktu setempat menempuh jarak 4.764 km dengan waktu kurang lebih lima jam dan tiba di Munich pada pukul 17.47 WIB atau 14.47 waktu setempat. Selanjutnya tim melanjutkan perjalanan darat menggunakan mobil menuju Badworshofen selama kurang lebih 1 jam perjalanan.
Ditunggu-tunggu
Setelah menginap satu malam di Badworshofen, Jerman keesokan harinya tanggal 10 Juni pukul 13.10 WIB atau 08.10 waktu setempat tim melanjutkan perjalanan menuju Kota Angouleme, Perancis menggunakan mobil menempuh jarak sekitar 1.200 km. Selama perjalanan dari Jerman menuju Perancis tim dapat menikmati keindahan Benua Eropa dari dekat. Tidak lupa tim berhenti untuk sekedar istiharat sambil menikmati pemandangan alam yang sangat menyejukkan mata. Tim akhirnya tiba di Angouleme pukul 22.30 waktu setempat.
Keesokan harinya tim menuju Bandara Angouleme untuk mulai melaksanakan pelatihan terbang menggunakan pesawat Grob. Pelatihan terbang dilaksanakan oleh CATS (Cassidian Aviation Training Service) meliputi ground school selama dua hari dan flight school sebanyak 12 sorti atau sekitar 12 jam terbang. Ground school diberikan oleh Mr. Eric meliputi pelajaran tentang aircraft general, engine, fuel system, hydraulic system, electrical system, communication and navigation system, oksigen system, dan instrument system tentang pesawat Grob G 120TP-A. Setelah selesai melaksanakan ground school, pada hari ketiga dilaksanakan terbang untuk pertama kalinya menggunakan pesawat Grob. Tapi sayang, cuaca saat itu tidak mendukung sehingga kegiatan dilanjutkan dengan belajar mandiri untuk semakin memperdalam pengetahuan tentang pesawat Grob serta memperlancar prosedur penerbangan.
Kamis tanggal 13 Juni merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh para Instruktur Penerbang dari Indonesia dimana pada hari itu mereka akan menerbangkan pesawat Grob. Penerbang yang paling beruntung adalah Mayor Pnb Frando Marpaung, karena dia merupakan Instruktur Penerbang pertama di antara enam Instruktur Penerbang Indonesia yang menerbangkan pesawat G 120TP-A. Latihan terbang dilaksanakan di area sekitar Bandara Angouleme serta di bandara-bandara lainnya di sekitar Angouleme yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan latihan navigasi dan take- off and landing.
Selama kurang lebih 3 minggu melaksanakan terbang di Perancis setiap Instruktur Penerbang Lanud Adisutjipto mendapatkan 12 sorti penerbangan meliputi general handling, aerobatics, dan instruments and functional check flight (FCF). Para Instruktur Penerbang Indonesia dilatih oleh penerbang dari CATS yaitu Mayor (Ret) Frederick Wrobel yang merupakan mantan penerbang Angkatan Udara Perancis (Armée de l’Air) dan Mayor (Ret) Stephane Aubry yang merupakan mantan penerbang Angkatan Laut Perancis (Marine). Banyak pengalaman dan ilmu yang didapatkan selama terbang di Perancis selain juga dapat menikmati pemandangan alam benua Eropa yang indah.
Bertemu orang Indonesia
Ada pengalaman unik yang didapat oleh para Instruktur Penerbang TNI AU ini. Yaitu secara tidak sengaja mereka bertemu dengan orang-orang Indonesia yang sudah 30 tahun menetap di Perancis. Pertemuan itu sendiri terjadi pada saat mereka sedang makan malam di restoran Cina. Banyak orang Perancis yang tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga tim agak kesusahan untuk berkomunikasi dengan masyarakat di sana. Demikian juga pada saat tim sedang makan malam mereka kesusahan untuk berkomunikasi dengan penjual masakan Cina tersebut.(Mayor Pnb Marcell)
angkasa