Pages

Saturday, 27 December 2014

Jagoan-jagoan Tembak di Tapal Batas

 
image
All Photos: Eko Rizqa dan Wigih Bratanata

Kali ini, saya akan menceritakan kemampuan para penduduk perbatasan yang rata-rata jago menembak. Hutan hujan tropis yang mengelilingi desa mereka menyimpan banyak sumber daya hewani yang bisa dimanfaatkan. Lingkungan yang berupa hutan belantara menjadikan masyarakat pandai berburu, susur hutan, dan mencari jejak. Beberapa hewan yang sering diburu diantaranya kancil, payau, kijang, babi hutan dan sebagainya. Kegiatan berburu yang dilakukan tidak lagi mengunakan alat tradisional seperti sumpit atau tombak. Sebagian besar penduduk disini sudah menggunakan senapan penabur untuk berburu. Senjata penabur memiliki satu amunisi dalam satu kali tembak, dan apabila sudah mengenai sasaran, maka amunisi tersebut akan pecah menjadi beberapa pecahan proyektil.

Hewan buruan biasanya dijual di pasar, terkadang juga dimakan sendiri. Hewan buruan itulah yang menjadi sumber protein hewani untuk masyarakat sekitar. 1 ikat daging kijang atau kancil (kurang lebih 1 kg) dihargai 30 ribu. Jauh lebih murah daripada seekor ayam potong yang bisa mencapai 150-200 ribu per ekor. Tapi anehnya, murid-muridku lebih bersemangat memakan ayam potong karena mereka bilang bosan dengan daging hewan buruan. Sedangkan bagi kami, guru SM3T, tentu lebih memilih daging kijang karena tidak bakal ditemui di pasar-pasar di Jawa. Jika siswa kami mendapat buruan, biasanya mereka datang ke rumah dinas kami, dan kami pun dengan suka hati membelinya. Karena saking enaknya daging hewan buruan, sering kami mabuk kekenyangan, hehe.
image
All Photos: Eko Rizqa dan Wigih Bratanata
image
image

image
All Photos: Eko Rizqa dan Wigih Bratanata

image
image
All Photos: Eko Rizqa dan Wigih Bratanata

Jika ada waktu libur sekolah, kami terkadang berkemah bersama siswa. Kami cukup membelikan siswa bumbu-bumbu masak dan peluru penabur. Urusan mencari hewan buruan sampai masak, siswa kamilah ahlinya. Para siswa SMA, sudah tidak perlu lagi diragukan kemampuan mereka hidup di hutan. Alam sudah menyatu dalam diri mereka. Mereka sudah mengetahui dimana para hewan berkumpul, bagaimana membaca tanda dan bagaimana cara berburu yang baik.

Salah satu trik yang digunakan untuk berburu di hutan adalah jangan sampai kita berdiri searah hembusan angin tetapi harus menantang arah angin. Hal ini dimaksudkan agar hewan tersebut tidak mencium kedatangan kita. Trik kedua adalah kegiatan berburu sebaiknya dilakukan malam hari. Hewan lebih jinak dan lebih mudah mendeteksi hewan dengan bantuan senter sorot. Jika ada cahaya pantulan seperti kelereng yang berpijar, maka senter telah menyorot mata hewan buruan. Tetapi harus dipastikan juga itu adalah hewan, karena pernah ada muridku yang menceritakan bahwa yang disorot adalah hantu yang berdiam diri di hutan. Otomatis merekapun lari tunggang langgang, hehe.

Nah, dalam rangka mengakomodasi bakat dan minat masyarakat dalam bidang tembak-menembak maka Bulan Agustus kemarin, dalam rangka HUT RI ke 69, pos PAMTAS 100/RAIDER dan YonZikon 12/KJ Long Ampung, Kayan Selatan, Malinau mengadakan lomba menembak. Sebelum dibuka pendaftaran, animo masyarakat sudah membludak, salah satunya saya sendiri yang mendaftar. Karena keterbataan sumber daya, maka hanya 25 pendaftar saja yang diterima, dipilih secara adil mewakili desa dan instansi pemerintahan. Jika tidak dibatasi, mungkin bisa puluhan atau ratusan orang yang mendaftar. Salah satu faktor membludaknya animo adalah senjata yang digunakan merupakan senjata asli milik tentara yakni pistol dan senapan SS-2.

Saat hari-H perlombaan sayang sekali saya malah batal mengikutinya. Badan sedikit meriang karena sehari sebelumnya kecapekan dan kehujanan dalam mempersiapkan Upacara 17 Agustus. Posisi saya digantikan sesama rekan guru, yakni Wigih Bratanata yang akhirnya menempati peringkat 4. Juara 1 diraih oleh ketua pemuda setempat, juara kedua diraih pegawai kecamatan, sedangkan juara ketiga diraih oleh Guru SMP N 1 Kayan Selatan.

Hadiah dari lomba ini, disponsori oleh Komandan Kompi Yon Zikon 12/KJ. Juara I mendapatkan Tropi Danki Pamtas dan uang tunai dari Danki Zikon sebesar Rp. 1.000.000,00. Juara II mendapatkan Tropi Danki Pamtas dan uang tunai dari Danki Zikon Rp. 750.000,00 dan Juara III mendapatkan Tropi Danki Pamtas dan uang tunai dari Danki Zikon Rp. 500.000,00. Ada satu kejadian yang unik. Ada tantangan dari Danki Zikon kepada peserta, jika bisa menembak 2 buah botol menggunakan pistol dengan tepat maka akan dapat uang cash 1 juta. Banyak yang gagal, termasuk Danki Zikon itu sendiri yang cuma berhasil mengenai 1 sasaran. Ternyata yang berhasil menjawab tantangan itu adalah seoarang guru SMP setempat. Semua bertepuk tangan.

Melihat animo masyarakat perbatasan yang begitu besar terhadap lomba ini, diharapkan kegiatan serupa bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Syukur-syukur dari pos PAMTAS atau pihak terkait bisa membentuk sebuah klub ataupun persatuan menembak. Selain sebagai sarana tentara mendekatkan diri dengan masyarakat juga bisa dijadikan wahana mengasah skill penduduk. Jika kemampuan menembak para penduduk perbatasan dipupuk dan diarahkan, mereka bisa dijadikan semacam tentara cadangan jika sewaktu–waktu negeri Sonora berulah. Kemampuan mereka menjelajah hutan dan hidup di hutan, juga dapat dijadikan teman gerilya bagi para tentara yang belum pernah masuk hutan Kalimantan. Saya rasa biaya untuk mengembangkan sumber daya penduduk perbatasan lebih murah dari harga sebuah rudal dengan efek berkali lipat dari sepucuk rudal.