Pages

Sunday, 26 October 2014

Menanti bangkitnya Skudron 41 dan 42 TNI AU


Gambar(TU-16 Badger, mantan penghuni utama skuadron 41)
Di masa kejayaan TNI AU, skuadron 41 dan 42 adalah sarangnya para mbaurekso udara, monster-monster angkasa yang ditakui diseluruh langit Asia tenggara. Rumah bagi skuadron pesawat pembom strategis, TU-16 Badger yang dimasa itu didatangkan demi meningkat taring dalam pergelaran Operasi Trikora membebaskan Irian Barat dari kekuasaan Kerajaan Belanda. Seiring gonjang ganjing politik yang menyelebunginya, nasib dari para pembom Strategis ini berakhir tragis, umur tugasnya yang masih seusia jagung dipaksa dimatikan pada awal tahun 1970-an. Praktis setelah peristiwa muram ini, Angkatan Udara tak lagi memiliki monster udara yang sangat dibanggakan, kebijakan pemerintahan orde baru tak lagi memprioritaskan Angkatan Udara sebagai matra yang agresif dan ditakuti kawasan. Kini, dengan bergejolaknya perkembangan, situasi, konsi pertahanan dan keamanan di kawasan terkait semakin panasnya drama perlombaan senjata, gesekan perbatasan dan pelanggaran kedaulatan seperti membuka mata batin yang memaksa para petinggi Hankam Republik ini memikirkan kembali kenangan masa lampau ketika langit nusantara masih dijaga oleh sang monster udara.
Hingga sekara ini, praktis hanya Rusia dan Amerika Serikat yang menjadi produsen unggulan Alutsista pesawat bomber Strategis. Dengan adanya konsep pesawat multirole dan rudal berteknologi canggih, bomber strategis menjadi semacam lini kedua dalam meraih superioritas pertempuran udara. Meski demikian, bomber strategis memiliki semacam fitur, aura yang tak dapat dimiliki oleh jenis pesawat tempur lain, yakni memberikan efek deterrence bagi Negara pemiliknya. Kehadirannya dapat memainkan peran psikologis bagi lawannya, meminimalisir ancaman udara lawan, dan sebagai penggertak bagi siapa pun yang mencoba mengganggu kedaulatan Negara. Konsep keunggulan bomber strategis seperti inilah yang sangat diharapkan republic ini dalam ancaman dan gangguan laten antara lain; ulah nakal tetangga Utara dan Selatan , Gejolak konflik Laut China Selatan yang belum stabil, serta yang paling berbahaya, pangkalan militer AS yang membentuk cincin mengepung wilayah nusantara. “Bisikan ghaib” bahwa Kemhan dalam hal ini TNI AU memiliki niatan kuat untuk menerbangkan kembali skuadron bomber strategis merupakan salah satu upaya antidote dan preventif menghadapi segala kemungkinan ancaman diatas.
GambarGambar(si Cocor bebek dan TU22M, calon utama penghuni skuadron bomber TNI AU)
Apabila Kemhan dan TNI AU benar-benar memasukan pesawat bomber strategis dalam daftar belanjanya mendatang, maka pilihan yang paling “menguntungkan” adalah produk beruang merah yakni Bomber TU22M dan SU-34 Fullback. The Tupolev TU-22M3 (NATO : Backfire) adalah salah satu tulang punggung armada bomber AU Rusia saat ini, versi terbaru dari varian TU-22. Dikembangkan pada decade 1970-an , Bomber ini sudah kenyang uji Battle Proven pada medan Afghanistan, Chechnya dan Georgia. Sedang Sukhoi SU-34 /Su-32 (NATO: Fullback) adalah Bomber paling gress dalam jajaran AU Rusia, Dijuluki si cocor bebek, karena moncong hidungnya mirip dengan binatang bebek atau platypus. Sosoknya merupakan kombinasi antara Flanker dan Bomber, membuatnya memiliki kekuatan ganda dari dua jenis Jet tempur ini.
Last, Bomber strategis sejak awal diciptakannya bukan lah sebagai penentu kemenangan udara tapi lebih sebagi arsenal penggentar langit. Sosoknya yang besar, daya jelajahnya yang jauh, dan kapasitas angkutnya yang dikhawatirkan adalah alas an utama bagi Negara sebesar, seluas, sekaya, secantik Indonesia untuk tidak memiliki alasan untuk tak memilikinya. Keamanan dan integritas kedaulatan adalah harga mati, semahal apapun biaya untuk mewujudkannya bukan sebagai penghalang yang mengmbat. Membangkitkan kembali Armada bomber TNI AU adalah salah satu langkah meraih kembali kejayaan matra udara Indonesia di kawasan. So, mengoperasionalkan kembali Pesawat-pesawat bomber strategis bukanlah mimpi di siang bolong, Langit nusantara wajib dijaga oleh para raksasa udara yang disegani. Berharap pula tawaran penjualan 1 Skuadron Backfire dan Fullback oleh Rusia beberepa waktu lampau segera disambut dan realisasikan secepatnya.