Jakarta - Rencana kunjungan Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier ke Indonesia menimbulkan pertanyaan. Apakah pemerintah akan membeli produk militer berupa Tank Leopard dari Berlin lagi?
Duta Besar Jerman untuk Indonesia Georg Witschel menjawab pertanyaan itu dengan tegas. "Soal itu, tidak masuk dalam agenda nanti," kata Witschel saat memberikan keterangan pers di kantornya, Kamis, 30 Oktober 2014.
Witschel menambahkan bahwa pembelian tank dan sejenisnya, bukan interaksi dagang antara pemerintah Jerman dan Indonesia. "Itu adalah interaksi dagang antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan di Jerman."
Akan tetapi, Witschel menyebut Jerman siap memfasilitasi pemerintah Indonesia untuk interaksi dagang dengan perusahaan di negeri yang dipimpin oleh Angela Merkel ini jika diminta.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah menuai kritik karena membeli Tank Leopard dari Jerman. Pembelian itu dilakukan Kementerian Pertahanan dari perusahaan swasta Jerman bernama Rheinmettal.
Nilai kontrak pembelian tank berat itu dinilai cukup fantastis, yakni kurang lebih US$ 280 juta (sekitar Rp 3,4 triliun). Pembelian tank, yang per unitnya seberat 63 ton, ini juga sudah dilengkapi dengan kesepakatan transfer teknologi yang diteken November 2012.
Sebagian kalangan menilai pembelian tank Leopard ini hanya menghamburkan duit negara karena dianggap tidak sesuai dengan medan di Indonesia. Isu ini juga muncul pada saat debat calon presiden pada 22 Juni 2014 lalu seperti diungkap Joko Widodo, yang saat itu salah satu kandidat calon presiden.
Saat itu, Jokowi menyatakan main-battle tank jenis Leopard bisa merusak jalan dan jembatan lantaran bobotnya yang sangat berat mencapai 62 ton. Jokowi menilai Leopard tak cocok digunakan di Indonesia.
Kementerian Pertahanan telah menguji coba tank ini di sejumlah jalan di pulau Jawa. Dan menurut pejabat kementerian, tank ini bisa digunakan.
Dubes: Penjualan Senjata Bukan Agenda Menlu Jerman ke Jakarta
Perang Dingin (Coldwarstuff.com)
Jakarta - Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier dijadwalkan akan menyambangi Indonesia pada 2 - 3 November 2014. Dalam kunjungan ini, diperkirakan Jerman akan merundingkan kemungkinan penjualan senjata ke Indonesia.
Namun, isu tersebut dibantah Duta Besar Jerman untuk Indonesia Georg Wistchel. Menurut dia, di Jakarta nantinya Steinmeier hanya membahas perdagangan, investasi dan pengembangan, pendidikan dan kebudayaan, sains dan teknologi, lingkungan, perubahan iklim, kehutanan dan energi yang terbarukan.
"Kami bukan penjual senjata yang bisa menawarkan senjata dengan mudah," sebut Wistchel di Jakarta, Kamis (30/10/2014).
Wistchel menjelaskan, pemerintahnya hanya mau menjual senjata bila ada pemesanan dari Pemerintah Indonesia, kepada perusahaan pemproduksi senjata di negaranya. Bukan dilakukan antar pemerintah.
"Kita pahami isu pembelian senjata persoalan sensitif dan akan dikritik karena menyangkut isu penegakkan hak asasi manusia (HAM). Namun, Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pembelian peralatan militer apa pun, tentu diputuskan bersama," tambah dia.
Walau begitu, ditegaskan Wistchel, sekali lagi izin membeli senjata kepada Jerman tidak akan dikeluarkan dengan gampang. Negeri Panser tersebut masih harus melihat kondisi keamanan Tanah Air, sebelum mengeluarkan izin tersebut.
Isu penjualan senjata pertama kali dikeluarkan kantor berita Jerman DW dalam artikelnya pada 8 Mei 2013. Diberitakan, Perusahaan senjata Rheinmetall memperoleh izin untuk mengekspor 104 tank jenis Leopard 2 ke Indonesia.
Persetujuan itu juga meliputi 10 tank tempur lain, antara lain tank untuk pegunungan, dan 50 kendaraan lapis baja jenis Marder 1A2.
Hadiri Car Free Day
Yang ada dalam pikiran setiap orang jika ada pejabat tinggi luar negeri yang berkunjung ke Tanah Air, pasti akan dipadat agenda resmi. Namun, anggapan itu segera dipatahkan Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeir. Pria berusia 58 tahun tersebut siap menghadiri Car Free Day (CFD).
"Menlu (Steinmeir) akan ikut dalam kegiatan Car Free Day pada Minggu (2 November) pagi," sebut Wistchel.
Dijadwalkan, Steinmeir akan berjalan-jalan di sekitaran Bundaran Hotel Indonesia (HI). "Mungkin akan berinteraksi dengan warga yang sedang melakukan kegiatan di area Bundaran HI."
"Ini adalah sebuah bentuk baru dari kunjugan kenegaraan Menlu pada umumnya," sambung Witschel.
Walau ada acara tak resmi, Steinmeir tetap melakukan beberapa pertemuan resmi. Di antaranya adalah pertemuan dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Menlu Retno Marsudi.