Pages

Monday, 27 October 2014

Finally! TNI AL Resmi Pesan 4 Unit KCR Klewang Class


63m_fast_1
Bagi sebagian besar orang Indonesia, melihat terbakar habisnya KRI Klewang 625 pada awal Oktober 2012 menyisakan rasa sedih yang mendalam. Tentu rasa sedih itu beralasan, selain produk buatan Dalam Negeri, KRI Klewang bisa dibilang masterpiece inovasi alutsista untuk matra laut di Indonesia. Belum pernah sebelumnya di Indonesia dibuat KCR (kapal cepat rudal) dengan model trimaran (lunas tiga), bahkan TNI AL pun seumur-umur belum pernah punya kapal cepat dengan kemampuan stealth seperti ini.

Setelah hangusnya KRI Klewang di pantai Banyuwangi – Jawa Timur, lantas publik bertanya-tanya, apakah pengembangan Klewang Class akan dilanjutkan, lantas bagiamana tanggapan pihak user, dalam hal ini Kementerian Pertahanan, akankan melanjutkan pesanan setelah adanya musibah kebakaran? Beberapa dugaan bermunculan, seperti rumor penyebab terbakar karena hubungan arus pendek dan rangan bangun. Investigasi pun dilakukan secara menyeluruh, meski hasil investigasi resmi tidak dipublikasikan, tapi ada kabar yang sangat baik. Menjelang HUT RI ke-69 ini, pihak TNI AL telah mengkonfirmasi bahwa akan mengadopsi 4 unit Klewang Class.
63m_fast_2
Tampilan buritan KRI Klewang
Tampilan buritan KRI Klewang

Dikutip Indomiliter dari Janes.com (14/8/2014), KSAL Laksamana Marsetio telah mengkonfirmasi pengadaan 4 unit KCR Klewang buatan PT. Lundin Industry Invest (North Sea Boats). Indomiliter pun di artikel terdahulu sudah mengupas tuntas profil KRI Klewang 625. Tapi dari kutipan di Janes.com, nampak ada sentuhan baru untuk 4 unit Klewang Class yang akan digunakan TNI AL. Kapal patroli yang tak kasat radar ini, disebutkan akan menggunakan teknologi lambung kapal buatan Saab. Saab tak lain manufaktur persenjataan asal Swedia yang namanya sangat kampiun. Nantinya lambung Klewang bakal menggunakan bahan nanokomposit. Bahan nanokomposit ini dipercaya lebih kuat dan punya daya stealth tinggi jika dibanding material lambung sebelumnya yang menggunakan serat karnon (carbon fiber).
Peter Carlqvist, head of Saab Indonesia, menyebutkan bahwa pihaknya telah mendapat kontrak untuk menggarap satu unit kapal ini. Dengan asupan teknologi sistem kapal dari Swedia, Klewang Class nyatanya juga mendapat polesan baru dari sisi persenjataan. Bila di versi yang terbakar dahulu, kapal disiapkan untuk membawa delapan peluncur rudal anti kapal C-705 buatan Cina. Maka di Klewang mendatang rudal anti kapalnya bakal menggunakan RBS-15 MK3 dengan empat peluncur. Rudal dengan pemandu active radar homing ini sanggup menjangkau sasaran sejauh 200 km dengan kecepatan sub sonic. Rudal buatan Saab Bofors Dynamic ini dibekali GPS (global positioning system) untuk akurasi sasaran dan mampu melesat secara sea skimming.
Rudal anti kapal RBS-15 MK3
Rudal anti kapal RBS-15 MK3
Korvet AL Swedia Vibby Class yang juga dibekali rudal RBS-15 MK3
Korvet AL Swedia Visby Class yang juga dibekali rudal RBS-15 MK3
Penempatan rudal RBS-15 di Visby Class
Penempatan rudal RBS-15 di Visby Class

Urusan sensor dan radar pun dipasrahkan ke teknologi Swedia, untuk radar intai dipercayakan pada Sea Giraffe 1X 3D compact radar. Kemudian untuk teknologi senjata, radar, dan sensor dipadukan dalam CMS (combat management system) yang mengadopsi Saab 9LV MK4. Sementara kendali penembakan dipercayakan pada CEROS 200 air defence fire control.
Menyandang kodrat sebagai kapal patroli berkemampuan stealth, maka rancang bangun yang minimalis juga berpengaruh pada pilihan senjata. Berbeda dengan kapal perang TNI AL yang konvensional, maka pada Klewang dudukan peluncur rudal terlindung di dalam body kapal. Untuk senjata utama di haluan, pun juga harus diberi kesan stealth, nantinya Klewang Class akan dipasangi meriam Bofors 40 MK4 buatan BAE Systems. Bofors 40 (kaliber 40 mm) bukan barang baru di lingkungan TNI AL dan Arhanud TNI AD. Tapi untuk Klewang, Bofors 40 MK4 tampil menggunakan kubah model stealth. Beda dengan Bofors 40 yang ada di FPB-57, Bofors 40 di Klewang dioperasikan secara remote dengan dipandu radar. Soal reaksi lumayan menggetarkan, meriam ini sanggup melontarkan 300 proyektil per menit (dengan tipe amunisi sama), sementara dengan penggantian tipe amunisi, 100 proyektil dapat diumbar per menit.
Bofors 40 MK4
Bofors 40 MK4

Dengan modal stealth, Klewang Class bakal mengemban misi strategis di masa mendatang. Klewang pun tak lupa dibekali perangkat perang elektronik, baik ESM (electronic support measure) dan ECM (electronic counter measure). Digadang sebagai kapal patroli di lautan dangkal, perangkat elektronik yang disiapkan mampu memindai dan mengidentifikasi posisi dari sinyal radio yang dipancarkan telepon selular (ponsel). Tentunya kemampuan ini sangat berarti dalam menunjang misi-misi anti pembajakan dan illegal fishing. Dengan segala kemampuan teknologi dan sistem senjatanya, nampak Klewang Class bakal memberi efek getar serius di kawasan Asia Tenggara. Satu yang kurang, kapal ini sayangnya belum disiapkan untuk menghadapi peperangan bawah laut, ASW (anti submarine warfare), terlihat dengan tidak adanya bekal torpedo dan roket anti kapal selam. Jika tak ada aral melintang, Klewang Class pertama akan rampung dan diserahkan ke TNI AL pada tahun 2016 mendatang. (Haryo Adjie)

Indomiliter