Pages

Friday, 7 February 2014

Baku tembak di Poso memakan korban lagi


http://makassar.tribunnews.com/foto/bank/images/polisi-korban-Poso.jpg
Korban Poso (Tribunnews)
Palu : Satu regu Brimob Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah melakukan patroli rutin di Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Kamis, sekitar pukul 10.00 WITA.

Mereka melakukan patroli di wilayah perkebunan yang berada di perbukitan dengan lokasi terjal dan harus dilalui dengan jalan kaki.

Pada sekitar pukul 10.30 WITA, regu brimob berseragam cokelat itu dikejutkan oleh serangan tembakan yang dilakukan oleh sejumlah orang sipil bersenjata dari balik semak-semak dan rumah gubuk. Putu Satria jatuh tersungkur.

Prajurit brimob berpangkat Bhayangkara Dua (Bharada) itu tertembus peluru di bagian tubuh yang mematikan. Beberapa rekannya menolong, sementara lainnya membalas tembakan ke arah suara letusan lawan.

Putu Satria diangkat rekannya untuk segera mendapat pertolongan pertama. Saat itu kondisi Putu Satria kritis. Tuhan berkendak lain, nyawa Putu Satria tak tertolong saat dievakuasi untuk dibawa ke rumah sakit. Baju seragam Putu memerah kehitaman karena menyerap banyak darah dari tubuhnya.

Beberapa anggota brimob lainnya menyerang dan mengejar kawanan bersenjata, dan terlibat aksi saling tembak di perkebunan.

Seorang anggota kawanan sipil bersenjata tewas ditembak aparat, dan seorang pria berinisial F tertembak di bagian kaki dan segera diamankan. Pengejaran terus dilakukan.

Kepala Polres Poso AKBP Susnadi juga berada di sekitar lokasi penembakan untuk memberikan arahan kepada prajuritnya.

Dalam pengejaran pelaku penembakan yang berlangsung di kaki bukit Padanglembara itu, polisi menemukan senjata api dan beberapa bom rakitan terbungkus pipa yang biasa dikenal dengan istilah bom lontong.

Barang-barang berbahaya itu adalah milik kawanan diduga teroris yang digunakan untuk menyerang patroli polisi.

Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah Brigjen Pol Ari Dono Sukmanto menduga kuat komplotan sipil bersenjata itu adalah anak buah Santoso yang merupakan buronan paling dicari saat ini.

Saat ini ada 21 buronan kasus kekerasan Poso yang besembunyi di hutan.

Pada akhir Desember 2013, Densus 88 Antiteror menangkap terduga teroris berinisial AM di Kabupaten Poso. AM diduga adalah panglima teroris yang mengendalikan pergerakan di wilayah Kota Poso. AM adalah lelaki yang berada di sebelah kanan Santoso seperti pada tayangan yang terlihat di "Youtube" beberapa waktu lalu. Bisa jadi, Santoso dendam karena anggota andalannya diringkus polisi.

Meski telah terjadi aksi baku tembak, Ari Dono menyatakan saat ini belum ada rencana penambahan aparat di Kabupaten Poso menyusul insiden kontak senjata mematikan itu. "Jumlah pasukan di sana masih cukup," kata Ari Dono saat ditemui wartawan di Mapolda Sulawesi Tengah di Kota Palu.

Saat ini aparat Brimob Polda Sulawesi Tengah dan aparat Polres Poso masih mengejar para kelompok sipil bersenjata itu yang lari di wilayah hutan pegunungan di perbatasan Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong.

Medan Sulit

Sebelumnya, Kepala Polres Poso AKBP Susnadi mengatakan aparat keamanan kesulitan menangkap gerombolan sipil bersenjata yang bersembunyi di pegunungan yang membentang hingga ke daerah Sulawesi Selatan.

Banyak warga sipil menyangka aparat bisa dengan mudah menyergap kawanan diduga teroris yang bersembunyi di hutan karena lokasi pelatihannya sudah diketahui.

"Tidak semudah itu, pegunungannya berkelak-kelok dengan medan yang belum dikenali," katanya.

Jika dilihat dari udara, kawasan pegunungan itu terdapat banyak jalan setapak yang mungkin telah dihafal oleh kelompok sipil bersenjata.

Beberapa waktu lalu, aparat gabungan mencari teroris di Gunung Biru. Petugas tidak menemukan teroris namun menemukan ribuan peluru dan sejumlah bahan pembuat bom.

Di kawasan hutan tersebut juga ditemukan jebakan berupa lubang sedalam dua meter yang di bawahnya ditanam belasan kayu runcing menghadap ke atas.

"Sementara kita mencari dengan penuh hati-hati, para teroris sudah lari jauh," kata Susnadi.

Polisi tewas di Kabupaten Poso tidak hanya terjadi pada awal Februari 2014.

Pada 20 Desember 2012, empat dari sembilan prajurit tewas diberondong kelompok sipil bersenjata saat berpatroli di antara Desa Tambarana dan Desa Kalora, Kabupaten Poso.

Keempat korban tewas itu adalah Briptu Ruslan, Briptu Winarto, Briptu Eko Wijaya Sumarno serta Briptu I Wayan Putu Aryawan.

Sebagian besar korban terkena tembakan di daerah vital, yakni kepala, dada dan perut.

Sementara itu lima dari sembilan anggota Brimob yang selamat saat terjadi baku tembak juga mengalami luka serius di tubuhnya.

Sebelumnya pada 16 Oktober 2012 ditemukan jasad dua anggota Polres Poso bernama Brigadir Sudirman dan Briptu Andi Sapa di Dusun Tamanjeka. Mereka dibunuh oleh kelompok teroris karena ketahuan akan menyelidiki lokasi latihan bertempur Santoso dan kawan-kawan.

Kedua polisi itu dikubur dalam satu lobang sedalam kurang dari satu meter. Keduanya tewas mengenaskan dengan mengalami luka sayatan benda tajam di leher dan di beberapa bagian tubuhnya.

Pada awal Juni 2013, Markas Polres Poso juga diguncang bom bunuh diri yang menewaskan pelakunya sendiri dan tidak melukai polisi.

Sampai kapan teror kepada polisi akan terjadi? Kapan kelompok radikal di Kabupaten Poso dapat ditumpas? Pertanyaan tersebut hingga saat ini belum bisa terjawab.

Menurut Kapolres Susnadi, persoalan kesejahteraan ekonomi jika bisa dibenahi bisa menekan ancaman gerakan radikalisme secara perlahan.

Polisi juga gencar merangkul masyarakat dan kalangan pelajar untuk mencegah paham-paham sesat dan menyesatkan.(R026/Z002)