Pages

Monday, 3 February 2014

Membebaskan Tjakrabirawa di Aljazair


Terjadi kudeta di Indonesia, advanced team Resimen Tjakrabirawa ditahan pemerintahan baru Aljazair.


Maulwi Saelan (tengah) dan biografinya, "Penjaga Terakhir Soekarno." Ben Bella (atas), Presiden Aljazair yang dikudeta oleh Kolonel Houari Boumediene.

KONFERENSI Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan pada 18-24 April 1955 di Bandung Jawa Barat, menjadi pendorong yang kuat bagi kemerdekaan negara-negara Asia dan Afrika. Setelah berjuang sejak 1954, Front Pembebasan Nasional (FLN) Aljazair dapat merebut kemerdekaannya dari Prancis pada 5 Juli 1962. Ahmed Ben Bella diangkat menjadi Presiden Aljazair pada 1963.

Peringatan dasawarsa KAA di Jakarta pada April 1965 diputuskan Aljir ibukota Aljazair sebagai tuan rumah KAA II, yang rencananya akan digelar pada 25 Juni 1965. Setelah berkoordinasi dengan badan keamanan Aljazair, dikirim satu kompi advanced team berjumlah 200 personel Tjakrabirawa, resimen pengawal Presiden Sukarno. Tim ini datang dengan berpakaian preman dan berperalatan lengkap.

Tidak ada masalah ketika tim Tjakrabirawa tiba di sana, sampai munculnya kudeta terhadap pemerintahan Aljazair. Presiden Ben Bella mangkir, kekuasaannya direbut Kolonel Houari Boumediene dari faksi militer pada 19 Juni 1965.

Menurut Maulwi Saelan, mantan wakil komandan Tjakrabirawa dalam biografinya yang baru terbit, Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Soekarno (Penerbit Buku Kompas, 2014), berita kudeta ini membuat bimbang Sukarno dan rombongannya yang sudah berangkat dari Indonesia dan singgah di Pakistan untuk mengisi bahan bakar. Sukarno belum tahu apakah akan tetap datang ke Aljazair. Namun, Kolonel Boumedienne tetap ingin menyelenggarakan KAA, dan menganggap kehadiran Sukarno sebagai hal yang istimewa karena dialah inisiator KAA. Sukarno memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Aljazair. Sampai munculah ledakan di gedung konferensi yang baru selesai diinspeksi Tjakrabirawa. Mereka pun terkena imbasnya.

“Setelah tiba di Aljazair,” kata Maulwi, “advanced team mempersiapkan diri, membuat rencana kerja, dan lain-lain dibantu angkatan bersenjata setempat.”

Menurut Tan Sing Hein, dokter pribadi Sukarno yang tergabung dalam advanced team, “baru lima menit setelah kami selesai menginspeksi gedung di mana konferensi itu akan berlangsung, tiba-tiba terdengar sebuah ledakan dari gedung tersebut,” ujarnya dalam Memoirs of Indonesian Doctors and Proffesionals 2 yang disunting oleh Tjien Oei. “Konferensi yang sudah diwanti-wanti itu pun tidak pernah terjadi.”

Belakangan, diduga dalang pengeboman itu adalah Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA), yang tidak ingin konferensi itu terlaksana. Kehadiran Guy Pauker, tokoh CIA di Aljazair pada saat itu dan gelagatnya saat mengunjungi Ny. Supeni, delegasi Indonesia, semakin memperkuat tudingan itu.

Sukarno bersama Presiden Mesir Gamal Abul Nasser, Perdana Menteri RRT Chou En Lai, dan Presiden Pakistan Ayub Khan, sepakat KAA II akan tetap dilaksanakan tetapi pelaksanaannya ditunda sampai awal November 1965.

Sementara itu, pemerintahan baru Aljazair mendapat kabar bahwa di Jakarta terjadi kudeta terhadap pemerintahan Sukarno oleh Resimen Tjakrabirawa yang terlebih dahulu tiba di Aljazair. Karena itu, advanced team Tjakrabirawa ditahan di kamp, sedangkan empat anggota Detasemen Kawal Pribadi Tjakrabirawa ditahan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Aljazair. Hampir satu bulan mereka ditahan sampai Kolonel CPM Maulwi Saelan datang dan berunding untuk membebaskan mereka.

“Satu bulan kemudian saya berangkat ke Aljazair melalui Paris, karena belum ada hubungan penerbangan langsung dari Indonesia ke Aljazair, untuk berunding dengan bagian keamanan Aljazair untuk memulangkan Tjakrabirawa ke Indonesia,” kata Maulwi. Akhirnya, semua personel advanced team Tjakrabirawa dibebaskan dan diantar sampai Paris oleh polisi Aljazair. Semua senjata dan barang-barang milik advanced team dikembalikan.

Historia