Pages

Wednesday, 26 February 2014

Wakil PM Rusia: Kerjasama Teknik Militer dengan RI Isu Sensitif

Hasilnya tidak selalu diungkap ke masyarakat.

Tank BMP-3F buatan Rusia
Tank BMP-3F buatan Rusia (alutsista.blogspot.com)
Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry O. Rogozin, enggan membeberkan hasil pertemuannya dengan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, yang berlangsung Selasa siang tadi.

Dia mengatakan pembahasan kerjasama di bidang teknik militer merupakan isu yang sensitif dan hasilnya tidak selalu diungkap ke masyarakat. 

Demikian ungkapan Rogozin yang ditemui pada Selasa, 25 Februari 2014 di Hotel Ritz Carlton. Tetapi dia mengakui hubungan militer kedua negara telah berlangsung cukup lama. 

Dalam kesempatan itu Rogozin mengatakan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) militer yang digunakan tentara Rusia tergolong canggih.

"Alutsista tersebut bahkan jauh lebih unggul dari Alutsista yang diproduksi negara-negara barat," ungkap Rogozin. 

Namun, dia melihat ada prospek yang cerah dalam tawaran tekno militer dengan RI, khususnya teknologi yang bisa digunakan untuk kepentingan sipil dan militer. 

"Contohnya, kami bisa mengembangkan kerjasama di bidang pengalihan teknologi yang bersangkutan dengan mikro elektronik. Pemanfaatan awak-awak, tanpa awak, dan perawatan tanpa awak yang bisa dimanfaatkan di bawah permukaan laut," papar Rogozin. 

Terakhir Alutsista Rusia yang diimpor  RI yakni 37 kendaraan tank infanteri amfibi tipe BMP-3F untuk marinir. Ke-37 unit tank itu telah disepakati pembeliannya pada Mei 2012 lalu. Total harga kesepakatan pembelian tank tersebut mencapai US$100 juta atau Rp1,1 triliun. 

Menurut Duta Besar Rusia untuk RI, Mikhail Y. Galuzin dalam konferensi pers hari Diplomatik Rusia pada 10 Februari kemarin, ke-37 tank infanteri amfibi itu telah dikirim untuk ditempatkan di Jawa Timur pada bulan Januari kemarin. 

Dalam situsnya, Kemhan menulis pengadaan kali ini adalah pengadaan lanjutan. Sebelumnya Kemhan RI sudah melakukan pengadaan serupa pada tahun 2008 sebanyak 17 unit. 

Selain di bidang militer, Rogozin turut membuka kemungkinan untuk menjalin kerjasama di bidang dirgantara, penerapan dan pemanfaatan sistem navigasi. 

"Rusia siap mendirikan pusat pelayanan pesawat terbang bersama. Kami juga siap bekerja sama dengan perusahaan penerbangan RI dan siap terlibat dalam pembuatan suku cadang, antara lain untuk proyek pemantauan zona ekonomi ekslusif," kata Rogozin.

viva.co.id