Hasilnya tidak selalu diungkap ke masyarakat.
(alutsista.blogspot.com)
Dia mengatakan pembahasan kerjasama di bidang teknik militer
merupakan isu yang sensitif dan hasilnya tidak selalu diungkap ke
masyarakat.
Demikian ungkapan Rogozin yang ditemui pada Selasa, 25 Februari
2014 di Hotel Ritz Carlton. Tetapi dia mengakui hubungan militer kedua
negara telah berlangsung cukup lama.
Dalam kesempatan itu Rogozin mengatakan alat utama sistem
persenjataan (Alutsista) militer yang digunakan tentara Rusia tergolong
canggih.
"Alutsista tersebut bahkan jauh lebih unggul dari Alutsista yang diproduksi negara-negara barat," ungkap Rogozin.
Namun, dia melihat ada prospek yang cerah dalam tawaran tekno
militer dengan RI, khususnya teknologi yang bisa digunakan untuk
kepentingan sipil dan militer.
"Contohnya, kami bisa mengembangkan kerjasama di bidang pengalihan
teknologi yang bersangkutan dengan mikro elektronik. Pemanfaatan
awak-awak, tanpa awak, dan perawatan tanpa awak yang bisa dimanfaatkan
di bawah permukaan laut," papar Rogozin.
Terakhir Alutsista Rusia yang diimpor RI yakni 37 kendaraan tank
infanteri amfibi tipe BMP-3F untuk marinir. Ke-37 unit tank itu telah
disepakati pembeliannya pada Mei 2012 lalu. Total harga kesepakatan
pembelian tank tersebut mencapai US$100 juta atau Rp1,1 triliun.
Menurut Duta Besar Rusia untuk RI, Mikhail Y. Galuzin dalam
konferensi pers hari Diplomatik Rusia pada 10 Februari kemarin, ke-37
tank infanteri amfibi itu telah dikirim untuk ditempatkan di Jawa Timur
pada bulan Januari kemarin.
Dalam situsnya, Kemhan menulis pengadaan kali ini adalah pengadaan
lanjutan. Sebelumnya Kemhan RI sudah melakukan pengadaan serupa pada
tahun 2008 sebanyak 17 unit.
Selain di bidang militer, Rogozin turut membuka kemungkinan untuk
menjalin kerjasama di bidang dirgantara, penerapan dan pemanfaatan
sistem navigasi.
viva.co.id