Salah satu indikator Indonesia memiliki militer yang baik, kata dia, adalah dari peralatan tempurnya. Blake mengatakan Indonesia merupakan satu dari 11 negara yang memiliki helikopter Apache. Menurut dia, Amerika Serikat sebagai produsen tidak akan begitu saja menjual helikopter tempur andalannya tersebut.
Blake menargetkan belanja TNI kepada perusahaan AS bisa terus berkembang. Tahun lalu, dia menyebut belanja peralatan dan perlengkapan tempur pemerintah ke perusahan asal Negeri Abang Sam itu mencapai US$ 250 juta atau sekitar Rp 3 triliun. "Itu belum termasuk pembelian helikopter Apache," kata dia.
Karena itu, dia mengatakan negaranya akan terus mempererat kerja sama di bidang militer dengan pemerintah Indonesia. AS juga menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu mitra penting bagi militer AS. "Dalam hal pelatihan juga Indonesia mitra latihan terbesar bagi kami," kata Blake.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor militer AS mulai mempertimbangkan kerja sama dengan perusahaan Indonesia. Hal itu juga merupakan respons dari penyataan pemerintah Indonesia bahwa modernisasi alat utama sistem pertahanan akan terus dilakukan. "Kami punya teknologi terbaik, dan perusahaan AS sangat tertarik dengan peluang tersebut," kata Blake.
Blake mengatakan perusahaan AS siap membantu perusahaan lokal untuk mengembangkan alutsista. Salah satu caranya adalah dengan menambah kandungan lokal dalam setiap produk militer canggih tersebut.
Pemerintah AS, disebut Blake, tidak akan menjatuhi embargo militer kepada TNI. Hal itu karena AS sudah memandang bahwa Indonesia merupakan kekuatan baru dalam peta perpolitikan secara global. Pengaruh Indonesia juga diakui AS semakin kuat dan terus berkembang setiap tahunnya. "Jadi kami tidak melihat adanya kemungkinan embargo tersebut," ujarnya. (TEMPO.CO)