Presiden PTDI, Budi Santoso, Kamis 6 November 2014, menjelaskan bahwa helikopter bermesin ganda dengan bobot 11 ton tersebut akan dikirim kepada TNI Angkatan Udara pada pertengahan tahun 2015 setelah PTDI menyelesaikan pemasangan serta penyesuaian peralatan penunjang misi di pabriknya di Bandung, Jawa Barat.
“Kami sangat gembira menyambut kedatangan EC725 pertama dari Airbus Helicopters ini, yang memungkinkan kami merampungkannya dalam versi CSAR, untuk kemudian diserahkan kepada Angkatan Udara Indonesia,” ujar Budi dalam keterangan tertulis yang disampaikan kepada VIVAnews. Ia menambahkan, PTDI akan terus bekerja sama dengan Airbus Helicopters untuk memastikan bahwa sisa unit lainnya terkirim tepat waktu. Terutama mengingat kemungkinan adanya pesanan tambahan dari TNI AU berupa 10 unit EC725 guna melengkapi skuadronnya menjadi 16 helikopter.
Head of Region Airbus Helicopters untuk Asia Tenggara dan Pasifik, Philippe Monteux, menjelaskan bahwa saat digunakan oleh TNI AU, armada EC725 akan meningkatkan kemampuan layanan militer CSAR secara signifikan, berkat kinerja dan daya tahan yang sudah terbukti dari anggota terbaru Airbus Helicopters dalam keluarga helikopter Super Puma ini. Integrasi dan penyelesaian peralatan misi untuk ke-enam EC725 ini akan menandai langkah baru kerja sama yang erat antara Airbus Helicopters dengan PTDI, yang mencakup kesepakatan industri strategis dan peran perusahaan Indonesia tersebut dalam rantai pasok global Airbus Helicopters.
Kerjasama dengan PT DI TNI AU telah sejak lama mengoperasikan rotorcraft AS332 Super Puma dan SA330 Puma, dengan lisensi produksi PTDI sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Kemitraan antara PTDI dan Airbus Helicopters terus bertumbuh, sehingga PTDI menjadi pemasok utama tail boom dan rangka badan pesawat untuk EC225 dan EC725 sejak tahun 2008. “Kerjasama Airbus Helicopters dengan PT Dirgantara Indonesia patut dicontoh. Pengiriman pertama rotorcraft EC725, dengan bagian-bagian penting yang pertama kali dibangun oleh PTDI, menekankan kemitraan kami yang terus berkembang, untuk memenuhi kebutuhan helikopter di Indonesia dan berkontribusi bagi kemajuan sektor kedirgantaraan,” kata Monteux. EC725 mulai beroperasi pada tahun 2005 dan telah menjadi pilihan pasukan militer Prancis, Brasil, Meksiko, Malaysia, Indonesia dan Thailand.
Keandalan dan kemampuannya telah terbukti di wilayah krisis yang mencakup Lebanon, Afghanistan dan Mali, sekaligus mendukung peran Prancis selama operasi yang dipimpin oleh NATO di Libya. Misi yang dilakukan oleh EC725 mencakup pencarian dan penyelamatan tempur untuk operasi khusus, transportasi taktis dan evakuasi medis, serta berbagai peran dan fungsi maritim. Airbus Helicopters, sebelumnya bernama Eurocopter, merupakan salah satu divisi Airbus Group, pelopor global dalam layanan kedirgantaraan dan pertahanan.
Sebagai produsen helikopter terkemuka di dunia, Airbus Helicopters mempekerjakan lebih dari 23.000 orang di seluruh dunia. Dengan pangsa pasar 46 persen di sektor publik dan parapublik (sektor yang sebagian dikuasai negara), terdapat sekitar 12.000 helikopter yang dioperasikan oleh lebih dari 3.000 pelanggan di sekitar 150 negara. Kehadiran Airbus Helicopters di pasar global ditandai dengan pusat layanan pelanggan di 21 negara, dan jaringan pusat layanan, fasilitas pelatihan, distributor dan agen bersertifikat di seluruh dunia. (Vivanews.com).