Pages

Monday, 22 June 2015

Satelit Lapan Diluncurkan Pertengahan 2015

Satelit A2 Lapan yang akan diluncurkan tahun 2014. Tahun 2019 Lapan siap Luncurkan satelit yang jauh lebih modern (photo:Lapan)
Satelit A2 Lapan

Jakarta – Setelah tertunda dua tahun maka rencananya satelit mikro buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bernama Satelit A2 Tubsat akan diluncurkan pada pertengahan 2015.
“Kabar terakhir dari India rencana peluncuran bergeser ke pertengahan 2015,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin di Jakarta, Jumat.

Peluncuran satelit yang telah rampung dibuat sejak 2012 tersebut, menurut Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, tertunda karena India belum juga siap menluncurkan satelitnya.

“Satelit mereka yang menjadi tumpangan A2 (Tubsat) belum rampung juga, ini karena rumit penyelesaiannya mengingat orbitnya ekuator,” ujar dia.

Satelit A2 Tubsat atau yang juga disebut Satelit Lapan-A2 selain memiliki kemampuan memantau permukaan bumi melalui video survailence seperti pendulunya yakni Satelit A1 Tubsat.

Satelit mikro ini juga ditambahkan sensor yang lebih canggih berupa receiver Automatic Identification System (AIS), muatan radio amatir melalui Automatic Posisition Reporting system (APRS), serta kamera video analog dan digital yang lebih baik.

Sensor AIS berfungsi untuk mendeteksi kapal laut yang melewati perairan sekaligus pencurian ikan di perairan Indonesia.

Sedangkan sensor APRS berfungsi menyediakan fasilitas komunikasi untuk bantuan mitigasi bencana melalui komunikasi teks dan suara via radio amatir. Sehingga jika komunikasi mati saat terjadi bencana maka data dari satelit ini memberikan bantuan komunikasi alternatif melalui radio amatir.

Satelit dilengkapi dua kamera video yang dipasang dalam satelit ini mempunyai resolusi tingkat tinggi 6 m dengan jangkuan masing-masing 12 km x 12 km dan 3,5 km x 3,5 km. Satelit berdimensi kubus dengan ukuran 50x47x38 cm dan berat 78 kg ini akan diluncurkan melalui roket PSLV-C23 milik India.

Satelit A2 Tubsat ini akan mengorbit pada ketinggian 650 km dengan pola equatorial yang menyusuri wilayah Indonesia sebanyak 14 kali, sehingga satelit akan lebih optimal memantau wilayah perairan Indonesia. (Republika.co.id)