Densus 88 dan BNPT Diminta Serius
Oleh : Fadly Zikri | Senin, 25 Mei 2015 | 09:41 WIB
Berita Terkait
Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsyi - (Foto: inilahcom)
INILAHCOM,
Jakarta - Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsyi mengaku prihatin
dengan aparat keamanan dan Detasemen Khusus 88 terhadap ancaman teror
dari kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Puron
Wenda dan Enden Wanimbo.
"Menurut berita yang ada mereka secara terbuka telah menebarkan ancaman melancarkan perang terbuka terhadap TNI, Polri dan masyarakat non-Papua. Ini adalah bentuk teror yang nyata dan secara terbuka telah disampaikan ke publik. Hal ini seharusnya ditanggapi secara serius oleh Kepala Densus 88 dan Kepala BNPT," ungkap Aboebakar, Senin (25/5/2015).
Menurut Politikus PKS ini, sikap Densus 88 bertolak belakang ketika menangkap dan memberantas teroris yang mengatasnamakan islam.
"Masyarakat banyak yang menanyakan kepada kita selaku mitra kerja, kenapa Densus 88 hanya diam saja dengan teror yang terang benerang seperti itu. Akhirnya, beberapa kalangan membandingkan persoalan ini dengan penembakan yang dilakukan Densus terhadap Nurdin pada September tahun yang lalu," beber Aboebakar.
"Nurdin ditembak saat shalat Ashar karena diduga sebagai teroris, namun orang-orang ini yang sudah melancarkan ancaman teror secara terbuka hanya diam saja. Akhirnya sebagian orang menyimpulkan bahwa aparat memiliki standar ganda dalam mengkategorisasikan teroris," pungkasnya.
"Menurut berita yang ada mereka secara terbuka telah menebarkan ancaman melancarkan perang terbuka terhadap TNI, Polri dan masyarakat non-Papua. Ini adalah bentuk teror yang nyata dan secara terbuka telah disampaikan ke publik. Hal ini seharusnya ditanggapi secara serius oleh Kepala Densus 88 dan Kepala BNPT," ungkap Aboebakar, Senin (25/5/2015).
Menurut Politikus PKS ini, sikap Densus 88 bertolak belakang ketika menangkap dan memberantas teroris yang mengatasnamakan islam.
"Masyarakat banyak yang menanyakan kepada kita selaku mitra kerja, kenapa Densus 88 hanya diam saja dengan teror yang terang benerang seperti itu. Akhirnya, beberapa kalangan membandingkan persoalan ini dengan penembakan yang dilakukan Densus terhadap Nurdin pada September tahun yang lalu," beber Aboebakar.
"Nurdin ditembak saat shalat Ashar karena diduga sebagai teroris, namun orang-orang ini yang sudah melancarkan ancaman teror secara terbuka hanya diam saja. Akhirnya sebagian orang menyimpulkan bahwa aparat memiliki standar ganda dalam mengkategorisasikan teroris," pungkasnya.
Informasi yang dihimpun detikcom dari sumber kepolisian menyebutkan baku tembak terjadi di wilayah Gayatri, Poso sekitar pukul 19.00 WITA, Minggu (25/5/2015). Petugas menyergap sebuah tempat yang diduga kuat menjadi persembunyian mereka.
Kelompok ini tewas dalam operasi camar Maleo II yang dilakukan tim gabungan Polda Sulteng, Brimob Mabes dan Densus 88 serta Satgas Anti Teror.
"Kontak senjatanya terjadi di sebuah perkebunan," kata seorang perwira kepada detikcom, Minggu (25/5/2015).
Perwira tersebut mengatakan, dari hasil penyisiran sementara, ada dua orang anggota teroris yang tewas dalam baku tembak ini. Namun belum diketahui pasti siapa anggota teroris tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian. Detik