Pages

Friday, 7 November 2014

Komponen pesawat tempur juga harus dibuat di Indonesia


Komponen pesawat tempur juga harus dibuat di Indonesia
JAS 39E Gripen dari SAAB, Swedia, dalam satu penerbangan. Semua sistem peluru kendali dan bom konvensional pun bom cerdas standar NATO bisa dioperasikan dari pilot-pilotnya. Kepada Thailand, SAAB memberi keleluasaan memproduksi komponen dan pengembangan sistem sebagai bagian dari transfer teknologi.
... perakitan akhirnya harus di Indonesia... "
Jakarta - Indonesia mengajukan syarat khusus terhadap setiap pembelian pesawat tempur dari luar negeri, kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso, di Jakarta.

"Kalau mau jual pesawat ke Indonesia jangan cuma menjual unitnya saja, tapi perakitan akhirnya harus di Indonesia," kata dia, Kamis.

Di Asia, adalah India, salah satu negara yang mampu menekan pabrikan sehingga komponen dan perakitannya dilakukan di negara pembeli itu. India membeli 178 unit Dassault Rafale dari Dassault Aviation (Prancis), dengan hanya 28 unit dibangun di Prancis dan sisanya di India.

Namun di balik itu, tradisi manufaktur produk teknologi tinggi dan tradisi kedirgantaraan India sudah berjalan lama secara berkesinambungan dan diakui dunia. India juga memiliki pabrikan-pabrikan pesawat terbang dan komponen pesawat terbang di negaranya.

Menurut Santoso, dengan proses perakitan di Indonesia maka peluang mempelajari teknologi pesawat dapat dilakukan secara baik, sehingga mampu mematangkan kemandirian pertahanan Indonesia. Juga untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan pesawat tempur itu.

"Pokoknya buat pabrik perakitannya di Indonesia, di manapun silahkan. Tidak harus di PT DI," kata Santoso, menjelaskan.

Indonesia tengah menentukan calon pengganti F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14 TNI AU, yang telah hadir sejak dasawarsa '80-an. Sejauh ini, tiga besar calon pengganti telah masuk daftar untuk di-"peras" lagi menjadi hanya satu kandidat.

Ketiga pesawat tempur itu adalah Sukhoi Su-35 Flanker (Rusia/Rosoboronexport), JAS-39 Gripen (SAAB/Swedia), dan F-16 Block 52+ Fighting Falcon (General Dynamics/Amerika Serikat). Sebelumnya, McDonnel-Douglas F-18 Hornet (Amerika Serikat) dan Dassault Rafale (Dassault Aviation/Prancis) juga masuk dalam daftar awal itu.

Belakangan, Eurofighter Typhoon dari konsorsium Eurofighter (Jerman, Italia, Inggris, dan Spanyol), mencoba peruntungan menjadi pengganti F-5E/F Tiger II itu. Tim pemasaran dan teknis didatangkan secara khusus ke Jakarta sebagai bagian Eurofighter dalam kesertaannya di Indo Defence 2014. (ANTARA News)