Menurut pengamat, Indonesia harus menakar kebutuhan akan drone dan mengembangkan sistem penunjangnya.
Menurut pengamat penerbangan Indonesia, Chappy Hakim, Indonesia harus mempersiapkan sistemnya, bukan sekedar membeli unit terbangnya saja.
"Sekilas drone memang terlihat lebih murah, namun di balik itu, sistem yang mendukung sebuah drone jauh lebih mahal daripada satu pesawat biasa, dan perangkat ini tidak bisa bekerja tanpa ada sistem pendukungnya" ujar Chappy, kepada CNN Indonesia, Kamis (30/10).
Chappy mengatakan, Indonesia jangan sekadar ikut-ikutan punya drone tapi harus menakar kebutuhan dan bagaimana mengembangkan sistem perangkat ini.
"Negara-negara maju tersebut sudah lama mengembangkan sistem persenjataannya, tidak hanya drone. Mereka mempunyai suatu tim untuk melakukan Research and Development dalam pengembangan senjata, bagaimana mungkin kita tiba-tiba ikut tanpa tahu dasarnya," lanjut Chappy.
Indonesia sendiri saat ini sedang mengembangkan tiga unit drone yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. Rencananya, tiga unit drone tersebut akan dirilis akhir tahun ini.
Chappy menilai itu sah-sah saja, namun harus jelas bagaimana penempatannya nanti saat digunakan, perbatasan mana yang cocok untuk drone tersebut.
"Kita tahu jika sekarang ada pesawat penjaga dari TNI yang mengawasi perbatasan, jangan sampai nantinya malah tumpang tindih dengan sistem pertahanan lainnya," ujar Chappy.
Saat ini ada sekitar 76 negara yang menggunakan drone sebagai alat pertahanan mereka. Namun menurut Chappy kekuatan drone tidak akan menjadi penentu akhir dari peperangan.
|
Drone sendiri awalnya digunakan oleh Amerika Serikat beberapa tahun lalu, dan sekarang banyak negara yang telah menggunakan drone sebagai sistem persenjataannya seperti Inggris, Israel, Iran dan China.
Jangan Bergantung APBN
Sistem pertahanan Indonesia sendiri sudah menunjukan kemajuan dari sisi kualitas maupun alutsista yang digunakan, namun menurut Chappy hal ini belum cukup untuk mencapai kekuatan maksimal dari sebuah pertahanan negara.
"Bagaimana mungkin kita bisa berperang hanya dengan dukungan dana yang terbatas. APBN mempunyai anggaran pertahanan sendiri dan itu belum cukup. Dalam pembelian senjata misalnya, banyak orang yang masih membandingkan apple-to-apple antara membeli senjata atau mensubsidi kebutuhan masyarakat, harusnya tidak bisa dibandingkan seperti itu," ujarnya.
Dia berpendapat, sistem pertahanan Indonesia harus bisa mandiri dan tidak terlalu bergantung dengan APBN, seperti era Soekarno dahulu saat Indonesia memiliki armada perang yang terkuat di Asia.
"Solusinya, Indonesia harus punya pemimpin kuat dengan visi dan misi yang jelas. Pemimpin harus benar-benar bisa menjadikan pertahanan Indonesia seperti yang kita idamkan selama ini," tegas Chappy.
(den)
CNN