... menghidupkan kembali Skuadron 100 yang sempat dimiliki TNI pada '60-an itu dengan 11 unit helikopter...Surabaya - Skuadron Udara 100 TNI AL yang berintikan helikopter anti kapal selam yang pernah begitu ditakuti lawan pada dasawarsa '60-an, akan dihidupkan kembali. Skuadron 100 ini akan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AL dalam operasi di laut.
Kepala
Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, di Surabaya, Rabu, menyatakan,
"Langkah awal menghidupkan kembali Skuadron 100 yang sempat dimiliki TNI
pada '60-an itu dengan 11 unit helikopter yang akan diterima secara
bertahap pada tahun ini."
Pada dasawarsa '70-an, skuadron helikopter TNI AL pernah diperkuat jajaran helikopter WASP buatan Inggris.
Walau
sama-sama memakai helikopter, namun skuadron helikopter TNI AL dan TNI
AU memiliki beberapa perbedaan doktrin dan misi operasi.
Salah satunya adalah manuver pendaratan dan lepas landas dari geladak pendaratan (helipad) di kapal perang yang bergerak alias berlayar di laut pada berbagai skenario cuaca, misi, dan persenjataan.
Ini
satu kemahiran utama yang sangat dipersyaratkan bagi
penerbang-penerbang helikopter TNI AL, yang tidak diperlukan bagi
penerbang helikopter di skuadron udara TNI AU.
Dia
ada di Surabaya untuk menerima brevet penerbang dari Pusat Penerbangan
TNI AL dan diangkat menjadi warga kehormatan satuan itu oleh Komandan
Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Sigit Setiyanta.
Penyematan brevet itu puncak rangkaian HUT Ke-59 Pusat Penerbangan TNI AL (1956-2015). Ritual pemberian brevet diawali dengan penerbangan Supandi dalam helikopter Bell-412 bernomor registrasi HU-420, yang dipiloti Mayor Pelaut Triwibowo.
Penerbangan kehormatan itu selama 28 menit di ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Saat mendarat, dua helikopter latih Bonanza mendampingi. Setelah mendarat, barulah Setiyanta menyematkan brevet itu di dada kanan seragam Supandi.
"Ke-11
helikopter itu penting, karena Skuadron 100 itu sempat dilebur dengan
skuadron lain karena tidak memiliki pesawat. Kami ingin memiliki
kekuatan tempur yang lengkap dengan Sistem Senjata Armada Terpadu
(SSAT)," kata Supandi.
SSAT dalam doktrin peperangan TNI AL memiliki empat komponen, yakni kapal perang, pesawat udara, pasukan pendarat/pendudukan (Korps Marinir TNI AL), dan pangkalan. "Dengan menjadi warga kehormatan, saya memiliki kewajiban untuk memberi perhatian kepada Pusat Penerbangan TNI AL," katanya.
"Selain membangun kekuatan, kami juga berencana melakukan validasi organisasi baru yang sudah disetujui pemerintah adalah pembentukan Komando Armada Indonesia yang berpusat di Surabaya," katanya.
Koarmada Armada Indonesia di Surabaya itu membawahkan tiga komando, yaitu Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL, Komando Armada Indonesia Kawasan Tengah TNI AL, dan Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL.
SSAT dalam doktrin peperangan TNI AL memiliki empat komponen, yakni kapal perang, pesawat udara, pasukan pendarat/pendudukan (Korps Marinir TNI AL), dan pangkalan. "Dengan menjadi warga kehormatan, saya memiliki kewajiban untuk memberi perhatian kepada Pusat Penerbangan TNI AL," katanya.
"Selain membangun kekuatan, kami juga berencana melakukan validasi organisasi baru yang sudah disetujui pemerintah adalah pembentukan Komando Armada Indonesia yang berpusat di Surabaya," katanya.
Koarmada Armada Indonesia di Surabaya itu membawahkan tiga komando, yaitu Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL, Komando Armada Indonesia Kawasan Tengah TNI AL, dan Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL.
"Komando Armada Indonesia juga
akan membawahkan 14 pangkalan utama TNI AL dan tiga pasukan Marinir TNI
AL," katanya. Sejauh ini ada 11 pangkalan utama TNI AL yang akan
ditambah Pangkalan Utama TNI AL Pontianak, Pangkalan Utama TNI AL
Tarakan, dan Pangkalan Utama TNI AL Sorong.
Khusus
Pangkalan Utama TNI AL Tarakan, dinilai sangat penting karena menjadi
titik fokus pengamanan perairan Blok Ambalat, yang pernah diributkan
Malaysia sebagai milik sah mereka.
Semua satuan itu dipimpin seorang laksamana pertama TNI AL. (Antara)