Pos TNI AL di Aji Kuning yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Bukan kali ini saja kapal Malaysai melanggar ambang bata laut Indonesia.
Kondisi ini menyebabkan kekosongan pengawalan perbatasan, yang kerap membuka jalan bagi kapal patroli Malaysia masuk jauh ke wilayah Indonesia. Hal itu diungkapkan Perwira Pelaksana Pangkalan Angkatan Laut Nunukan Mayor Laut (P) Khoirul Anwar, di Nunukan, Rabu (17/6/2015).
Khoirul mengatakan, kapal Malaysia seolah menunggu saat saat KRI meninggalkan Perairan Ambalat untuk mengisi bahan bakar minyak ke Kota Tarakan. Menuju Tarakan, KRI harus berlayar selama delapan jam.
”Seandainya di Nunukan ada Pertamina tidak perlu ke Tarakan. Ke Nunukan cuma dua jam. Sementara sekarang distribusi tidak lancar, kadang-kadang KRI pun harus antre,” ujar Khoirul.
Kendati demikian, Khoirul mengatakan, keberadaan kapal patroli Malaysia di wilayah Indonesia sejauh ini masih bisa dikendalikan. Kapal-kapal itu akan menurut untuk meninggalkan wilayah Indonesia begitu diberi peringatan oleh TNI AL.
“Setiap kapal Malaysia masuk, kita laksanakan komunikasi. Kita arahkan mereka untuk segera keluar dari wilayah Indonesia. Dan, biasanya mereka akan selalu nurut. Kecuali pada saat usir dia tidak mau, itu sudah provokatif,” kata dia.
Hal senada pun diungkapkan Ketua Nelayan Kecamatan Sebatik Rustam. Dia mengaku belum pernah mendengar ada laporan tentang keberadaan kapal Malaysia yang mengganggu aktivitas nelayan. ”Mereka masih beraktivitas seperti biasa. Kita juga belum tahu ada kejadian seperti itu,” ujar Rustam. (Kompas)