11 November 2012, Jakarta: Ajang Indo Defence Expo and Forum 2012 diakui sejumlah perusahaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam negeri cukup memberikan dampak berarti bagi pengenalan dan pemasaran produk mereka.
Melalui kegiatan dwitahunan yang ditutup Sabtu (10/11) kemarin itu, pemerintah memang berharap bisa meningkatkan peluang bagi industri pertahanan dalam negeri untuk lebih berkembang.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Kolonel Kav Bambang Hartawan, menyebutkan, secara umum target penyelenggaraan Indo Defence 2012 tercapai dilihat dari tingkat partisipannya yang cukup banyak sehingga memberi kesempatan Indonesia untuk sharing dengan negara lain dalam bidang promosi industri pertahanan.
“Lewat ini kita juga diakui di dunia, tidak saja di Asia, sebagai penyelenggaran expo produk pertahanan,” katanya di Jakarta, Minggu (11/11).
Bambang menerangkan, expo pertahanan berbeda dengan expo produk-produk lainnya seperti furniture, misalnya. Expo semacam ini tidak bisa diketahui nilai transaksi karena pengadaan alat pertahanan membutuhkan proses yang panjang dan dipengaruhi oleh kebijakan politik masing-masing negara, baik penjual maupun pembeli.
Ajang ini, lanjut dia, lebih tepatnya untuk menjembatani bertemunya produsen dengan calon pembeli. “Kalau ada yang berminat, paling mereka mendapatkan contact point. Selanjutnya yang berminat ini pasti akan membicarakan dulu dengan pemerintahannya, kemudian mereka menindaklanjuti sendiri. Kebijakan negara juga berbeda-beda, seperti kita saja harus diskusi dulu dengan DPR. Jadi membeli alat pertahanan tidak semudah itu,” terangnya.
Meski demikian, kegiatan ini tetap memberi dampak positif secara ekonomi maupun citra Indonesia. “Banyak juga orang asing membelanjakan uangnya disini. Dan hal yang paling pokok, ajang ini membawa nama baik industri pertahanan kita dan menunjukkan stabilitas keamanan kita yang meningkat,” imbuhnya.
Managing Director PT Palindo Marine Harmanto mengungkapkan, selama kegiatan berlangsung, banyak peminat yang ingin bekerjasama dengan perusahaannya dalam penyediaan kapal. Sejauh ini sebagian besar peminat berasal dari luar negeri. “Ada dari Malaysia, juga dari Timor Leste,” katanya mencontohkan.
Dia menuturkan, sejak dibuka pada 7 November dan ditutup 10 November kemarin, ada banyak kunjungan ke stan perusahaannya. “Kunjungan dari luar negeri juga banyak jadi kita bisa mempromosikan produk kita. Kita ada target kerja sama tapi tentu itu tidak bisa langsung di sini karena ini bukan barang kecil,” katanya.
Menurut dia, kebanyakan peminat tertarik untuk membeli kapal ferry sipil. Selama ini industri galangan kapal yang berpusat di Batam, Kepulauan Riau itu memang rutin menerima pesanan kapal-kapal dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura. “Kalau untuk kapal militer dari TNI Angkatan Laut,” urai dia sembari menyebut lewat ajang ini pihaknya juga lebih mengenal industri-industri lain baik dari dalam negeri maupun asing.
Hal serupa juga terjadi untuk PT Sentra Surya Ekajaya (SSE) yang memroduksi kendaraan tempur. Industri ini tanpa banyak terekspos produknya sudah dipakai TNI Angkatan Darat dan Angkatan Laut, serta digunakan militer Srilanka.
Menurut Operation Manager PT SSE David Agahari, pada ajang ini PT SSE juga memperkenalkan produk terbaru dan tak mau kalah dengan PT Pindad yang merupakan industri pertahanan milik pemerintah. Kendaraan tempur yang diproduksi PT SSE juga memiliki kemampuan seseuai kebutuhan TNI, misalnya antipeluru dan memiliki kemampuan manuver yang baik.
Selama pameran, David mengaku ada banyak peminat yang mengunjungi stannya. Namun dia enggan membeberkan berapa jumlah rencana kerja sama yang berhasil digaet lewat kegiatan tersebut. “Yang jelas stan kami sangat ramai sepanjang pameran, dari ramainya pengunjung itu jelas ada yang tertarik,” katanya.
Sumber: Info Publik