Yogyakarta, Lapan.go.id – Roket
merupakan teknologi yang sangat bergengsi. Hanya terdapat beberapa
negara di dunia yang mengembangkan program roket. Mengingat manfaat
roket yang besar terutama dalam dunia sipil, Indonesia juga perlu
mengembangkan teknologi ini. Pengembangan roket tersebut akan bermuara
sebagai peluncur benda antariksa.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Lapan, Bambang S. Tejasukmana, saat konferensi pers acara Focus Group Discussion (FGD) di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, DIY, Kamis (7/6). FGD tersebut bertema Perspektif Pemanfaatan Teknologi Litbangyasa untuk Roket Uji Muatan (RUM).
Bambang melanjutkan, saat ini Lapan sedang berupaya
mencapai kemandirian bangsa di bidang peroketan. Dalam jangka menengah,
Lapan membuat program roket sonda dengan diameter 550 milimeter dan
berdaya jangkau 300 kilometer. Roket tersebut akan berfungsi sebagai uji
coba peluncur satelit sebelum Lapan mengembangkan Roket Peluncur
Satelit (RPS).
Untuk mewujudkan RPS, perlu dilakukan berbagai
percobaan atau latihan. Kepala Lapan menjelaskan, selama ini hanya Lapan
dan beberapa instansi saja yang terlibat dalam uji coba pengembangan
roket. Mahasiswa atau masyarakat belum dapat terlibat dalam pembangunan
teknologi ini.
Maka itu, untuk mengajak mahasiswa dan masyarakat terlibat dalam program ini, perlu dilaksanakan suatu program space mindedness.
Program ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan minat masyarakat dan
generasi muda terhadap teknologi kedirgantaraan. Bambang mengatakan,
salah satu program ini yaitu dengan membentuk komunitas Masyarakat Roket
Indonesia. Komunitas ini akan menjadi wadah bagi para pecinta roket.
Ia mengatakan, komunitas tersebut dapat
mengembangkan roket sebesar yang digunakan dalam Kompetisi Muatan Roket
Indonesia (Komurindo). Pengembangan roket berdiameter 70 milimeter
tersebut dapat menjadi sarana pembelajaran mahasiswa.
Roket Uji Muatan (RUM) yang digunakan dalam
Komurindo tersebut memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa. Kepala Lapan
mengatakan, keterlibatan mahasiswa dan masyarakat dalam program roket
tersebut bertujuan agar mereka mampu mengendalikan roket dan
memanfaatkan roket untuk berbagai aplikasi sipil.
"Bila mahasiswa tertarik menangani roket, maka akan
terbentuk komunitas masyarakat yang mengembangkan aplikasinya, seperti
untuk pemantauan cuaca maupun telemetri. Pada akhirnya, program ini
akan menarik minat masyarakat terhadap ilmu keantariksaan," ujar Kepala
Lapan.
Skywalker UAV (photo : Lapan)
Contoh aplikasi roket ini misalnya untuk membawa
kabel ke suatu tempat yang tinggi denga mudah. Roket ini juga dapat
membantu membuat hujan buatan dengan cara membawa garam. Roket jenis ini
disebut flare rocket atau roket petir. "Masyarakat dapat terus ikut terlibat dalam mengembangkan aplikasi ini," ujar Bambang.
Dalam FGD tersebut, Kepala Lapan menjelaskan
berbagai keuntungan dalam pengembangan RUM sebagai roket pendidikan. Ia
mengatakan masyarakat dapat terlibat dalam pengembangan sistem kendali
dan aplikasi roket.
Ia menambahkan, selain melalui roket, kecintaan
mahasiswa terhadap keantariksaan juga dapat dipupuk dengan melibatkan
mereka dalam program UAV (Unmanned Aerial Vehicle). UAV yang berbahan Styrofoam dapat berfungsi untuk mitigasi bencana.
sumber : LAPAN