Pages

Saturday, 20 October 2012

TNI harus miliki doktrin militer kuat


 
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono (FOTO ANTARA)
Tanpa doktrin militer yang kuat, dapat dipastikan sulit untuk memenangkan perang modern
 Surabaya (ANTARA News) - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan bahwa dalam era perang modern yang multikompleks saat ini, Tentara Nasional Indonesia (TNI) harus memiliki doktrin militer yang kuat untuk memenangkan peperangan.

Saat memberikan amanat pada pembukaan Latihan Gabungan TNI di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jawa Timur Sabtu, Agus Suhartono mengatakan, seiring perkembangan zaman, telah terjadi perubahan bentuk perang pada abad XXI, dari gerilya menjadi perang modern.

"Tanpa doktrin militer yang kuat, dapat dipastikan sulit untuk memenangkan perang modern. Bahkan perang gerilya sekalipun tidak akan dapat mencapai kemenangan," katanya.

Upacara pembukaan Latgab TNI dihadiri tiga kepala staf angkatan, masing-masing KSAL Laksamana TNI Soeparno, KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dan KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat, serta para Pangkotama dan petinggi TNI.



Laksamana Agus Suhartono menambahkan, dalam konteks doktrin operasi militer modern terdapat sejumlah unsur penting, yakni strategi militer, markas komando, pusat komando dan kendali aset, serta unit militer sebagai aset operasional dan tempur.

"Latihan Gabungan TNI kali ini memiliki tiga dimensi penting, yakni dimensi taktis, strategi dan politis dalam konteks pertahanan dan keamanan negara," tambah Panglima TNI.

Dalam dimensi taktis dan strategis, latihan gabung diarahkan untuk meningkatkan kemampuan perorangan dan satuan serta mengaplikasikan doktrin dan protap operasi gabungan sesuai perkembangan operasi militer modern.

"Dari dimensi politis, latihan ini merupakan kontinuitas dalam penyelenggaraan keamanan negara terhadap berbagai gangguan yang kemungkinan merongrong kedaulatan NKRI. Latihan seperti ini digelar setiap tahun dengan tingkatan berbeda," ujarnya.

Latgab TNI tingkat brigade yang melibatkan sebanyak 11.693 personel dari tiga angkatan itu, berlangsung pada 20 Oktober hingga 30 November 2012 di Surabaya, Perairan Laut Sulawesi dan Sangatta, Kalimantan Timur.

Latihan dimulai dengan gladi posko di Komando Latihan Armada Timur pada 20-25 Oktober 2012 dan diikuti 931 personel, terdiri dari 240 personel penyelenggara dan 691 personel pelaku.

Setelah latihan posko, dilanjutkan latihan lapangan di Perairan Laut Sulawesi dan pendaratan amfibi di Pantai Sangatta, Kaltim, pada 25 Oktober hingga 30 November 2012.

Selain 11.693 personel, pada latihan perang ini juga dikerahkan berbagai peralatan tempur, antara lain enam unit Tank Scorpio, dua Stormer APC, 35 kapal perang, empat pesawat tempur SU-27/30 dan enam pesawat Hawk SPO, serta delapan pesawat angkut.

ANTARA