Pages

Tuesday, 7 April 2015

Ada dua sumber jaringan teroris di Indonesia

Pakar UIN: Ada dua sumber jaringan teroris di Indonesia
Personel Brimob Polda Jatim menjaga dan menggeledah rumah terduga anggota Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS) berinisial HM di Malang, Jawa Timur, Kamis (26/3)
Artinya, jaringan teroris yang mengakar di Indonesia itu tidak ada, karena semuanya impor."
Surabaya  - Pakar terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Akhmad Muzakki menegaskan bahwa ada dua sumber jaringan teroris di Indonesia.

"Kelompok yang frustasi dengan keadaan (hopeless) dan kelompok yang mengalami migrasi Indonesia-Malaysia (TKI)," katanya kepada ANTARA News di Surabaya, Minggu.

Oleh karena itu, Muzakki yang juga Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim) menilai, kedua sumber teroris tersebut menyebabkan ada tiga tipe kelompok radikal di Indonesia.

"Tiga tipe dimaksud adalah genealogi, ideologi patronase, dan ideologi etnis," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel Surabaya itu.

Menurut alumnus master dan doktor di Australian National University (ANU) tersebut, tipe genealogi berkaitan dengan pemain lama, seperti Ustaz Rasyid Ridho yang merupakan putra Abubakar Baasyir sebagai kelompok hubungan Indonesia-Malaysia.

Tipe genealogi itu, dikemukakannya, mungkin saja tersebar di kawasan yang memiliki persaingan cukup ketat, seperti Jakarta dan Surabaya.

"Kalau mengalami hopeless, lalu terpengaruh dengan tawaran kerja menjadi TKW atau TKI, maka kepulangannya bisa membawa ajaran radikal dengan tipe genealogi," katanya.

Untuk tipe ideologi patronase, dikatakannya, berkaitan dengan hubungan guru-murid, seperti terduga gerakan yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Dau Malang melibatkan Ustaz Romli yang murid Ustaz Rasyid Ridho.

Sementara itu, ia menyatakan, tipe ideologi etnis itu berkaitan etnis Arab yang kebetulan dalam satu kelompok Al-Irsyad, seperti terduga ISIS yang baru saja ditangkap di Malang.

"Penangkapan paling akhir di Jatim itu terkait dengan tipe terakhir, yakni tipe ideologi etnis yang memiliki jaringan dengan kelompok Al-Irsyad," katanya.

Dalam tataran pergaulan kehidupan, ia menilai, kelompok Al-Irsyad di Indonesia itu ada dua golongan, yakni golongan yang terbuka dan dekat dengan tokoh-tokoh Indonesia, karena itu Al-Irsyad dalam golongan itu tidak radikal.

Namun, ia mengemukakan pula, ada kelompok Al-Irsyad yang merupakan golongan yang menutup diri dan dekat dengan tokoh-tokoh di Timur Tengah.

"Inilah yang radikal," kata guru besar termuda di UIN Sunan Ampel Surabaya itu.

Hal itu menunjukkan bahwa semua sumber jaringan teroris itu berasal dari luar Indonesia. "Artinya, jaringan teroris yang mengakar di Indonesia itu tidak ada, karena semuanya impor," katanya.

Pada 25 Maret 2015 Tim Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri bersama tim Polda Jatim menangkap tiga terduga anggota ISIS di Malang, yakni Abdul Hakim, Helmi Muhammad Alamudi dan Ahmad Junaedi.

Dua hari kemudian, Tim Densus 88/Antiteror Polri bersama tim Polda Jatim mengembangkan kelompok Malang itu dengan menangkap satu lagi terduga anggota ISIS di Tulungagung, yakni RS. (Antara)