Menurut Kapuskom Kemenhan, Bambang Hartawan, Simulator perang tersebut berfungsi untuk melatih para anggota TNI dalam bertempur melawan serangan musuh yang mengancam keamanan negara.
"Simulator perang itu ada, buat latihan. Simulator menembak, simulator pesawat, simulator alat perang, sebelum terjun kan harus latihan dulu," jelas Bambang, kepada wartawan, Jakarta, tadi malam.
Namun, dia tidak mengetahui secara pasti pengadaan simulator tersebut, yang pasti simulator itu sudah lama dimiliki TNI. "Itu sudah lama, setiap kita membeli alutsista itu kan ada simulator," ucap Bambang.
TNI Angkatan Darat (TNI AD) misalnya sudah memiliki alat bantu elektronik atau simulator perang sejak 2010. Antara lain, simulator perang atau virtual arms solution (VAS) untuk melatih dan meningkatkan kemahiran anggota TNI AD dalam menembak.
Simulator tersebut, antara lain dilengkapi dengan sistem modular yang disebut small arms trainer (pelatih senjata ringan). Melalui modul simulator itulah, TNI AD dapat melakukan pelatihan menembak, pelatihan taktis, sistem proyeksi sasaran, evaluasi titik target, dan sebagainya.
Dengan menggunakan sistem evaluasi target, misalnya, pelatihan seorang prajurit TNI AD dapat difokuskan pada pelatihan keterampilan dasar, termasuk pengendalian senjata dan menembak target diam atau target bergerak.
Unit virtual ini dapat mensimulasikan pelatihan taktis, antara lain, latihan perang di berbagai kondisi cuaca yang berbeda setiap saat. Bukan cuma itu. Alat canggih milik TNI AD itu juga dapat dipergunakan melakukan latihan perang secara berkelompok.
Tak kalah pentingnya, semua senjata pelatihan yang digunakan dalam simulator itu adalah modifikasi dari senjata asli atau replika yang memiliki berat, kemampuan tempur, dan dimensi sebagaimana aslinya. Bahkan, semua jenis senjata – baik itu berupa pistol, senapan serbu, senapan sniper, maupun senapan mesin ringan ataupun berat dapat direplikasi dan digunakan.
sumber: WASPADA