Di tengah riuhnya pemberitaan
kasus-kasus yang membelit partai-partai politik yang tanpa henti menjadi
berita utama di media-media nasional, ada satu kabar ‘penting’ yang
hampir pasti tidak mendapatkan porsi layak di media kita. Kabar itu
datang dari kontingan TNI AD kita yang (lagi-lagi) menjadi juara umum
kejuaraan menembak jitu Australian Army Skills at Arms Meeting (AASAM)
2012, sebuah ajang bergengsi berskala dunia yang diikuti berbagai
personel angkatan darat dari berbagai negara di dunia.
Bukan main-main, para tentara TNI AD
merebut juara umum ketiga kalinya berturut-turut, dan pada event yang
baru saja berakhir tersebut, mereka mengumpulkan 25 medali emas, separuh
dari medali emas yang disediakan untuk seluruh kontingen. Perolehan
tersebut jauh di atas perolehan personel AD dari negara-negara yang
selama ini dikenal kuat secara militer, seperti AS, Inggris, Prancis,
bahkan tuan rumah Australia.
Bukan itu saja, berungkali para pemuda
Indonesia di TNI AD menjuarai lomba menembak di berbagai even dunia,
saya masih ingat betapa mereka selalu menorehkan prestasi membanggakan
dalam kejuaraan2 di ASEAN, dan dalam misi PBB di Lebanon.
Apa arti semuanya?
Kita tidak boleh lupa, bahwa para
pendahulu kita adalah para warrior sejati, pejuang dengan patriotisme
tinggi, dan rela menanggalkan apa saja kepunyaan mereka untuk membela
bangsanya. Dari prestasi-prestasi di atas, saya melihat bahwa
profesionalisme para prajurit kita, para komandan dan pelatihnya, tak
lepas dari tradisi pembinaan berkesinambungan yang sangat baik.
Prestasi-prestasi di atas tentu sedikit banyak menjadi parameter
kemampuan personel angkatan bersenjata Indonesia yang di atas rata-rata
militer tetangga kita, bahkan negara-negara barat yang selama ini
menjadi tolok ukur kekuatan militer.
Jangan salah, senjata yang dipegang para
prajurit dalam menjuara turnamen-turnamen tersebut adalah senapan serbu
produksi dalam negeri, yakni SS-2 produksi PT Pindad. Tentu harus kita
akui, secara teknologi, kemampuannya masih dibawah senapan-senapan yang
dipakai personel negara peserta lain, seperti Steyr Aug, MP4 Carbine,
atau HK G36, namun kenapa justru SS-2 yang menjadi raja? Tak lain dan
tak bukan adalah orang yang memegangnya. Kemampuan individu para
prajurit negeri ini jelas menjadi oase penting, bahwa dengan tradisi
kesungguh-sungguhan, kita mampu sejajar dengan bangsa lain, bahkan di
atasnya.
Bravo, tentara Indonesia.
sumber:GOODnews