Sementara negara Eropa harus berhemat, negara Asia terus meningkatkan
anggaran pertahanannya. Para pekar menduga, tren ini masih akan
berlanjut.
Foto simbol perdagangan senjata
Tahun 2012, untuk pertama kalinya anggaran pertahanan negara-negara Asia
melampaui anggaran negara anggota NATO Eropa, demikian menurut laporan
Institut untuk Studi Strategis (IISS) yang diluncurkan Kamis (14/03) di
London. Dalam laporan "Military Balance 2013" IISS dikatakan, naiknya
Cina menyebabkan pergeseren ini.
Antara tahun 2011 dan 2012, anggaran pertahanan Cina naik 8 persen, sementara rata-rata anggaran negara Asia lainnya hanya bertambah lima persen. "Cina mengalokasi lebih banyak dana bagi pertahanan dibandingkan anggaran pertahanan keseluruhan Jepang, Korea Selatan dan Taiwan", demikian Dirjen IISS John Chipman.
Saat ini, sekitar 45 persen anggaran pertahanan dunia dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Para pakar memperkirakan, di tahun-tahun mendatang, AS akan terpaksa menciutkan anggaran ini.
Dinamika Aksi dan Reaksi
Naiknya anggaran pertahanan di kawasan Asia Pasifik antara lain disebabkan reaksi sejumlah negara atas ancaman dari program nuklir Korea Utara. Sangat jelas, pemerintah baru di Pyongyang tetap menganut asas "militer adalah prioritas", kata Chipman.
Korea Utara, yang baru saja melakukan tes nuklir ketiganya,
terus menambah arsenal senjatanya. Di antaranya, plutonium yang
mencukupi untuk merakit empat sampai 12 senjata nuklir, program
pengayaan uranium yang dapat memasok bahan untuk satu sampai dua senjata
per tahun, dan sejumlah rudal balistik jarak menengah dan jauh.
Di Asia terdapat beragam ancaman. "Ada bukti dinamika aksi dan reaksi antar negara Asia yang berdampak pada program militer negara-negara di kawasan itu," demikian menurut laporan IISS.
India yang adalah salah satu negara pengimpor senjata terbesar dunia terus meningkatkan arsenalnya untuk mengimbangi Cina dan Pakistan. Sementara Jepang dan Korea Selatan berusaha memodernisasi kapabilitas pertahanannya sebagai persiapan atas kemungkinan serangan nuklir dari Korea Utara.
Antara tahun 2011 dan 2012, anggaran pertahanan Cina naik 8 persen, sementara rata-rata anggaran negara Asia lainnya hanya bertambah lima persen. "Cina mengalokasi lebih banyak dana bagi pertahanan dibandingkan anggaran pertahanan keseluruhan Jepang, Korea Selatan dan Taiwan", demikian Dirjen IISS John Chipman.
Saat ini, sekitar 45 persen anggaran pertahanan dunia dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Para pakar memperkirakan, di tahun-tahun mendatang, AS akan terpaksa menciutkan anggaran ini.
Dinamika Aksi dan Reaksi
Naiknya anggaran pertahanan di kawasan Asia Pasifik antara lain disebabkan reaksi sejumlah negara atas ancaman dari program nuklir Korea Utara. Sangat jelas, pemerintah baru di Pyongyang tetap menganut asas "militer adalah prioritas", kata Chipman.
Korea Utara ancam keamanan di kawasan dengan program nuklirnya
Di Asia terdapat beragam ancaman. "Ada bukti dinamika aksi dan reaksi antar negara Asia yang berdampak pada program militer negara-negara di kawasan itu," demikian menurut laporan IISS.
India yang adalah salah satu negara pengimpor senjata terbesar dunia terus meningkatkan arsenalnya untuk mengimbangi Cina dan Pakistan. Sementara Jepang dan Korea Selatan berusaha memodernisasi kapabilitas pertahanannya sebagai persiapan atas kemungkinan serangan nuklir dari Korea Utara.