Pages

Tuesday, 30 July 2013

Menhan Dalami Soal Penyadapan SBY


Menhan RI Purnomo Yusgiantoro (sumber: Suara Pembaruan)
Jakarta - Menteri Pertahanan dan Keamanan, Purnomo Yusgiantoro mengaku belum memahami detil kebenaran kabar yang menyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat disadap ketika menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-negara G-20 di London, Inggris pada tahun 2009 lalu.
"Kami sedang melakukan pendalaman. Karena itu baru rumor, jadi lebih baik kita 'cooldown' dulu, beritanya dari mana. Kita belum tahu. Kita ingin tahu lebih dulu siapa yang sebar," ujarnya kepada wartawan di sela-sela buka puasa keluarga besar Kementrian Pertahanan di Gendung Kemhan, Jakarta Pusat, Selasa (30/7).
Menurut Purnomo, sebaiknya media jangan terbawa rumor, sebelum mengetahui kebenaran berita tersebut. Pasalnya menurut Purnomo, saat dirinya bersama Presiden SBY melakukan kunjungan di Inggris, justru tak ada media yang menanyakan soal isu tersebut.
"Pada waktu itu kita tinggalnya di Istana Buckingham, dan media sana juga tidak ada yang mempertanyakan itu. Jadi kita masih lakukan pendalaman sekarang itu berita dari mana siapa yang menyampaikan dan itu katanya dari media Australia, saya sendriri baru balik dari Australia dan tidak ada media yang mempertanyakan itu, bahkan waktu itu saya mengadakan press conference itu. Tapi tidak ada pertanyaan soal itu," jelasnya.
Hingga kin kata Purnomo, Kemhan belum bisa menyatakan bahwa penyadapan itu benar-benar terjadi. Kemhan akan berkoordinasi dengan Direktorat Intelijen untuk memastikan pemberitaan tersebut.
Sebelumnya media-media Australia, mengutip Edward Snowden, bekas analis badan intelijen Amerika Serikat (CIA) yang kini melarikan diri ke Rusia, memberitakan bahwa AS dan Inggris menyadap komunikasi Presiden SBY di London. Informasi hasil sadapan itu kemudian dibagi dengan Australia.
Media yang memberitakan adalah kelompok Fairfax Media yang membawahi The Age dan The Sydney Morning Herald.
Australia dalam hal ini hanya menerima keuntungan dari hasil sadapan itu. Sementara yang melakukan penyadapan disebutkan adalah intelijen AS dan Inggris.

beritasatu