Itu kuburan warga Nelu yang dirusak oleh warga Timor Leste yakni dari
suku Tua Nono. Mereka pukul pakai hamar (martil), sehingga kebanyakan
yang rusak yakni bagian keramik. Perusakan itu lah yang membuat warga
marah dan beradu mulut sampai ..."
Kupang:Kalangan legislator di Nusa Tenggara Timur meminta aparat TNI/Polri yang saat ini berada di lokasi bentrokan warga Indonesia dengan warga Timor Leste di Desa Sunsea Kecamatan Naibenu Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Nusa Tenggara Timur agar tidak terprovokasi.
"Jangan sampai terprovokasi dengan kondisi yang terjadi tadi, karena akan membuat suasana tidak terkendali, sehingga diharapkan untuk tetap menjalankan tugas dan fungsi yaitu menjaga batas teritori Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman ataupun klaim sepihak dari siapapun," kata Wakil Ketua DPRD NTT Anselmus Tallo, di Kupang, Rabu.
Wakil rakyat dari daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste itu (TTU dan Belu) itu mengatakan hal tersebut menanggapi insiden yang terjadi berupa saling serang antara warga Nelu, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, dan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota, Distrik Oekusi, Timor Leste, akibat perusakan belasan kuburan (makam) leluhur warga Nelu.
"Itu kuburan warga Nelu yang dirusak oleh warga Timor Leste yakni dari suku Tua Nono. Mereka pukul pakai hamar (martil), sehingga kebanyakan yang rusak yakni bagian keramik. Perusakan itu lah yang membuat warga marah dan beradu mulut sampai pada saling baku lempar pakai batu," kata tokoh pemuda Desa Sunsea, Wilem Oki.
Menurut Wilem, perusakan kuburan warga Nelu itu terjadi saat warga Timor Leste melakukan pekerjaan membuka jalan raya baru yang masuk sejauh 500 meter dari zona netral. "Ini sebenarnya emosi perbatasan saja sehingga merusak kuburan itu. Salah apa sih kuburan itu sampai dirusak begitu," kata Wilem.
"Sebelumnya memang sudah ada pembicaraan terkait zona netral antara kedua negara soal perbatasan dan disepakati 50 meter itu untuk zona bebas. Dalam zona bebas itu, kesepakatannya adalah, siapapun yang mau mengola lahan zona bebas harus dilakukan atas kesepakatan antara kedua negara, namun kemudian dari warga Timor Leste melakukan pekerjaan tanpa ada kesepakatan dari pemerintah Indonesia. Ini jelas sebuah pelanggaran apalagi sampai merusak kuburan kita," keluh Wilem.
Bahkan Menteri Dalam Negeri Timor Leste Jorge da Conceicao Teme sebelumnya mengharapkan stabilitas politik dan keamanan di Indonesia tetap terjaga agar tidak mengganggu distribusi pangan ke negara baru itu.
"Ketergantungan ekonomi Timor Leste kepada Indonesia sangat tinggi. Ini kami akui, karena sumber bahan pangan, terutama sembako, semuanya dari Indonesia. Jika terjadi instabilitas politik dan keamanan di Indonesia, kami bisa kewalahan," katanya.
Alumnus Universitas Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah, itu mengatakan pemerintahannya terus memantau perkembangan politik dan keamanan di Indonesia, karena dampaknya akan berimbas langsung ke Timor Leste sebagai negara tetangga terdekat.
Menurut Anselmus Tallo laporan yang ada menyebutkan sejak kemarin, dua kompi Cipol Timor Leste disiagakan bersama masyarakat mereka dan para Cipol berjaga tidak di wilayahnya, tetapi malah berjaga masuk di wilayah Indonesia.
Meskipun demikian pihak TNI agar tetap tidak terpancing dengan gerakan, gaya dan sikap yang nampak itu, sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih luas lagi,
Karena jika hal itu terjadi, maka yang korban pertama adalah warga sipil, sehingga perlu dicegah lebih awal sebelumnya terlambat. (*)
ANTARA News
Kupang:Kalangan legislator di Nusa Tenggara Timur meminta aparat TNI/Polri yang saat ini berada di lokasi bentrokan warga Indonesia dengan warga Timor Leste di Desa Sunsea Kecamatan Naibenu Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Nusa Tenggara Timur agar tidak terprovokasi.
"Jangan sampai terprovokasi dengan kondisi yang terjadi tadi, karena akan membuat suasana tidak terkendali, sehingga diharapkan untuk tetap menjalankan tugas dan fungsi yaitu menjaga batas teritori Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman ataupun klaim sepihak dari siapapun," kata Wakil Ketua DPRD NTT Anselmus Tallo, di Kupang, Rabu.
Wakil rakyat dari daerah perbatasan Indonesia-Timor Leste itu (TTU dan Belu) itu mengatakan hal tersebut menanggapi insiden yang terjadi berupa saling serang antara warga Nelu, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, dan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota, Distrik Oekusi, Timor Leste, akibat perusakan belasan kuburan (makam) leluhur warga Nelu.
"Itu kuburan warga Nelu yang dirusak oleh warga Timor Leste yakni dari suku Tua Nono. Mereka pukul pakai hamar (martil), sehingga kebanyakan yang rusak yakni bagian keramik. Perusakan itu lah yang membuat warga marah dan beradu mulut sampai pada saling baku lempar pakai batu," kata tokoh pemuda Desa Sunsea, Wilem Oki.
Menurut Wilem, perusakan kuburan warga Nelu itu terjadi saat warga Timor Leste melakukan pekerjaan membuka jalan raya baru yang masuk sejauh 500 meter dari zona netral. "Ini sebenarnya emosi perbatasan saja sehingga merusak kuburan itu. Salah apa sih kuburan itu sampai dirusak begitu," kata Wilem.
"Sebelumnya memang sudah ada pembicaraan terkait zona netral antara kedua negara soal perbatasan dan disepakati 50 meter itu untuk zona bebas. Dalam zona bebas itu, kesepakatannya adalah, siapapun yang mau mengola lahan zona bebas harus dilakukan atas kesepakatan antara kedua negara, namun kemudian dari warga Timor Leste melakukan pekerjaan tanpa ada kesepakatan dari pemerintah Indonesia. Ini jelas sebuah pelanggaran apalagi sampai merusak kuburan kita," keluh Wilem.
Bahkan Menteri Dalam Negeri Timor Leste Jorge da Conceicao Teme sebelumnya mengharapkan stabilitas politik dan keamanan di Indonesia tetap terjaga agar tidak mengganggu distribusi pangan ke negara baru itu.
"Ketergantungan ekonomi Timor Leste kepada Indonesia sangat tinggi. Ini kami akui, karena sumber bahan pangan, terutama sembako, semuanya dari Indonesia. Jika terjadi instabilitas politik dan keamanan di Indonesia, kami bisa kewalahan," katanya.
Alumnus Universitas Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah, itu mengatakan pemerintahannya terus memantau perkembangan politik dan keamanan di Indonesia, karena dampaknya akan berimbas langsung ke Timor Leste sebagai negara tetangga terdekat.
Menurut Anselmus Tallo laporan yang ada menyebutkan sejak kemarin, dua kompi Cipol Timor Leste disiagakan bersama masyarakat mereka dan para Cipol berjaga tidak di wilayahnya, tetapi malah berjaga masuk di wilayah Indonesia.
Meskipun demikian pihak TNI agar tetap tidak terpancing dengan gerakan, gaya dan sikap yang nampak itu, sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih luas lagi,
Karena jika hal itu terjadi, maka yang korban pertama adalah warga sipil, sehingga perlu dicegah lebih awal sebelumnya terlambat. (*)
ANTARA News