All hands,
Kasus hilangnya pesawat B777-200 milik Negeri Tukang Klaim sekaligus
menunjukkan kelemahan kemampuan pesawat patroli maritim Indonesia,
khususnya milik Angkatan Laut. Beberapa negara seperti Australia dan
Amerika Serikat mengandalkan pada pesawat P-3C Orion untuk mencari
pesawat buatan Boeing itu di lautan luas. Bahkan Negeri Uwak Sam juga
menggunakan P-8A Poseidon yang merupakan pengganti P-3C Orion untuk
operasi pencarian di Samudera India.
Sedangkan Indonesia karena kemampuan patroli maritim yang terbatas,
hanya mampu beroperasi di Selat Malaka, di mana Angkatan Laut
mengandalkan NC-212. Pesawat itu ada yang fungsi asasinya sebagai
patroli maritim, namun lebih banyak yang fungsi asasinya sebagai pesawat
angkut. Pesawat patroli maritim kekuatan laut Indonesia tak mampu untuk
turut berpartisipasi dalam operasi pencarian di Samudera India, karena
terbatasnya endurance.
Situasi itu hendaknya menjadi sarana pengingat bahwa kekuatan laut Indonesia harus mempunyai pesawat patroli maritim dengan endurance yang lebih lama, selain tentu saja dilengkapi dengan mission systems.
Untuk memiliki pesawat patroli maritim sekelas P-8A masih jauh
kemungkinannya. Namun setidaknya untuk mempunyai pesawat patroli maritim
dengan endurance mendekati P-3C Orion masih terbuka lebar.
Pesawat CN-235 ASW/MPA buatan pabrik yang dulu bernama PT IPTN merupakan
opsi terbaik. Diharapkan di masa depan Indonesia tak lagi menjadi
penonton dalam upaya kawasan melancarkan operasi SAR dalam kapasitas
masif.