Pages

Monday, 24 March 2014

"Usman-Harun" di JIDD Bukan untuk Olok-olok Singapura

Singapura tidak perlu marah dengan visualisasi "Usman-Harun".
Dua prajurit TNI AL mengenakan seragam khas Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dengan badge nama Usman dan Harun di gelaran JIDD di Jakarta, Rabu (19/3/2014) 
  VIVAnews - Hubungan Singapura dan Indonesia kembali tegang gara-gara "Usman-Harun" muncul di ajang Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) ke-4 di JCC Senayan, Jakarta pada 19-20 Maret lalu. Pengamat hukum internasional Hikmahanto Juwana menilai, Singapura tidak perlu marah karena visualisasi "Usman-Harun" di JIDD itu bukan untuk mengolok-olok Negeri Singa tersebut.

"Kedua prajurit TNI AL itu mengenakan seragam bernama "Usman-Harun" kan ditujukan untuk generasi muda Indonesia. Ini hanya miskomunikasi saja," kata Hikmahanto dalam perbincangan dengan VIVAnews, Minggu malam 23 Maret 2014.

Melalui kedua orang itu, Hikmahanto yakin, panitia stan TNI AL ingin improvisasi bagaimana membangkitkan nasionalisme kaum muda yang mengunjungi acara tersebut. Salah satunya, dengan memvisualisasikan dua orang yang dianggap pahlawan oleh TNI AL, yakni Sersan Dua Usman dan Kopral Harun Said.

Singapura, kata dia, harus bisa menghormati keputusan TNI AL dan Indonesia secara umum yang menganggap Usman dan Harun sebagai pahlawan. "Meskipun Singapura menganggap keduanya tak lebih dari orang-orang yang membom kota mereka," kata dia.

Seperti diketahui, Usman dan Harun adalah anggota Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) yang mendapat tugas dari negara untuk meledakkan bom di jantung Singapura tahun 1965. Saat itu, Indonesia tengah berkonfrontasi dengan Malaysia dan Singapura masih menjadi bagian dari Malaysia. Dalam ledakan bom itu, 3 orang tewas dan 33 lainnya luka-luka.
Singapura yang geram kemudian menghukum mati Usman dan Harun pada 1968.
Menurut Hikmahanto, masalah Usman-Harun dan bom Singapura itu seharusnya sudah selesai ketika keduanya dihukum mati melalui proses pengadilan sana. "Seharusnya Singapura tidak perlu lagi mengatur Indonesia bagaimana cara mengenang kedua orang itu," tegasnya.

Selama Singapura tidak bisa menerima cara Indonesia dalam mengenang Usman-Harun, masalah ini akan terus ada di antara kedua negara. "Masalah Usman-Harun ini akan terus membayangi hubungan kedua negara," kata dia.