Mass Communication Specialist 2nd Class Michael A. Pineda memandu tur di
kapal perang komando Armada Ketujuh AS USS Blue Ridge(LCC19), yang
berlabuh di Jakarta. (Foto: (U.S. Navy photo by Mass Communication
Specialist 3rd Class Fidel C. Hart/Released)
18 Mei 2012, Jakarta: Armada Ketujuh Angkatan Laut AS hingga saat ini
adalah armada terbesar militer Amerika Serikat yang ditempatkan di luar
wilayah negara tersebut.
Wilayah yang menjadi tanggung jawab operasi Armada Ketujuh meliputi
kawasan seluas lebih dari 124 juta kilometer persegi, mulai dari Samudra
Pasifik bagian tengah hingga Samudra Pasifik bagian tengah.
Menurut Panglima Armada Ketujuh AS Laksamana Madya Scott II Swift,
setiap hari ada sekitar 70-90 kapa dan 200-300 pesawat militer yang
beroperasi di bawah komandonya.
Pusat komando seluruh armada tersebut tidak berada di suatu kantor di
daratan, melainkan ada pada suatu kapal yang sudah berusia 45 tahun, USS
Blue Ridge. Kapal dengan nomer lambung LCC-19 itu pekan lalu berkunjung
selama lima hari di Indonesia.
Di kapal inilah Swift menjalankan operasi sehari-hari Armada Ketujuh.
“Inilah kantor saya. Saya tidak punya kantor di darat,” ungkap Swift
kepada para wartawan yang berkunjung ke kapal itu, Minggu (13/3).
Kapal tersebut awalnya dirancang sebagai kapal komando operasi
pendaratan amphibi. Namun, setelah operasi pendaratan amphibi
besar-besaran, seperti yang terjadi di Normandia pada Perang Dunia II,
makin jarang dilakukan, kapal jenis ini menjadi kapal komando umum.
Saat ini tinggal dua kapal kelas Blue Ridge yang masih beroperasi di
jajaran AL AS, yakni Blue Ridge sendiri dan USS Mount Whitney (LCC-20)
yang menjadi kapal komando Amerika Keenam AL AS di Eropa.
Kondisi Prima
USS Blue Ridge (LCC 19) kapal komando Armada Ketujuh AL AS. (Foto: U.S.
Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class Steven Khor/Released)
Pemeliharaan, effisiensi dan profesionalitas adalah kunci kekuatan AL
modern. USS Blue Ridge membuktikan kapal yang sudah berusia dari empat
dekade masih dalam kondisi prima.
“Kapal ini masih dapat melaju dengan kecepatan 20-an knot (sekitar 37
kilometer per jam). Kami bergerak independen tanpa dikawal kapal
permukaan. Tetapi selalu ada kapal selam yang bergerak bersama Blue
Ridge,” kata Mass Communication Specialist 2nd Class Michael A. Pineda
yang mengantar wartawan berkeliling kapal berwarna abu-abu itu.
Sebagai kapal komando, Blue Ridge memang tak dilengkapi persenjataan
lengkap seperti lazimnya kapal perang. Menurut data resmi AL AS, kapal
dengan panjang 193,23 meter dan lebar 32,9 meter ini hanya dilengkapi
senjata untuk bertahan, seperti senapan mesin Bushmaster 25 mm dan
sistem pertahanan serangan udara Phalanx CIWS.
Di bagian buritan terdapat geladak pendaratan helicopter yang mampu
menampung dua helicopter. Dalam kunjungan ke Indonesia, kapal itu
membawa dua heli SH-60 Sea Hawk.
Kapal buatan tahun 1967 itu diawaki oleh sekitar 1000 pelaut, yang
berasal dari berbagai bangsa. Pinada, misalnya didampingi seorang
bintara bermarga Chu dari Taiwan. Ada juga pelaut dari Filipina dan
Indonesai. “ Setahu saya ada tiga pelaut asal Indonesia bertugas di
kapal ini,” ujar Mass Communication Specialist Jerome Foltz.
Untuk memenuhi kebutuhan para awak kapal Blue Ridge dilengkapi ruang
potong rambut, kantor pos, dispenser makanan, minuman ringan, took
souvenir, hingga ruang makan para awak serta ruang makan perwira yang
semua terlihat bersih dan rapi.
Kunjungan pekan lalu adalah kunjungan kedua Blue Ridge ke Indonesia dalam dua tahun terakhir.
Sumber: KOMPAS