Pages

Friday, 25 January 2013

Kapal Perang KRI Beladau Perkuat TNI AL

Kapal Perang KRI Beladau Perkuat TNI AL



"Saya nyatakan KCR Beladau resmi menjadi Kapal Perang Republik Indonesia," kata Menhan, seusai penekanan tombol sirine, di sela-sela upacara peresmian di Pelabuhan Batuampar, Batam, Jumat (25/1).

Purnomo mengatakan, pembelian KRI Beladau merupakan bagian dari modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) yang akan terus dilakukan pemerintah serta TNI. Modernisasi itu perlu dilakukan untuk menjaga keamanan negara dan untuk itu harus disediakan anggaran yang cukup. Tahun 2013, anggaran untuk alutsista sebesar 81 triliun rupiah, yang ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebanyak 77 triliun rupiah.


Menhan berharap peningkatan anggaran tersebut mampu membuat rencana strategis (renstra) pengadaan minimum essential force (MEF) menjadi hanya dua tahun saja. Semula diperkirakan pengadaan MEF baru tercapai setelah tiga tahun. Itu dapat membantu pembangunan alutsista yang sifatnya baru.

KRI Beladau 643 dilengkapi sistem persenjataan modern (sewaco atau sensor weapon control). Senjata tersebut, di antaranya meriam kaliber 30 mm enam laras sebagai close in weapon system (CIWS) atau sistem pertempuran jarak dekat. Selain itu, kekhususan senjata kapal yang diproduksi di PT Palindo Marine Shipyard ini adalah keberadaan rudalnya.

Rudal yang terpasang adalah Rudal C-705 buatan China. Kapal ini bisa berlayar dengan kecepatan 30 knot dengan sistem propulasi fixed propeller 5 daun. Kapal perang ini memiliki spesifikasi panjang 44 meter dan lebar 8 meter serta tinggi 3,4 meter.

Sebelumnya, PT Palindo Marine juga menyerahkan dua kapal perang yang dipesan Kemhan, yakni KRI Kujang termasuk jenis KRC- 40 dan KRI Clurit yang sejenis dengan KRI Kujang ke TNI AL.

Hari Bersejarah
Sementara itu, Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana Madya TNI Marsetio mengatakan kapal ini sekaligus akan meningkatkan kemampuan TNI AL dalam melaksanakan tugas menjaga kedaulatan dan penegakan hukum di laut yurisdiksi nasional. "Hari ini merupakan hari bersejarah bagi perkembangan teknologi militer Indonesia, khususnya di bidang industri perkapalan," kata kasal.

Kapal ini mampu menampung bahan bakar 50 ton, air tawar 15 ton, 35 orang anak buah kapal (ABK) dan masih mampu memuat 13 personel pasukan khusus. "Kapal ini juga memiliki peralatan navigasi akurat, sehingga memberikan keyakinan keamanan bernavigasi," kata Marsetio.

KRI Beladau terbuat dari baja khusus high tensile steel pada bagian hulu dan lambung kapal yang juga produk dalam negeri yang diperoleh dari PT Krakatau Steel, Cilegon. Bangunan atas kapal menggunakan aluminium alloy. "Kapal ini juga sudah dilakukan uji coba harbour acceptance test atau uji coba merapat di pelabuhan/dermaga dan sea acceptance test atau uji coba di laut dengan hasil yang memuaskan," tambah Kasal.

Secara terpisah, anggota Komisi I DPR Susaningtyas Kertopati menyambut positif peluncuran KRI ini. "Ini semua merupakan jawaban dan konsekuensi kita sebagai negara maritim. Ini bukan saja membawa penguatan secara ekonomis, tapi juga keamanan lautnya," jelas dia.

Produksi dalam negeri ini, lanjut dia, merupakan bukti pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri adalah langkah untuk mengurangi kebergantungan pada produk luar. "Saya berharap ke depan produk-produk PT Palindo justru dipesan negara lain," ujarnya.

Menurut dia, agar penggunaannya maksimal, perawatan dan pemeliharaan hendaknya dilakukan dengan baik. Setiap alutsista baru harus juga disertai kemajuan pengetahuan dan kesejahteraan armadanya. gus/nsf/P-3

Sumber : koran-jakarta