JAKARTA, - Pemerintah Irak berharap Indonesia bisa bergabung dalam kerja sama penanggulangan terorisme. Persoalan terorisme merupakan tantangan besar yang dihadapi dunia internasional saat ini.
"Kami harapkan Indonesia juga bergabung seperti halnya koalisi internasional yang sudah dibentuk, ada China, Iran dan negara-negara lain. Semuanya untuk menghadapi tantangan besar ini," Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim Al Jaafari di sela-sela acara Konferensi Asia Afrika di Jakarta Convention Center, Minggu (19/4/2015).
Untuk menghadapi aksi radikalisme, khususnya yang dibawa Negara Islam Irak Suriah (ISIS), Irak memerlukan bantuan dari negara lain. Jaafari menyebutkan bahwa negaranya masih memerlukan bantuan dalam sektor militer, khususnya persenjataan udara.
"Kami juga membutuhkan informasi intelijen, dukungan kebutuhan kemanusiaan karena kami memiliki dua juta pengungsi," sambung dia.
Irak memerlukan bantuan kemanusiaan setelah ISIS merusak wilayah-wilayah mereka. Menurut Jaafari, ada warga dari 62 negara yang tergabung dalam ISIS. Untuk itu, ia meminta negara lain bersama-sama mencegah pergerakan ISIS.
Ia juga menyampaikan bahwa ISIS bukan lagi gerakan yang timbul sebagai reaksi atas keberadaan kelompok agama yang berseberangan. Jaafari berpendapat bahwa ISIS merupakan tindakan anti kemanusiaan yang merugiakan berbagai kalangan.
"Kita lihat di Irak, provinsi yang jadi korban ISIS adalah Provinsi Sunni, sehingga bukan karena konflik Sunni maupun Syiah karena semua mewrasa dirugikan ISIS. Dan ada agama-agama lain di Irak yang dirugikan, Yazidi, dan agama lain. Para penganut agama itu, putra-putra mereka dibunuh," tutur Jaafari. (KOMPAS.com)