JAKARTA: Perkembangan tentang Leopard 2 tentu menjadi hot issue terpanas dalam
masa-masa sekarang ini. Apabila dalam kesempatan sebelumnya sudah
sempat dibahas bahwa kontrak sudah final, ternyata didapat info bahwa
kontrak tersebut sedang difinalisasi detailnya, dan diharapkan akan
selesai dalam waktu tiga bulan mendatang, yaitu pada bulan April.
Ini
akan langsung diikuti dengan pengiriman Leopard 2A4 pertama, yang
diharapkan akan siap untuk parade bulan Oktober tahun 2013. Penyiapan
krunya sendiri juga tak dilupakan, dimana persiapan calon instruktur
juga tengah berjalan. Para calon instruktur Leopard 2 ini diambil dari
para instruktur tank AMX-13 dan Scorpion, dimana mayoritas datang dari
instruktur Scorpion, tank ringan yang kita beli dari Inggris.
Sejalan dengan penyiapan calon instruktur tersebut, Pussenkav juga
sudah menyelesaikan pembangunan gedung simulator, yang dibangun dengan
fasilitas tercanggih untuk menyiapkan seluruh awak, baik itu komandan,
penembak, pengisi peluru, dan pengemudi. Simulatornya yang pernah
diturunkan ARC pada laporan sebelumnya, didesain secara modular sehingga
bisa diganti-ganti. Butuh set sistem Leopard 2? Scorpion? AMX-13?
Tinggal copot dan pasang saja modul di sisi atas, sehingga waktu
penyiapan simulator dapat dipersingkat untuk melatih kru.
Menepis isu tak bertanggungjawab
Sembari menunggu Leopard 2 yang pasti datang ke Republik ini, diluar
sana berkembang isu-isu tak bertanggungjawab yang menyudutkan TNI dan
Leopard 2 yang akan dibeli. Isu seputar Leopard 2 dilepas sistem
stabilisatornya, sehingga tidak bisa menembak sembari berjalan, Leopard 2
dikatakan downspec, Leopard 2 diejek sebagai barang bekas, adalah
sebagian dari isu tak bertanggungjawab yang dilepas oleh oknum di
beberapa forum.
Berdasar info yang diterima ARC dari tangan pertama, hal itu sama
sekali tidak benar. Leopard 2 yang dibeli TNI AD sudah direkondisi di
pabrik Rheinmetall sesuai standar Leopard 2A4 yang digunakan oleh
Bundeswehr. Sedikit menyigi sejarah pengadaannya, TNI AD sudah melakukan
perencanaan dan penyiapan pembelian MBT (Main Battle Tank) dengan studi
yang menyeluruh dan mendalam sejak 2007.
Berbagai platform tank telah
dianalisis dan bahkan diuji secara langsung. Para perencana TNI AD sudah
melakukan ujicoba terhadap MBT-MBT terkenal dunia seperti Challenger 2
Inggris, K1A1 Korsel, MBT-2000 RRC, Leclerc Perancis, T-90 Rusia, T-84
Oplot Ukraina, M1A1 Abrams, dan Merkava Israel.
Sebagian besar MBT
tersebut bahkan diuji langsung dengan mendatangi negara produsennya,
baik dengan pengemudian maupun uji penembakan. Dan ketika Leopard
2A4/2Ri tersebut diputuskan untuk dipilih, hal tersebut menunjukkan
bahwa itu adalah keputusan terbaik yang dilakukan dengan pertimbangan
yang matang sesuai profil ancaman, kemampuan dan doktrin yang digunakan.
Less is More
Mengenai sejumlah opsi yang kemudian tidak diikutkan kedalam Leopard
2Ri, sekarang bisa dipastikan bahwa yang tidak dipasang adalah BMS,
sistem RCWS (Remote Controlled Weapon Station), dan alat komunikasi.
Di
satu sisi, harga memang tak dipungkiri menjadi pertimbangan. Namun di
sisi lain, TNI AD juga menganut prinsip less is more. TNI AD juga ingin
bahwa industri pertahanan dalam negeri berkembang dan mampu memasok
ketiga komponen yang disebutkan tersebut.
Sebagai contoh, untuk RCWS
sendiri TNI AD tengah menimbang-nimbang dan mengevaluasi tiga kandidat,
yaitu FN Herstal DeFNder (pernah diulas ARC sebelumnya), sistem Adunok
buatan Belarusia yang ditawarkan oleh PT Pindad, dan RCWS buatan
Dislitbang TNI AD.
Masih cukup dini untuk mengatakan yang mana yang akan
dipilih, tetapi ARC sudah dibisiki mana yang terbaik menurut preferensi
dan ujicoba Kavaleri TNI AD.
Sumber : ARC