Pages

Monday, 17 June 2013

Tentara Harus Profesional dan Militan

KEAMANAN adalah muara dari semua permasalahan yang tidak selesai di negeri ini, masalah-masalah keadilan, ekonomi, ideologi, dan politik bermuara di masalah keamanan.

Saat proses politik dan sosial tak memenuhi harapan kita harus kembali ke konstitusi (UUD 1945 – red) sebagai kesepakatan dasar yang harus dikawal dan dipedomani dalam mencapai cita-cita bersama.

“Mencapai Indonesia tahun 2045 kembali sebagai negara yang jaya perlu militansi dan kerja keras, harus bersatu dan jangan hanya bertengkar saling menyalahkan,” ujar Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso.

Menurut Djoko, untnuk mencapai Indonesia tahun 2045 kembali sebagai negara yang jaya perlu militansi dan kerja keras, harus bersatu dan jangan hanya bertengkar saling menyalahkan.

Dalam perenungannya terhadap perjalanan Jenderal Soedirman, militansi itu adalah tidak menyerah terhadap keterbatasan yang ada, rela berkorban, dan harus selalu bersama dengan rakyat dalam pelaksanaan tugasnya.

"Dengan demikian, maka Indonesia dapat membayar hutang sejarahnya menjadi negara yang jaya kembali di abad-21, tepatnya pada usia 100 tahun NKRI di tahun 2045, sama seperti era Sriwijaya di abad ke-7 dan Majapahit di abad ke-14," katanya.

Selama masa tugasnya di militer, ia menanamkan kepada anak buahnya semangat Trisula, yaitu bertugas ada 3 patokan tentara yang harus dijalankan.

Pertama, Tentara harus profesional dan militan, yaitu pantang menyerah pada keterbatasan dan rela berkorban.

Kedua, kekuatan moralitas dan etika, dimana dalam bertugas jangan menghitung untung-rugi melainkan benar-salah dan baik-buruk

 Ketiga, Kekuatan Kultural yakni dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, harus memahami budaya masyarakat di tempat tugasnya agar manunggal antara TNI dengan rakyat.

pelitaonline.com