Sistem monitor radar IMSS (photo : Antara)
LONDON, KOMPAS.com- China dikabarkan menawarkan pemasangan
sistem pengawas maritim senilai 1 miliar yuan (sekitar Rp 1,5 triliun) di
kawasan Indonesia. Nantinya, sistem tersebut akan melengkapi sistem serupa
buatan AS yang lebih dulu dipasang di Indonesia.
Demikian diungkapkan majalah pertahanan terkemuka IHS Jane's
Defence Weekly (JDW) edisi 16 Mei 2012 yang mengutip berbagai sumber. Menurut
JDW, tawaran tersebut disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat
berkunjung ke Beijing, akhir Maret.
Detail sistem pengawas maritim yang ditawarkan China itu
belum diketahui. Namun, JDW menduga sistem tersebut akan terdiri atas jaringan
radar yang ditempatkan di Pulau Lombok, Selat Sunda, Kalimantan Barat, dan
pantai barat daya Sulawesi. Nantinya, data pengamatan yang diperoleh dari
sistem ini akan dibagi dengan China.
Dengan sistem ini, Beijing akan mendapat keuntungan berupa
data kondisi perairan di Selat Sunda, Selat Karimata, dan Selat Makassar, yang
menjadi titik-titik penyempitan penting di jalur komunikasi laut (SLOC).
Tawaran China itu diberikan hanya beberapa bulan setelah
pemerintah AS menyumbangkan Sistem Pengawasan Maritim Terpadu (IMSS) senilai 57
juta dollar AS (Rp543,9 miliar) kepada TNI Angkatan Laut. Menurut pernyataan
Departemen Luar Negeri AS, IMSS terdiri atas jaringan sensor terpadu yang
dipasang di darat maupun di kapal-kapal perang Indonesia, berbagai peralatan
komunikasi dan perangkat komputasi untuk mengumpulkan, mengirim, dan
menganalisa berbagai data maritim.
Secara konkret, IMSS terdiri atas 18 stasiun pengawas pantai
(CSS), 11 radar berbasis kapal, dua pusat komando regional, dan dua pusat
komando armada di Jakarta dan Surabaya. Pemerintah AS juga telah mengalokasikan
dana tambahan sebesar 4,6 juta dollar untuk merawat sistem tersebut sampai
tahun 2014.
Meski demikian, sumber-sumber JDW mengatakan, bahkan dengan
tambahan alokasi dana dari AS ini, IMSS masih terlalu mahal untuk dioperasikan
oleh TNI AL dan belum terintegrasi secara menyeluruh.
Dengan adanya tawaran dari China ini, China akan memiliki
sistem tandingan strategis terhadap IMSS, dan memungkinkan negara itu memantau
pergerakan kapal-kapal AS dan lalu lintas laut lainnya di perairan Indonesia.
(Kompas)