Pages

Thursday, 7 June 2012

Militer Rwanda bantu pemberontak Kongo

Organisasi pembela hak asasi, Human Right Watch (HRW) dalam laporannya menyebut sederet bukti bahwa militer Rwanda membantu pemberontak di Republik Demokratik Kongo.
Bantuan tersebut, menurut laporan HRW, berupa menyediakan sekitar 200-300 orang untuk pemberontak selain bantuan senjata dan amunisi.


Tak hanya itu, Rwanda juga menyediakan tempat perlindungan bagi pemimpin pemberontak Bosco Ntaganda yang merupakan buronan Pengadilan Kriminal Internasional.
Sejumlah mantan pemberontak, kepada HRW mengatakan, para perwira militer Rwanda memberi mereka persenjataan berat dan amunisi untuk dikirim kepada pemberontak CNDP - kini dikenal dengan nama M23- pimpinan Ntaganda.
Mereka juga melihat Bosco Ntaganda melakukan pertemuan dengan sejumlah perwira angkatan bersenjata Rwanda.
"Peran penting yang dilakukan beberapa perwira militer Rwanda dalam membantu dan melindungi buronan ICC tak bisa diabaikan begitu saja," kata peneliti senior masalah Afrika HRW, Anneke van Woudenberg.
"Rwanda harus segera menghentikan dukungan untuk Ntaganda dan membantu penangkapannya," tambah dia.

Anneke van Woudenberg
Meskipun laporan ini tak secara langsung menuding keterlibatan pemerintah Rwanda, namun Kementerian Luar Negeri Rwanda langsung bereaksi.
Menteri Luar Negeri Rwanda Louise Mushikiwabo membantah negerinya terlibat tuduhan yang dilayangkan HRW.
Mushikiwabo mengatakan laporan HRW itu sangat sederhana, tak bertanggung jawab dan berbahaya.
Ntaganda dan para pimpinan M23 juga membantah tudingan bahwa mereka berhubungan dengan militer Rwanda.
Kawasan perbatasan Rwanda-Kongo memang menjadi ajang pertempuran sejak 1994, saat lebih dari satu juta orang etnis Hutu melarikan diri ke Kongo untuk menyusul pembantaian etnis.
Dalam pembantaian itu setidaknya 800.000 orang, mayoritas suku Tutsi, kehilangan nyawa.
Militer Rwanda sendiri pernah dua kali menginvasi RD Kongo, tetangga yang wilayahnya jauh lebih besar itu, dengan alaan mengejar pemberontak Hutu yang bersembunyi di sana.
Sementara itu puluhan ribu pengungsi RD Kongo membanjiri Rwanda untuk menghindari pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak.